G 44 : Gamma (2)

125K 14.8K 730
                                    

Setelah kepergian Mega, Anthony menghampiri Gamma yang sedang bermain, ia meminta pengasuhnya untuk meninggalkan mereka berdua.

"Gamma."

Gamma yang memang sudah beberapa kali melihat Anthony sering berbicara dengan ibunya langsung mendekat ketika dipanggil.

Mirip dengan boneka, dia tidak tersenyum, atau bahagia.

Wajah pucat, bibir merah mudah, tatapan kosong, dan ekspresi wajahnya mengingatkan Anthony pada Boneka Barbie yang sering ia belikan untuk Cheseli.

Anak laki-laki tapi menggunakan gaun? Hidupnya benar-benar menyedihkan, Anthony merasa kasian.

Identitasnya direnggut oleh ibunya sendiri.

"Gamma tadi habis main apa?"

Gamma menunjuk tumpukan boneka yang ia mainkan dengan pengasuhnya. "Boneka."

Anthony mengangguk kecil. "Bonekanya bagus-bagus, mau menggambar?"

Gamma menggelengkan kepalanya.

"Engga suka gambar?"

Gamma menggelengkan kepalanya.

"Terus sukanya apa?"

Gamma menggelengkan kepalanya.

"Kenapa tidak ada?" tanya Anthony.

Gamma menggelengkan kepalanya.

Dia tidak banyak bicara.

"Kalau novel mau baca?"

Kepalanya memiring, sepertinya ia sedikit tertarik. "Apa itu?"

"Rangkai kalimat yang disusun menjadi sebuah cerita." Anthony mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah Buku. "Ini novel yang dibuat istriku ketika dia masih hidup, aku melanjutkannya sedikit, kamu mau baca?" Novel yang ia Desain sendiri Cover nya.

Gamma menatap judulnya.

She.

"She?" gumam Gamma.

Anthony mengangguk. "Dia menulis buku ini untuk putri kami, ketika dia mengetahui kami akan memiliki seorang putri, dia sangat senang dan menghayal kan tentang masa depan, bagaimana penampilannya, sikapnya, suaranya dan tawanya."

Gamma membuka buku itu, kedua matanya berbinar-binar ketika melihat foto USG yang berada di bawah cover buku. "Ini apa?" tanya Gamma, ini pertama kalinya ia melihatnya.

Anthony melihatnya. "Hasil USG dokter dihari ketika kami tahu akan memiliki anak perempuan."

"Keren!" seru Gamma, ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. "Ini kaki, tangan, hidung?" Dia menerka-nerka hasil USG itu.

Anthony tertawa. "Gamma pintar ya, tebakannya benar."

"Mau baca." katanya. "Boleh?" Dia meminta izin pada Anthony.

"Boleh, bacalah."

Gamma tersenyum tipis. "Makasih, Paman Thony." 

Ugh, dia cantik sekali, Anthony hampir tidak percaya Gamma adalah laki-laki.

"Sama-sama." Anthony mengacak-acak rambut panjang Gamma.

Beberapa hari setelahnya Anthony yang masih memiliki urusan di rumah dengan Golden dikagetkan dengan kehadiran Gamma di kamarnya. Sungguh mengejutkan, beberapa hari ini ia jarang melihat anak cowok jadi-jadian itu.

"Ada apa Gamma?" tanya Anthony, dia lelah habis bekerja.

Gamma turun dari kursinya, ia berlari dan menunjukkan novel sederhana itu pada Anthony. "Mau lihat!"

Gamma (The End)Where stories live. Discover now