BAB 31

1.9K 117 4
                                    

Eren melamun, memandang setiap hiruk pikuk jalanan  ramai oleh kendaraan yang lalu lalang.

Dia tidak tau apa yang ada didalam pikirannya saat ini. Matanya hanya melihat apapun yang berada dalam jangkauannya seperti sesuatu yang tidak menentu. Dia merasa sangat bosan, hidupnya sama sekali tidak menyenangkan. Pikirnya.

Lalu, matanya tiba tiba tersentak. Mobilnya baru saja melewati dua pria cantik yang sedang menyantap jajanan dipinggir jalan.

Bukankah anak yang cantik itu adalah istri Rio? Lalu, siapa pria cantik satunya? Penuh tanya Eren.

Dia menyuruh supirnya untuk berhenti. Kakinya melangkah berjalan kearah dua pria itu.

Dari arah kejauhan, pandangannya tidak bisa lepas dari mereka. Dia terus menatap dengan begitu intens melalui kaca mata hitam yang melekat pada kedua matanya.

Bibirnya terangkat sedikit, lalu memasukkan kacamatanya ke dalam saku celananya.

"Ah, rupanya istri Sky." gumamnya.

Dia berpikir, sepertinya dia menemukan mainan barunya.

Beberapa waktu lalu, dia baru saja mendapatkan berkas berkas yang telah disediakan sekertaris pribadinya tentang siapa saja yang berkaitan dengan Rio.

Saat mengeluarkan satu per satu foto foto yang berada di dalam amplop coklat besar itu, kemudian dia berhenti tepat di foto Boa.

Rasanya dia melewatkan sesuatu yang sangat penting.

Dia mengambil foto Muge yang sudah terlewat, membandingkan kedua foto itu secara bersamaan, dan tiba tiba saja pikirannya terbuka dengan tidak sadar.

Wajah pria cantik itu terlihat sama. Apakah ini sebuah kebetulan? Pikirnya.

Kemudian dia berpikir lagi. Kakek Ji, beliau adalah orang yang sangat sempurna. Orang tua itu selalu memiliki segalanya. Lalu, mengapa dia harus mengambil dua anak ini untuk dinikahkan dengan cucu kesayangannya? Ditambah, Muge adalah anak dari panti asuhan kecil di pinggir kota. Dan istri Sky yang bernama Boa ini, dari mana dia berasal?

Otaknya berkecamuk tidak karuan. Dia mencoba untuk memeras mereka sekuat tenaga agar mendapatkan hasil yang dia inginkan. "Sebenarnya, apa yang diinginkan tua bangka itu dari orang orang ini?" katanya.

.

Di sebuah kamar yang berukuran cukup besar. Allen dan Glen tengah sibuk bersiap siap untuk pergi merayakan hari ulang tahun Glen yang ke tujuh tahun.

Dia terlihat begitu antusias karena ayah dan ibunya akan merayakan hari ulang tahunnya di sekolahnya.

Anak kecil itu berpikir untuk mengajak Muge ikut bersamanya ke sekolah. Dia ingin memamerkan sekolahnya kepada kakaknya yang tercinta itu.

"Ibu, apakah kakak Muge akan ikut dengan kita?" tanyanya kepada Allen.

"Tidak, dia harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya."  jawab Allen acuh.

"Tapi, aku ingin mengajaknya. Tidak bisakah dia ikut?"

"Glen, orang itu bukanlah bagian dari keluarga kita. Bukankah sudah ada ayah dan ibu? Apakah itu tidak cukup bagimu? Muge, orang itu tidak harus ikut bersama kita. Apakah kau mengerti?" ujar Allen tegas dengan mata  yang terlihat menakutkan.

Glen bergeridik.

Dia sudah tau, jika ibunya sedang memasang wajah itu, tentu saja dia sedang marah. Glen tidak tau apa yang membuat ibunya marah. Rasanya, setiap kali dia berbicara tentang Muge, suasana hatinya selalu saja menjadi tidak baik.

"Ha, uh..?, Ba, baiklah. Aku mengerti." jawab Glen gemetar ketakutan.

Beberapa hari terakhir, Muge dan Glen sering bermain bersama di kamar Muge.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now