BAB 43

1.4K 89 1
                                    

Suasana pagi hari begitu menyejukkan ketika angin laut berhempas masuk melalui jendela yang terbuka lebar.

Tirai jendela melambai kesana kemari dengan begitu riangnya. Cahaya matahari yang hangat perlahan ikut masuk menerangi seisi rumah dan mengusir kegelapan malam dengan cepat.

Allen masih tertidur pulas di atas ranjang besarnya, sementara Rio baru saja selesai berolahraga. Air tubuhnya melambat turun disetiap sisi lengku tubuhnya yang kekar dan berotot.

Saat berjalan masuk ke dapur dan membuka kulkas untuk mencari air segar, dia melihat seorang bibi pengurus villanya yang baru saja selesai menyiapkan sarapan.

"Dimana Allen?" tanya Rio sambil menyeruput air dinginnya dari botol.

"Nyonya, dia masih tidur tuan."

"Nyonya?" tanyanya menyelidik.

Dengan wajah polosnya, bibi itu berkata, "Bukankah dia istrimu?"

"Tidak." jawabnya singkat.

"Di.. Diaa menyuruhku untuk memanggilnya nyonya. Aku pikir, dia adalah istrimu tuan."

Rio diam sebentar, dan akhirnya mengabaikannya begitu saja dan berkata "Terserah."

Rio terlalu malas untuk mengurus sesuatu yang menurutnya tidak penting seperti ini. Sangat lebih baik baginya untuk tidak menghiraukan saja. Pikirnya.

Rio akhirnya duduk di meja makan, kemudian menyantap makanannya dengan santai.

Saat satu sendok makanan baru saja masuk ke dalam perutnya, dia mengerutkan alisnya sedikit.

"Ini hambar." gumamnya.

Ketika memakan makanan di luar seperti ini, tidak tau kenapa, dia selalu merindukan masakan istri kecilnya. Walaupun sebagian besar yang dimasaknya hanyalah masakan rumahan yang sama setiap saat, tapi dia tidak pernah bosan untuk memakannya.

Beberapa minggu terakhir, Rio memutuskan untuk mengabaikan Muge sepenuhnya. Dia ingin melihat seperti apa dirinya jika tanpa istrinya.

Pada awalnya dia mengira kalau semuanya akan baik baik saja karena dia adalah seorang RIO SAPUTRA. Tapi nyatanya, Rio yang dulu sepertinya sudah tidak ada lagi.

Dia berpikir, ternyata hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja dia akhirnya mulai bisa berbaur dengan Muge, membuatnya menjadi orang yang telah kehilangan jati diri.

Dia adalah orang yang selalu bisa mencari sesuatu yang baru jika hidupnya mulai membosankan. Tapi semuanya berbeda sekarang, karena isi kepalanya selalu berisikan wajah Mege. Dia benar benar sudah terbiasa dengan kehadiran istrinya yang selalu ada disaat dia merasa kesepian dan hampa.

Sambil menatap makanannya, dia mulai terbayang bayang wajah istrinya yang telah dia abaikan. Ekspresi sedih yang dilihatnya secara diam diam membuatnya tercekik.

Setiap pagi, Muge selalu memperlihatkan senyumannya seperti orang bodoh dan berharap kalau dirinya akan ditanggapi dengan baik, tapi nyatanya, Rio bahkan tidak menatapnya sama sekali. Dan kemudian, Rio beranggapan kalau bibir kecilnya pasti akan melengkung sedih jika tidak ada yang memperhatikannya. Tapi anehnya, dia berpikir kalau ekspresi itu pasti terlihat sangat cantik di matanya.

Dia selalu berpura pura mengabaikannya seolah olah istrinya adalah angin lewat, tapi matanya akan meliriknya setelah beberapa saat untuk memastikan kalau istrinya masih sama.

Dan ketika senyuman pagi yang selalu diperlihatkannya perlahan lahan menghilang, hatinya hancur saat itu juga.

Tanpa disadari, dia mulai merindukan istrinya

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now