G 51 : Feeling Loved

143K 15.6K 830
                                    

Cheseli menatap Serah dengan tajam, ia melotot ngeri, jika mata itu adalah pistol dia pasti sudah membunuh orang.

Serah sendiri hanya diam, ia berkeringat dingin, sebenernya ia tidak bermaksud menganggu kedua kakak adik ini, hanya saja keadaan memaksanya.

"Jian kangen sama lo, gue dah bilang kita dah putus, dia nangis-nangis minta ketemu lo."

"Bilang bapaknya aja sana." ketus Cheseli, padahal saat ini ia dan Gamma sedang duduk berduaan sembari menikmati Bekal yang Cheseli buat.

Kali ini gadis itu membuat Sandwich isi, dia meminta Nina untuk membantunya, Cheseli sadar diri, jika ia memasak sendiri hasilnya pasti akan sama dengan masakannya waktu itu.

"Dia sudah tiada." kata Gamma santai.

Cheseli tersedak makananya, ia batuk-batuk sendiri.

Gamma mengelus pelan punggung Cheseli sembari memberikannya minum. "Pelan, Cheli."

Serah terdiam, ia memilin ujung jarinya. "Gue engga mau ganggu lo lagi, tapi tolong besok bisa gak lo bawah dia jalan-jalan, ngomong baik-baik sama dia kalau lo sama gue udah selesai."

Gamma mengangguk. "Oke." besok Weekend ia bisa melakukan itu.

"Aku ikut." ujar Cheseli, dia tidak akan membiarkan mereka jalan berdua.

"Jangan apa-apain anak gue." lirih Serah.

"Lo pikir gue apaan?" tanya Cheseli balik.

Serah tersenyum miring. "Pikir aja sendiri." Dia bangkit dan pergi begitu saja.

Cheseli menatapnya aneh, kemudian ia menatap Gamma. "Papanya benaran udah mati?"

Gamma mengangguk. "Jian, anak Serah sama teman SMP nya." cerita Gamma. "Meninggal karena tawuran."

Cheseli terdiam, entah kenapa sekarang ia merasa bersalah, eh tunggu bocah SMP emangnya bisa hamil dan melahirkan? Umur segitu aja Cheseli masih asyik gibahin orang sama Nuri dan Amel.

"Keluarga Serah ngusir dia."

Gadis itu mengangguk mengerti, kasian sekali.

"Kakak sering tidur sama kak Serah dong." Cheseli mengalihkan pandangannya ketika mengatakan hal ini.

Gamma tertawa geli. "Jian, dia yang nemenin." Itulah alasan lain kenapa ia bisa bertahan lama dengan Serah, dia mengajak Serah ke kamarnya beberapa kali juga untuk membantu Gamma membawa Buku-buku pelajaran yang bisa Jian gunakan untuk membaca, dia tidak pernah tidur bersama Serah di kamarnya.

"Oh iya, aku engga kepikiran." Cheseli tersenyum senang.

Gamma meliriknya, dia menarik tangan Cheseli.

Gadis itu menatapnya tidak mengerti. "Kenapa?"

Cheseli menahan nafasnya ketika Gamma tiba-tiba mencium pergelangan tangannya.

"Tunggu... tunggu.... tunggu...."

Mata Gamma menatap Cheseli, dia melumat pergelangan tangan gadis itu berkali-kali, Gamma seperti sedang berciuman dengan pergelangan tangan Cheseli.

"Heh!" Cheseli menarik tangannya. "Jorok tahu!"

Gamma menjilat ujung bibirnya. "Manis."

Wajah Cheseli memerah malu. "Kayaknya kak Gamma udah pro gombalin cewek." Cheseli mengelap pergelangan tangannya sendiri sapu tangan. "Ish, aku udah di cup-cap-cup sama kak Gamma."

"Engga suka?" tanya Gamma.

Cheseli berdiri di hadapan Gamma, ia memiringkan kepalanya dan tersenyum. "Kapan aku bilang engga suka?"

Gamma (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang