BAB 44

1.4K 108 3
                                    

Saat bangun di pagi hari. Rio sangat terkejut ketika mendengar kabar kalau panti asuhan itu ternyata sudah hangus terbakar beserta seluruh isinya.

"Kakak, ini pasti ulahnya." gumamnya pelan sembari menepuk jitanya dengan malas.

Sky akhirnya benar benar membantunya. Dia sedikit tidak tenang dihatinya, tapi dia tetap akan berterima kasih karena setidaknya dirinya tidak perlu melihat kucing kucing malang itu lagi untuk selama lamanya.

Tapi, bukan itu masalahnya sekarang. Rio lebih terkejut lagi saat sekertaris Jun berkata dari sambungan telepon kalau Muge dan Glen tidak pulang dari semalaman.

"Kemana anak nakal itu pergi? Apakah dia mengabaikan ucapanku dan bertemu dengan kedua bajingan itu lagi?" tanya Rio geram.

"Tidak tuan."

"Aku akan pulang sekarang! Kau, carilah istriku segera. Bila perlu, bawalah detektif untuk ikut membantu."

Saat dirinya hendak bersiap siap dengan kemejanya, tubuhnya seketika berhenti kaku.

"Tuan, sebenarnya istrimu ada di panti asuhan itu."

"Ha? Apa maksudmu? Untuk apa dia kesana pagi pagi buta seperti ini?" tanyanya mulai cemas.

Dia tidak tau apa itu, tapi kemungkinan terbesarnya sudah ada di atas kepalanya.

"Tuan, panti itu.."

"Katakan dengan jelas!" teriak Rio dari sambungan teleponnya.

Sekertaris Jun masih diam di ujung sana. Dia sedang mengumpulkan nyawanya untuk mengeluarkan suaranya yang terasa begitu berat.

"Sekertaris Jun, apakah kau ingin mati?!" ucap Rio datar, tapi terdengar seperti sebuah peringatan besar di telinga sekertaris Jun.

Rio benar benar cemas sekarang. Hatinya seperti memiliki gejolak tersendiri untuk yang satu ini.

Dia tau kalau semua yang berkaitan dengan panti asuhan itu pasti ada hubungannya dengan Muge. Dan seketika,

"Deg.."

Jantungnya terasa seperti berhenti saat itu juga.

Dia mengumpulkan kembali kejadian kejadian dimana Muge pernah bercerita tentang keluarganya dengan ekspresi yang begitu gembira. Dimana dirinya pernah menjemput Muge saat pulang dari panti asuhan itu. Dimana Muge yang selalu tersenyum dan tertawa ketika semua menyangkut keluarganya itu. Dan dia baru menyadarinya sekarang.

Saat pertama kali melihat dari berkas yang diberikan Eren kepadanya, panti asuhan itu memang tidak terlalu asing di matanya. Dia bahkan tidak pernah sekalipun menginjakan kakinya di sana, dan hanya mengerahkan para pekerjanya untuk mengurus semuanya.

Dan sekarang, dia benar benar melupakan kalau istrinya pernah tinggal disana untuk waktu yang lama.

Tanpa sadar, dia meremas ponselnya dengan kuat. Dia mulai terbayang bayang dimana istri kecilnya menangis tidak berdaya di depan mayat keluarga tersayangnya.

Di saat Muge sedang menderita, dirinya yang adalah suaminya malah sedang bermesraan dengan mantan kekasihnya seperti suami istri yang sedang honeymoon.

"Sekertaris Jun, tidak perlu membawa istriku kembali, karena aku yang akan menjemputnya sekarang."

Saat hendak mengepak kopernya, tiba tiba saja pintu kamarnya terbuka.

Rio melirik sebentar dan bergumam pelan. "Allen." katanya, lalu kembali melanjutkan kegiatannya dengan tidak sabar.

"Rio, ada apa? Mengapa kau mengepak barang barangmu?"

Allen berjalan mendekat, memegang punggung Rio dengan lembut, tapi seketika dihempaskan oleh Rio dengan kasar.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now