BAB 17

3.1K 145 2
                                    

"Aku.. aku tidak menginginkan ini.. kakak Rio tolong berhenti, aku.. aku akan melakukan apapun selain yang satu ini..." Muge memohon dan memohon dengan raut wajah yang putus asa. Tapi, mengetahui bahwa yang berada di depannya adalah seorang Rio Saputra, sepertinya usahanya sia sia saja.

Rio seperti sudah kehilangan setengah kesabarannya. Dia menundukkan kepalanya, sudut bibirnya sedikit terangkat. Dia menatap Muge yang sedang menangis sesegukkan dengan tubuh gemetaran. Tapi, ternyata bukan itulah yang menjadi perhatiannya.

Bahu Muge terlihat putih mulus dan sedikit memerah. Itu sangat erotis di matanya. Tidak hanya itu, lehernya juga sangat menggoda. Dia ingin menyentuh dan memakannya sekarang juga. Dia bahkan melupakan bahwa bagian bagian yang dia lihat tadi memiliki beberapa bekas luka lebam yang sekarang terlihat sangat jelas karena ternyata make up yang sebelumnya di oleskan Muge untuk menutupi luka luka itu ternyata sudah luntur semuanya akibat keringatnya.

"Buka mulutmu.." Muge takut, dia sangat takut. Muge menyadari dia tidak bisa melawan Rio karena kekuatan yang sudah jelas jelas berbeda diantara keduanya, dan akhirnya dia hanya bisa mengikuti perintah Rio terus menerus tanpa ada perlawanan sedikitpun.

Muge membuka mulutnya, lalu batang besar Rio menerobos masuk lagi kedalam mulutnya. Rio tanpa belas kasih memaksa keperkasaannya yang sudah sangat keras  dengan kasar ke dalam sana.

Rio menekan belakang kepala Muge lebih dalam, membuatnya naik dan turun secara cepat dan menjadi lebih cepat lagi hanya dalam hitungan detik saja. "Haaa... Jangan hanya menghisapnya saja, gunakan lidahmu juga. Ya.. bagus, seperti itu.."

Muge merasa seperti mulutnya akan robek saat itu juga. Air matanya terus mengalir dengan sendirinya tanpa henti.

Seluruh permukaan kulit Rio bergeridik kesemutan karena stimulasi yang terus menerus diberikan Muge kepadanya. Saat kulit penisnya bersentuhan dengan dinding mulut Muge yang terasa begitu panas, itu membuat tubuhnya ikut memanas. Dia mengerang pelan karena sensasi yang sulit di jelaskan tiba tiba datang dari bawah sana.

Sesuatu tiba tiba saja terpintas di benaknya, "Bahkan, mulut Reva tidak senikmat ini.." gumamnya pelan.

"Ahhh... sial, Ini sungguh terasa nikmat..." Ucap Rio sembari terus menggerakkan kepala Muge naik turun.

"Kau tau, mulut kecilmu ternyata sangat berguna untuk penisku. Lihatlah, betapa kerasnya dia ketika memasuki mulutmu, seolah olah itu adalah lubang untuk mencapai surga."

Rio merasa kehilangan akal karena kenikmatan. Dia kemudian berdiri dengan tidak sabar, menaikkan salah satu kakinya keatas toilet, lalu menggerakkan pinggulnya maju dan mundur.

Hentakan demi hentakan terus di luncurkan oleh Rio, membuat Muge lemas dan tidak berdaya. "Rahangku sakit..." Gumamnya sembari menahan rasa sakit itu.

Aroma anggur manis perlahan mulai tercium di hidung Rio. Setelah begitu lama tinggal bersamanya, dia menyadari sesuatu, ketika Muge sedang takut atau sedih, tubuhnya akan selalu mengeluarkan aroma anggur manis yang memabukkan. Sedangkan ketika dia tidak sengaja melihat Muge tersenyum dan terlihat gembira, tubuhnya akan mengeluarkan aroma buah persik yang begitu menyejukkan hati serta pikiran.

Dia tidak tau, apakah seseorang memang selalu bisa mengeluarkan aroma yang sangat wangi dan berbeda beda setiap ketika raut serta perasaanmu berubah ubah. Tapi sejujurnya dia juga mengakui, dari banyaknya orang orang yang dia temui dan jumpai dimana pun itu, sejauh ini hanya Muge lah yang dapat melakukannya, dan dia mulai terbiasa dengan semua itu.

"Ya.. keluarkan.. keluarkan semua aroma itu. Aku menyukainya, aku akan mencoba untuk mengambil dan menerimanya kali ini.." ucapnya menyeringai.

Muge tidak bisa mendengar apapun, dia hanya mengikuti apapun arahan dari tubuh Rio yang sedang mengendalikannya.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now