BAB 11

3.4K 194 0
                                    

Saat setelah fajar mulai menyingsing dengan sendirinya, Rio akhirnya terbangun dari tidurnya yang panjang. Matanya yang terpejam dibangunkan oleh silaunya cahaya matahari pagi yang menghangatkan. Cahaya itu perlahan muncul dari celah celah gorden jendela kamarnya untuk mengisi kekosongan yang telah tinggal sisa sisa kegelapan malam didalamnya.

Entah mengapa, baru kali ini dia merasakan bahwa tidur terasa begitu menyenangkan. Otaknya yang terakhir kali bekerja keras hingga lelah dan banyak menimbun beban, seketika terasa plong saat bangun tidur. Dan itu tidak seperti biasanya yang selalu di iringi dengan sakit kepala.

Rio dengan malas membangunkan tubuhnya dari kasur empuknya yang nyaman, dan tiba tiba saja handuk kecil terjatuh dari dahinya. Dia memegang handuk itu dan ternyata itu masih terasa hangat seolah olah baru saja ditaruh diatas kepalanya. Kemudian matanya menuju ke arah nakas dan mendapati sebuah wadah baskom kecil dengan berisikan air hangat disana.

Disamping itu, ternyata juga telah tersedia nampan dengan sarapan dan segelas air putih, tidak lupa sebotol kecil obat demam. Kemudian, sebuah kertas kecil diujung nampan telah berhasil menarik perhatiannya.

Dia mengambil kertas itu lalu membacanya dalam hati. "Setelah bangun, jangan lupa sarapan dan minum obat." Lalu sambungnya di bawahnya "cuaca hari ini cukup dingin, ingatlah untuk membawa mantel dan tetaplah hangat."

Ya, inilah diri Muge yang paling dibencinya. Dia tau bahwa Muge sangatlah takut kepadanya, tapi dengan bodohnya mencoba untuk terlihat baik baik saja dengan memperlihatkan senyuman yang selalu terbentuk dibibir kecilnya seperti orang idiot. Sebenarnya apa yang ada di dalam otak bodohnya itu, apa dia berpikir bahwa sekarang waktunya bermain permainan rumah rumahan atau semacamnya? Apa yang membuatnya bertingkah menjijikan seperti ini? Gumam Rio. Wajahnya tersenyum mengejek sembari menatap kertas kecil itu.

"Haaahhhh... Dia sungguh pandai merusak pagi indahku!" Rio mengepalnya hingga membentuk bola kecil kemudian membuangnya ke tempat sampah yang berada di samping nakas.

Rio berjalan ke arah balkon untuk merokok seperti biasanya, sembari mencoba mengingat ingat kembali memori nya semalam dan ternyata ingatannya telah tersimpan sangat rapi didalam otaknya. Berpikir bahwa orang itu adalah Muge, dan dia akhirnya mengabaikan ingatan itu dengan wajah malas seolah olah semuanya tidak pernah terjadi.

.

Di sebuah bar yang tidak jauh dari rumahnya, Liyu tengah asyik duduk sambil membalas pesan teks di ponselnya, sesekali menyeruput sedikit demi sedikit minuman yang telah terisi penuh didalam gelasnya.

Liyu tanpa sadar tersenyum ketika sebuah pesan baru saja masuk dan itu cukup mengejutkan untuk teman teman serta kekasihnya yang berada disampingnya yang sedang menatapnya.

Beberapa hari setelah mereka putus, ternyata kekasihnya mendatangi rumahnya dan meminta maaf karena telah mengambil keputusan yang salah, dan karena Liyu masih sangat mencintainya, dia pun memaafkannya dan hubungan mereka pun kembali seperti sedia kala.

Tapi, tanpa di duga, ternyata sikap Liyu sedikit demi sedikit seperti telah berubah kepadanya. Dia lebih sering memilih untuk sibuk dengan ponselnya daripada mengajaknya berbicara. Dia benar benar telah berubah banyak hanya dalam beberapa hari saja setelah mereka putus.

Seorang temannya menyeletuk dengan candaan "Apakah Liyu kita sekarang adalah seorang bajingan? Lihatlah, wanita cantik sedang berada didepanmu, dan kau lebih memilih untuk mengencani sebuah benda pipih kecil itu." Semua orang tertawa menanggapi candaan itu. Kemudian Liyu hanya menjawabnya dengan santai bahwa adiknya lah yang sedang mengiriminya pesan.

Dia sangat jarang seperti ini, dan ini sangat langka untuknya karena ketika Liyu sendiri yang mengirimkan pesan terlebih dahulu, adiknya akan sangat lambat untuk membalasnya, bahkan dia harus menunggu beberapa jam baru di balas itupun jawabannya sangat singkat padat dan jelas seolah olah dia adalah orang yang paling sibuk di dunia.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now