BAB 12

3.1K 171 1
                                    

Karena Reva sedang berada diluar negeri, Rio hanya menyantap makan malam dengan menikmati kesendiriannya di meja makan.

Sedangkan Muge, seperti biasanya hanya bisa makan di dapur kotor, karena selama ini Rio tidak pernah memperbolehkannya untuk menginjakkan bokongnya di kursi meja makan. Karena baginya, pembantu tempatnya harus di dapur.

Selepas perutnya sudah terasa penuh, Rio pun kembali ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

.

Waktu acara festival pameran akan di adakan di malam harinya, jadi pagi pagi sekali seluruh siswa maupun siswi sudah sibuk mempersiapkan segala urusannya masing-masing dengan penuh semangat dan kegembiraan. Karena bagi mereka, ini adalah acara yang paling ditunggu tunggu, seperti hanya ada sekali dalam seumur hidup, jadi setidaknya mereka harus melakukannya sebaik mungkin.

Di ruang kelas, Muge baru saja selesai dengan tugasnya mempersiapkan sebuah syal yang sangat cantik berwarna putih susu. Dia juga tidak lupa membawa satu set pakaian maid yang dia jahit sendiri atas perintah kepala sekolah. Karena beberapa hari sebelum acara di adakan, Muge dengan sendirinya menawarkan diri untuk ikut berpartisipasi dalam acara itu.

***Flashback on***

Di ruang kepala sekolah, Muge berdiri tepat diseberang meja dan sedang berhadapan dengan kepala sekolah yang tengah duduk tenang sembari memperhatikan Muge yang tampak kelihatan sedikit gugup untuk mengungkapkan sesuatu.

"Pak kepala sekolah, aku.. aku bisa menyulam dan menjahit. Jadi, bisakah aku ikut berpartisipasi?"

Seketika raut wajah pria setengah baya itu berubah dengan begitu cepat. Ujung bibirnya terangkat sedikit, dan di balik kaca matanya yang transparan itu terpancar jelas aura yang sedang berbinar binar.

"Tentu saja kau bisa melakukannya. Aku justru sangat senang ketika seorang murid yang dengan suka rela menawarkan bakatnya. Tapi...."

"Anuu..., tentu saja bukan dengan maksud apa apa. Dirumah aku tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan, aku hanya ingin melakukannya saja untuk mengisi kekosonganku.." potong Muge tergagap.

Menurut kepala sekolah, ini adalah peristiwa yang sangat langka. Bagaimana tidak, selama jabatannya sebagai kepala sekolah berlangsung, tidak ada seorang murid pun yang mau menawarkan bakatnya untuk sekolah dengan cuma cuma, mereka selalu meminta imbalan seperti kenaikan nilai, atau dibebaskan dari tugas piket nya selama beberapa bulan kedepan. Tapi, baru kali ini dia menemukan yang seperti ini.

Dia sangat penasaran seperti apa keterampilan tangan ramping anak yang berada didepannya ini, apakah sama cantiknya seperti wajahnya? Tanyanya dalam hati. tapi sebenarnya tidak sedikit juga keraguan terhadapnya.

Sebenarnya, saat Muge menginjakkan kakinya ke dalam ruangannya, dia sedikit terpesona akan wajah kecil Muge yang terlihat sangat cantik. Awalnya, dia justru mengira kalau Muge adalah seorang wanita, tapi dengan bentuk dadanya yang rata, dia menjadi merasa agak aneh ketika melihatnya.

Imajinasi kepala sekolah masih terus berputar dalam kekosongan yang tidak masuk akal, Sampai suara Muge membangunkan lamunannya. "A..apakah tidak bisa?" Tanya Muge pelan sembari merunduk kaku.

"Anuu.. Muge, sebenarnya bukan akulah yang menentukan siapa yang ingin berpartisipasi, tapi kepala yayasan itu sendiri. Aku juga diberi tahu agar tidak bisa sembarangan menerima seseorang bahkan jika itu secara cuma cuma. Festival pameran ini adalah yang paling penting diantara semua festival yang diadakan sebelumnya, murid yang berpartisipasi pun bukan seorang amatiran. Karena beberapa perusahaan ternama telah menyumbang banyak didalamnya, aku hanya tidak ingin satu kesalahan kecil dapat mempermalukan sekolahku nantinya." Jelas kepala sekolah datar, tapi seperti ada ketegasan didalam perkataannya.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now