Dua Puluh

1.1K 114 9
                                    

"Kita memang nggak bisa nilai orang gitu aja ya. Gila banget sih, si Farhad itu. Padahal selama ini dia terkenal dermawan banget, suka ngunjungin panti asuhan buat beramal. Eh ternyata, ke panti karena mau ambil anak cewek buat muasin nafsunya."

"Bukan orang deh kayaknya. Udah jelmaan setan."

"Ngerusak generasi penerus."

Rayline yang sekarang tengah berada di salon terus saja mendengar berbagai tanggapan yang ditujukan kepada Farhad begitu berita mengenai pria brengsek itu keluar. Ternyata, memang benar kata Razdan bahwa pria tua itu sama sekali tidak pantas untuk mendapatkan rasa kasihannya meski hanya setitik.

Bagaimana tidak, selain mengincar para artis baru untuk memuaskan nafsunya ternyata dia juga mengincar anak-anak dibawah umur. Gila bukan? Lebih parahnya lagi, Farhad ternyata adalah salah satu bos besar pemilik situs porno. Pria itu merekam semua aksi bejadnya dan menjualnya di situs miliknya sendiri.

Rayline benar-benar merasa bersyukur karena dulu ia menolak mentah-mentah ajakan Farhad. Kalau tidak, ia tidak bisa membayangkan videonya dan Farhad saat - astaga, jangan dibayangin, Ray! Tubuhnya tanpa sadar bergidik saat hampir saja benaknya membayangkan kejadian menjijikan itu.

Nabila yang duduk di sebelah Rayline, kini menoleh ke arah sahabatnya itu. "Laki lo mantep banget, Ray. Sampe bisa bongkar kelakukan iblisnya si Farhad."

Rayline menyahuti ucapan Nabila dengan kekehan dan kedikan bahunya. "Kejadian ini jadi pelajaran banget. Jangan sampai macem-macem sama orang berduit kalo nggak mau dikulitin kayak Farhad." Nabila mendengus. "Iya iya, yang sekarang lakinya orang berduit."

"Sialan ya lo!"

Nabila terkekeh sebelum kemudian berkata, "Nggakpapa, you really deserve someone like him kok, Ray. Please be happy with him, semoga bentar lagi gue dapet kabar lo dilamar deh."

"Nab! Nggak usah aneh-aneh ya."

"Yee, didoain yang baik malah begitu."

"Gue malu, bego!"

-----

Selesai menghabiskan waktu di salon bersama Nabila, Ray memutuskan untuk memanjakan diri dengan me time di salah satu cafe yang letaknya tak jauh dari pusat perbelanjaan. Ia memilih cafe itu karena suasananya yang mendamaikan dan pada jam kerja seperti ini, orang-orang yang datang tidak terlalu banyak.

Di tangan Rayline kini terdapat sebuah novel yang sudah dibelinya dari beberapa bulan yang lalu. Ia baru membaca beberapa halaman awal dan karena jadwal yang cukup padat, ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk menamatkannya.

Wanita itu sudah cukup lama menghabiskan waktu seorang diri sampai akhirnya ada seseorang yang menduduki kursi di hadapannya. Rayline pun mendongakan kepalanya dan keningnya mengerut tatkala tak mengenali seorang wanita asing yang terlihat begitu santai itu. Mata Rayline mengamati wanita di hadapannya yang kini tengah memasang ekspresi datarnya namun terlihat begitu elegan. Kalau dipikir-pikir, aura wanita itu terasa mirip dengan milik...Razdan?

"Apa kita saling kenal?" tanya Ray kemudian setelah beberapa saat hanya terdiam. Tanpa mengubah ekspresinya, wanita itu berkata, "Rayline Pamela kan?" Kepala Rayline pun mengangguk menjawab pertanyaan wanita asing itu.

"Aku adalah adik dari kekasihmu." setelah mengatakannya, sang wanita asing mengulurkan tangannya kepada Rayline yang masih belum mengerti. "Kazumi Ito."

Kedua mata Rayline membelalak saat kini tengah menyalami Kazumi. Jadi, dia adalah adiknya Razdan?! Ternyata, firasatnya tadi saat merasakan kemiripan di antara keduanya, benar.

"Tidak perlu berubah gugup jadi seperti itu, calon kakak ipar. Bersikaplah santai seperti biasa saja." ucap Kazumi sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Kakak sudah cerita cukup banyak tentangmu. Katanya, kamu nggak terlalu percaya diri untuk berkenalan dengan keluarga kami."

Pipe DreamWhere stories live. Discover now