BAB 10

3.8K 196 2
                                    

Rio bangun pagi pagi sekali, mengusap matanya sembari meraih segelas air putih yang sudah tersedia diatas nakas di samping tempat tidurnya lalu menyesapnya dengan perlahan.

Dia berjalan ke arah balkon, memandangi dedaunan hijau dan berbagai tumbuhan tumbuhan yang begitu indah mewarnai seisi halamannya.

Rio mengambil sebatang tongkat kecil panjang dari sakunya, mematik api dari pematik lalu menghisapnya dengan perlahan dan menghembuskannya dengan penuh kelegaan hingga kepulan asap menyelimuti wajahnya.

Tanpa sadar dia tenggelam dalam lamunannya. Rambutnya yang tidak beraturan disapu oleh hembusan angin yang bertiup dengan ringan, membuat visual dirinya nampak begitu sempurna.

"Riiiiinnngggggg....." Suara ponselnya berdering nyaring membangunkan kegiatannya. Rio beranjak dari bangku dan segera berjalan mengambil ponselnya.

Sebuah pesan baru saja masuk. ID name nya bertuliskan "My love" dengan sebuah emoticon bergambarkan hati. Rio baru saja tersadar, setelah bangun tadi, ternyata Reva sama sekali tidak berada disampingnya. Di kamar mandi pun tidak terdengar suara percikan air. lantas kemana dia pergi? Penuh tanya dirinya.

Rio membuka isi pesan teks itu, dan tiba tiba mendapati dirinya telah diselimuti oleh amarah yang telah memenuhi seisi otaknya.

"Sayang, hari ini aku mendapat tawaran pemotretan di negara XXX, aku tidak memberitahumu sebelumnya karena aku yakin kau tidak akan memberiku izin. Aku tidak tau kapan pastinya akan kembali, tapi akan ku pastikan menyelesaikan pekerjaanku dan pulang secepat mungkin. Jangan hubungi aku sebelum aku menghubungimu lebih dulu, karena aku takut aku akan merindukanmu dan mengabaikan pekerjaanku. Pastikan kau menungguku hingga aku kembali. Aku mencintaimu." Isi pesan teks dari Reva, berakhir dengan kata mencintaiku? Pikir Rio.

Apa dia pikir sebuah kata cinta dapat membuat hati Rio tergerak? Sama sekali tidak. Rio justru bertambah marah dan marah. Dia melemparkan ponselnya ke lantai hingga pecah.

Terakhir kali, Rio selalu melarang Reva untuk bekerja, karena baginya Reva hanya cukup untuk menemaninya saja, jadi dia tidak perlu memikirkan soal keuangan selama dia terus berada di dekat Rio. Karena apapun itu dia pasti akan mendapatkannya jika dia memintanya secara langsung kepadanya.

Rio adalah tipe orang yang sangat royal jika itu menyangkut kekasihnya. Dia selalu memberikan apa yang paling terbaik untuk Reva. Jika Reva ingin A, dia akan membelinya, jika Reva bilang B, dia akan menurutinya. Bahkan jika Reva meminta sebuah bintang di langitpun, dia akan mengambilkannya untuknya. Karena dia sangat mencintai Reva.

Tapi, Reva yang sangat di cintanya itu sama sekali bukan orang yang penurut. Dia selalu lebih mendahulukan pekerjaan dan popularitasnya di bandingkan dengan dirinya. Dia selalu membuat Rio cemas akan pekerjaan yang diambilnya. Karena dia adalah seorang model, dia bahkan sering terlibat dalam beberapa skandal karena Job yang diambilnya, dan berujung dengan Rio yang selalu menuntaskan segala masalah yang dibuatnya.

Rio mengacak acak rambutnya hingga menjadi lebih berantakan lagi lalu menatap lantai marmer yang dingin itu dengan linglung. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tidak ada yang tau.

.

Setelah selesai bersiap siap, Rio berjalan keluar kamar, menuruni tangga yang panjang dan hanya melewati meja makan yang diatasnya telah siap berbagai menu makanan yang terlihat lezat dan hangat.

Rio berhenti sejenak, melirik makanan makanan itu dengan mata lapar, tapi akhirnya dia mengabaikannya dan meninggalkan rumah dengan hati yang tidak senang.

Muge baru saja turun dari kamarnya, melihat makanan yang telah dimasaknya tidak tersentuh sama sekali dan itu sepertinya telah menjadi dingin. Dia pun bertanya dalam hati, "apakah mereka tidak menyukai menu ini?"

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now