37 | ini akhirnya?

Începe de la început
                                    

Gaga tersenyum lebar. Sepertinya pria ini dalam kode bahagia, setelah sekian lama tidak beribadah.

"Biasa aja. Aku cuma suka bagian bagi-bagi makanan didepen gereja. Anak-anak disana keliatan semangat."jawab Gaga begitu excited.

Raya terkekeh pelan, kemudian turun dari duduknya, ke tempat minum dan membuatkan minum untuk laki-laki itu.

Sebenarnya, bukan itu tujuannya. Hanya saja, ia ingin mengobati hatinya yang bergetar sakit saat mendengar ibadah laki-laki itu.

"Hebat ya. Gimana sama kamu. Kamu udah merelakan sesuatu hari ini?"tanya Raya sembari sibuk mengaduk es nya. Gadis itu menunduk begitu dalam.

Gaga mengernyit dalam. Apa maksud gadisnya merelakan sesuatu hari ini?

"Bagi, tadi aku beli jajan di market Deket sana. Ngga banyak, tapi ya, yang penting berbagi, kayak yang selalu kamu bilang."jawab Gaga dengan santai, meski melihat heran kearah Raya.

Sekarang, gadis itu membelakanginya. Kemudian berjalan setelah mengusap air matanya yang tiba-tiba mengalir.

"Ada apa?"tanya Gaga saat Raya sampai di kursi semula.

Raya menoleh dengan aneh, "ada apa? Kenapa?"tanya Raya balik dengan nada bingungnya.

Gaga mengambil es tadi, meminumnya sedikit."kamu mau cerita nya kapan?"tanya Gaga lagi, untuk memperjelas.

Ia paham betul Raya. Bagaimana gerak-gerik gadis itu setiap harinya sudah menjadi memori otomatis di ingatannya.

"Kamu ngga ada les hari ini?"tanya Raya lagi, masih mencoba mengalihkan pembicaraan. Agar Gaga tak curiga, ia melihat Gaga sekilas.

Laki-laki itu menatap nya tajam, penuh selidik.

"Kamu mau aku les?"tanya Gaga balik. Masih memperhatikan Raya.

"Kan aku nanya, bukan nyuruh kamu,__"

"Kenapa? Siapa yang ganggu kamu?"tanya Gaga memotong dengan cepat.

"Pikiran aku sendiri."jawab Raya dan melihat kearah Gaga yang juga sedang menatapnya penuh selidik.

"Kan aku udah bilang Ray. Jangan pernah berpikir berlebihan ten___"

"Ga ini bukan hal yang berlebihan. Ini  pantes buat kita pikirin sama-sama. Ga semua hal harus kita jalani aja seperti apa yang kamu bilang."potong Raya dengan cepat.

Bagaimanapun ia harus membahas ini dengan cepat bersama Gaga. Mereka berdua perlu solusi.

"Ray, banyak orang diluar sana beda agama tapi bisa nikah. Jadi ngga ada hal yang perlu kamu khawatirin sekarang."jawab Gaga dengan yakin dan tegas.

"Aku bukan orang banyak diluar sana Ga. Nikah itu bukan membawa diri sendiri. Kamu tau sendiri, nikah dalam prinsip aku itu adalah membawa satu keyakinan yang sama. Aku ngga mau nyusahin anak-anak aku."timpal Raya dengan cepat.

Gaga terdiam. Apalagi sekarang? Bagaimana ia harus menjelaskan? Bagaimana ia harus memilih?

"Jadi kamu mau lepasin aku?"tanya Gaga dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.

Raya langsung mengalihkan pandangannya. Apakah ini adalah jawaban Gaga? Jadi, Gaga tidak bisa meninggalkan apapun di dalam dirinya?

"Dalam hubungan kita ini, memang harus ada yang melepaskan dan dilepaskan Ga."jawab Raya dengan pelan. Air matanya jatuh saat mengucapkan hal itu.

Ia jelas sakit di bagian terdalam nya.

Jika di logika kan, ia tidak mungkin melepas obatnya sendiri. Ia sudah terlalu ketergantungan.

Ia tidak bisa melepaskan Gaga. Tapi jika bukan sekarang, segalanya pasti akan lebih sakit.

"Kasih aku waktu."ujar Gaga.

"Waktu kita ngga banyak Ga."jawab Raya dan melihat kearah Gaga, setelah mengusap air matanya.

"Kamu mau pergi?"tanya Gaga, tetap dengan tatapan dalamnya. Laki-laki ini memang begitu mencintai Raya.

"Sesuatu yang tertunda itu ngga pernah baik."jawab Raya dengan datar.

Raya menghela nafasnya pelan."aku yakin kamu lebih dewasa daripada aku. Banyak hal yang harus kamu pertimbangin. Ayah kamu dan segala hal tentang kedepannya."ujar Raya dengan lembut.

"Ray...__"

"Ga, ini sama-sama ngga mudah buat kita berdua."ujar Raya lebih tegas.

"Kamu itu kayak obat yang mengandung kafein Ga. Bikin aku sembuh, tapi bikin aku ketergantungan."lanjut Raya dengan begitu tertahan. Ia sesak. Di bagian dadanya sendiri.

"Jadi kamu mau akhir yang kayak gimana?"tanya Gaga dengan nada beratnya, masih setia menatap Raya dengan intens.

Raya memejamkan matanya pelan, kemudian membasahi bibirnya sendiri.

Bagaimana bisa ia memilih akhir dari kisah mereka, sedangkan ia sendiri tidak mau melihat kisah mereka berakhir.

"Pada akhirnya, kita harus melepaskan dan dilepaskan."jawab Raya dengan bergetar.

Gaga langsung mengalihkan pandangannya. Ia tidak suka perpisahan. Sangat tidak menyukai hal ini. Jadi, bagaimana ini?

Hening. tak ada yang berbicara lagi. Kedua nya sama-sama berpikir dan tersakiti.

Gaga berdehem pelan, "ayo, aku anter pulang."ajak Gaga dan berdiri dari duduknya.

Raya melihat laki-laki yang sedang berusaha baik-baik saja itu. Kemudian menghela nafasnya pelan, dan berjalan bersamaan.

Setelah bermenit-menit, mereka sampai di sebuah pemakaman umum. Ini bukan rumahnya sekarang. Ini adalah rumah keabadian

"Kita mampir dulu. Tiba-tiba aku kangen ayah kamu."ujar Gaga karena mengetahui, Raya pasti bingung karena ia berhenti disini.

Raya tak menjawab apapun, hanya memilih mengikuti langkah laki- laki didepannya itu.

Setelah sampai didepan pemakaman ayah Raya, keduanya berjongkok bersama.

Gaga menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian tersenyum manis.

"Yah, Gaga Dateng lagi, sama Raya."ujar Gaga dengan pelan, mengusap baru nisan itu.

Raya tersenyum kecil, disamping laki-laki itu.

"Gaga masih disini Yah,. Makasi, karena mempertahankan Raya disini. Gaga bahagia, karena anak ayah ini."ujar Gaga lagi.

"Tapi yah, kami juga punya masalah besar. Tentang selanjutnya. Gaga takut yah, kehilangan anak ayah. Tapi Gaga juga bingung harus ngelakuin apa."beritahu Gaga sedikit serak.

Laki-laki itu menangis.

"Yah,.."ucapannya tertahan sendiri. Entah kenapa sulit sekali bernafas sekarang.

"Kalo nanti, Gaga ngga ada lagi disamping Raya, maafin Gaga yah. Bukannya jahat, tapi itu adalah sebuah jawaban dari kebingungan."ujar Gaga dengan air mata yang mengalir.

Kali ini, dadanya benar-benar sesak. Ia tak mau meninggalkan gadisnya ini.

Air mata Raya mengalir. Jadi, apa ini akhir dari kisah mereka? Bagaimana setelahnya nanti?

"Bagaimana pun Gaga kedepannya, Gaga cuma berharap satu hal. Semoga Raya selalu bahagia."ujar Gaga dan mengusap air matanya.

Harus ada yang menegar diantara keduanya. Entah itu pura-pura atau tidak.

Kenyataan tak peduli tentang kesakitan. Ia hanya peduli tentang perjalanan.

Jadi, ia harus menjadi tegar. Agar takdir tak menertawakan nya.

RAGAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum