BAB 41

1.5K 102 1
                                    

Di ruangan kantor Rio, Eren datang seperti biasanya. Tapi kali ini bukan untuk mencari gara gara, melainkan datang untuk turun langsung mengajak Rio bekerja sama.

Perusahaan besar miliknya benar benar kewalahan dengan penolakan yang selalu keluar dari salah satu mulut seorang rendahan yang lahannya akan dijadikan sebuah peluang besar untuk kejayaan perusahaannya dimasa depan.

Dan satu satunya tujuan Eren datang jauh jauh kesini adalah untuk membujuk Rio agar ikut berpartisipasi. Dia berjanji akan berbagi setengah dari hasilnya kepada Rio asalkan dia mau mengambil alih pekerjaan yang satu ini.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya kepada Rio dengan senyuman penuh arti.

"Aku sangat tau kalau kau adalah orang yang serakah. Tapi, apakah tidak apa apa bagimu untuk mmembaginya dengan cuma cuma?"

"Hei bukankah itu pertanyaan konyol? Secara cuma cuma? Apa maksudmu?" Eren menyerengit sedikit.

"Ya, Tugasmu hanya menyuruh para bawahanmu untuk mengambil alih lahan itu. Aku lelah karena mereka terus terusan meludahkan omong kosong karena tidak terima lahan mereka akan kubeli bahkan dengan harga di atas rata rata." lanjutnya.

Rio melirik wajah tampan pria di depannya itu untuk waktu yang lama, dan akhirnya kembali sadar sambil menghela nafas berat.

"Baiklah, sepakat." ujarnya.

Tidak seperti dirinya, Rio sangat tau kalau Eren adalah seorang iblis yang berhati lembut. Seberapa besar keinginannya untuk mendapatkan sesuatu, dia benar benar tidak bisa ketika melihat seekor kucing yang terlantar.

Rio berasumsi bahwa pemilik panti asuhan yang lahannya akan di ambil oleh Eren, saat itu pasti tengah memohon dan menangis tersedu sedu seperti seekor kucing malang yang akan kehilangan tempat tinggalnya, dan pria angkuh ini telah tamat karena diluluhkan oleh air mata kucing malang itu.

Tapi bagaimanapun, iblis tetaplah iblis. Pria di hadapannya ini adalah anjing serakah yang tidak akan segan segan mencabik mangsanya bahkan tanpa perlu mengotori tangannya.

Sementara itu, Rio mengambil kesimpulan kalau kesepakatan ini memang memiliki keuntungan untuk kedua belah pihak. Dia adalah org yang tidak peduli dengan apapun asalkan dirinya mendapatkan keuntungan.

Rio berpikir lagi sejenak sambil menatap berkas berkas di atas meja kerjanya.

"Tambang emas huhh??" gumamnya pelan.

Ini adalah peluang besar untuk menaikkan derajat perusahaannya. Siapa yang tau kalau di bawah panti asuhan yang kecil dan bobrok itu ternyata menyimpan setumpuk harta karun? Di sisi lain, tempat itu sangat strategis untuk dijadikan peluang usaha di masa depan.

"Tuan, apakah kau tidak ingin mempertimbangkan kembali keputusanmu?" tanya sekertaris Jun seketika membuyarkan lamunanya.

Dia melirik pria berkacamata di depannya dengan tatapan dingin dan bertanya maksud dari perkataannya barusan.

"Tuan, panti asuhan ini, sepertinya tidak baik jika kita ikut campur ke dalamnya." jawabnya sedikit gugup.

"Aku pikir kau adalah orang yang berotak cerdas, tapi sepertinya aku salah."

"Tapi tuan, keputusanmu akan sangat fatal jika kau bersungguh sungguh ingin terjun ke dasar jurang."

Rio sepenuhnya mengabaikan sekertarisnya yang masih terlihat penuh keraguan di matanya.

Sekertaris Jun, dia tidak tau lagi apa yang ada dipikiran bosnya ini. Ketika itu menyangkut perusahaan dan keuntungan, dia akan benar benar menjadi orang yang buta. Tidak peduli konsekuensi apa yang akan didapatkannya, itu hanya masalah kecil baginya. Tapi kali ini, sepertinya dia sudah hampir kelewatan batas. Pikirnya.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now