Tiga Puluh Tiga

1K 103 4
                                    

Rayline dan Razdan tengah mengobrol ringan ketika dering ponsel Razdan berbunyi. Sebelah alis pria itu terangkat tatkala membaca nama Juno di layar ponselnya.

"Ada apa?"

"Kenzo kecelakaan."

Ekspresi Razdan langsung berubah serius dan dengan spontan tubuhnya pun menegak. "Kenzo kecelakaan? Bagaimana keadaannya? Dirawat di rumah sakit mana?"

Tentu saja Rayline yang berada di samping Razdan mendengar itu semua. Wanita itu pun juga berubah panik. Dan seolah mengerti, ia pun segera membereskan barang-barang yang dibawanya agar bisa segera berangkat setelah Razdan menyelesaikan teleponnya.

Setelah mendapat informasi yang dibutuhkan, Razdan memutus sambungan teleponnya dengan Juno. Razdan pun segera mengajak kekasihnya untuk segera pergi menuju rumah sakit tempat Kenzo dirawat.

-----

Razdan langsung mengajak Rayline ke ruangan yang tadi sempat diinfokan oleh Juno. Selama perjalanan mereka kemari, Razdan tanpa sadar terus menggenggam tangan kekasihnya dengan erat. Seolah ingin mencari kekuatan yang entah kenapa sedikit menguap di dalam dirinya yang biasanya terlihat begitu kokoh.

"Razdan." Rayline sudah memanggil kekasihnya beberapa kali saat mereka kini berada di dalam lift. Namun, pria itu seolah sedang berpindah ke alam lamunannya karena ia sama sekali tidak menyahuti. Mengerti dengan situasi, Rayline pun menggerakan sebelah tangannya yang terbebas untuk mengelus lengan Razdan - berupaya untuk menarik kesadaran pria itu.

Akhirnya, usahanya pun berhasil. Kini Razdan menoleh ke arahnya dengan kondisi yang sedikit ling lung. Rayline menampilkan senyum teduhnya sembari melepaskan tangan yang digenggam oleh Razdan sebelum melingkarkannya di pinggang pria itu. Ia lalu mendongak dan berkata, "Everything gonna be alright dan ada aku di sini, bersama kamu."

Razdan memperhatikan kekasihnya dengan seksama sebelum kemudian menarik wanita itu lebih dekat dan mendekapnya. "Benar, aku punya kamu. Dan Kenzo pasti akan sembuh. Lalu, aku dan Juno akan membereskan siapapun itu yang berani-beraninya mengganggu sepupu kami."

Tangan Rayline yang melingkari pinggang Razdan kini bergerak mengelusnya. Ia mencoba mengalirkan kedamaian di tengah emosi yang sedang bercampur padu di dalam diri kekasihnya. Ia lalu mendongak dan saat matanya menangkap aura gelap yang menguar begitu jelas dari diri pria di sampingnya, Ray berkata, "Wajah kamu galak banget. Aku jadi takut."

Berhasil, candaan yang terlontar dari mulut Ray sedikit melunturkan aura gelap Razdan. Pria itu menampilkan senyum kecilnya sebelum kemudian menempelkan sebelah pipinya di kepala Rayline. "Jangan takut. Mau segalak apapun wajahku, aku akan tetap selalu baik sama pacar aku."

Rayline hanya membalas ucapan kekasihnya itu dengan kekehan. Karena beberapa detik kemudian pintu lift terbuka di lantai dimana kamar Kenzo berada. Razdan langsung menegakan tubuhnya dan masih dengan tangan yang merangkul Rayline, ia pun berjalan keluar dari lift.

Dengan langkah pasti, Razdan langsung berjalan ke lorong sebelah kanan. Lorong yang memang disediakan oleh rumah sakit ini khusus untuk keluarga Ito sebagai salah satu pemegang saham terbesar.

Tak lama kemudian, keduanya menemukan orang-orang yang mereka kenali. Razdan langsung menghampiri Juno dan Rayline memilih untuk mendudukan diri di sebelah Danaya yang terlihat kacau.

Tangis yang semula Danaya tahan akhirnya pecah ketika kini dirinya mendapatkan pelukan dari Rayline. Dan di sela tangisnya, dia terus saja berkata bahwa ini semua adalah salahnya.

Mengerti akan situasi, Razdan mengajak Juno untuk menjauh. Memastikan situasi yang sudah aman, Juno pun langsung berkata, "Jelas ada yang tidak beres."

"Siapa dalangnya?"

Pipe DreamWhere stories live. Discover now