BAB 47

1.4K 96 0
                                    

***flashback on***

"Ray, mari kita tinggalkan kota ini dan memulai hidup baru bersama. Aku, aku memiliki sedikit tabungan untuk menghidupimu dan anak anak." ujar pria muda tampan itu.

"Ji, semuanya tidak semudah itu." jawabnya dengan tatapan sendu sambil menggendong bayi kecil di sebelah kirinya, dan menggandeng balita di tangan kanannya.

"Mereka tidak bersalah." lanjutnya.

Pria itu kemudian menatap kedua anak itu dengan tatapan sedihnya. "Kau benar." katanya.

Pada saat yang sama, beberapa pria dengan setelan jas berkacamata hitam, sedang berjalan tergesah gesah.

Ji maupun Ray, mereka segera menyadari kalau mereka hampir tertangkap di balik tembok gang yang gelap itu.

Ji mengepalkan tinjunya. Melihat pria pria itu seperti sedang mencari sesuatu, Tatapannya seakan akan ingin membunuh mereka saat itu juga.

"Ayah! Jika bukan karenanya, kita tidak akan menjadi seperti ini." ujarnya dalam diam.

Saat kemarahan telah sepenuhnya menyelimuti isi kepalanya, tiba tiba saja sebuah tangan hangat melembutkannya.

"Ji, mari kita akhiri ini." ucapnya sendu, membuat wajah Ji seketika membatu.

"Ray, ini.. Ini tidak benar!" jawabnya panik.

"Kita, kita sudah berjanji untuk tetap bersama selamanya."

"Ji, pikirkan anak anak!"

Melihat wajah pria di hadapannya yang terlihat putus asa, dia pun menjadi tidak tega.

"Ray, aku.. Aku akan menikahi wanita itu seperti kata ayahku."

"Deg.."

Tentu saja. Semuanya sudah berakhir sekarang. Ji memiliki kehidupannya sendiri. Memangnya siapa dirinya?

Kekasihnya ini memiliki semuanya, sementara dirinya hanyalah setumpuk sampah yang sama sekali tidak berharga dimata siapapun. Ji pantas bahagia. Pikirnya.

"Ya, kau harus melakukannya." ujarnya tersenyum paksa dengan mata yang berkaca kaca.

Dan tanpa diduga, tangan besar Ji dengan cepat memeluknya seolah olah tidak ingin membiarkannya pergi.

"Ray.. Bagiku, pernikahan ini hanyalah sebuah tinta di atas kertas, asalkan kau dan anak anak bisa hidup dengan damai dan nyaman." katanya dengan suara lembutnya.

"Berikan aku waktu untuk memperkuat pondasi kekuatanku. Ketika saat itu tiba, mari kita memulainya dari awal lagi." lanjutnya.

Ray yang mendengar perkataan Ji yang sangat tulus, perlahan meneteskan air matanya. Dia tau kalau kekasihnya ini dapat dipercaya.

Hubungan yang mereka jalin sudah sangat lama. Ji adalah pria yang akan menepati kata katanya. Dan seperti itulah Ji yang dikenalnya selama ini.

Seraya tersenyum lembut, Ray menyenderkan kepalanya di bahu Ji dengan penuh perasaan, dan menjawabnya dengan, "Umm.. Aku akan menunggu." katanya.

Beberapa minggu kemudian, stasiun televisi mulai ramai membicarakan anak tunggal dari keluarga ternama, akan melangsungkan pernikahannya besok lusa.

Ray yang melihat itu, seketika tertawa miris di dalam hatinya. Saat itu mulutnya berkata ya, tapi hatinya terus memberikan penolakan hingga sampai detik ini.

"Ji, aku akan tetap mempercayaimu." gumamnya pelan, lalu mematikan saluran televisinya dengan malas.

.

Dua tahun kemudian.

Ray yang sedang membersihkan mainan anak anak yang berserakan di lantai, tertegun ketika mendengar suara bel pintu berbunyi.

Unperfect MarriageWhere stories live. Discover now