G 19 : Never

166K 15.1K 107
                                    

Cheseli menangis keras, dia menangis di pundak Gamma.

Dia tidak pernah suka dengan tatapan Gamma, tidak pernah. Seperti tatapan seseorang yang sudah putus asa untuk melanjutkan kehidupan, mata kosong, senyum hampa dan wajah pucat tanpa emosi terkadang membuat Gamma semakin mirip dengan boneka-bonekanya.

Cheseli takut, sangat takut.

Bagaimana jika Gamma benar-benar menjadi Boneka?

Dadanya tidak akan naik-turun lagi, jantungnya tidak akan berdetak lagi, tubuhnya mendingin dan mata birunya tidak akan berkedip lagi.

Dia akan berubah kaku dan mati.

Cheseli tidak mau itu.

Dia tidak ingin Gamma menjadi salah satu dari boneka nya.

"Aku engga pernah tahu apa yang terjadi di masa lalu kakak." bisik Cheseli, pandangan matanya kabur. "Aku engga pernah tahu, Papa engga mau cerita, kak Gamma engga mau ngomong sama aku, aku jadi orang bodoh yang engga tahu apa-apa, seseorang yang egois, tertawa disaat orang lain menderita." Cheseli mengigit bibirnya bagian dalamnya. "Aku harus apa? Aku harus apa biar kak Gamma berhenti terlihat putus asa? Aku ada disini, kakak engga sendirian, aku akan melakukan apapun, jadi tolong jangan bersembunyi di balik wajah datar itu."

"Jangan berpura-pura menjadi orang baik."

Tepat setelah Cheseli berkata seperti itu Gamma langsung mendorong tubuh gadis itu ke lantai.

Kedua mata Cheseli membelak kaget, saat ini Gamma berada di atas tubuhnya.

Laki-laki itu menahan kedua tangannya, kaki Gamma berada diantara kaki Cheseli.

"Berhenti baik dan lo terluka." Gamma berujar lembut, entah kenapa aura laki-laki itu sedikit merubah. "Cheseli, lo tahu..." Gamma merunduk, dia berbisik di telinga Cheseli. "Gue engga pernah anggap lo adik."

Eh?

Air mata Cheseli langsung berhenti, pernyataan Gamma melukai perasaannya.

Tidak pernah? Sekalipun?

Gamma melepaskan kedua tangan Cheseli, ia memijat dahinya yang terasa pusing. "Pergi, jangan ganggu gue lagi."

Kenapa?

Apa Gamma tidak tahu seberapa besar dampak dari kata-kata itu untuk Cheseli.

Cheseli bangkit berdiri dengan sisa tenaganya, entah kenapa rasanya seluruh energinya terkuras habis hanya dengan mendengar kalimat terakhir Gamma. Dengan linglung Cheseli berjalan keluar dari kamar Gamma dan berdiri di depan pintu, gadis itu mematung disana.

Gue engga pernah anggap lo adik.

Pernyataan Gamma melukai hatinya.

Tidak pernah?

Apa artinya Gamma membencinya?

Lalu apa arti kedekatan mereka baru-baru ini?

Kenapa Gamma tiba-tiba berubah hanya untuk menyakiti dirinya.

Cheseli menutup wajahnya, dia kembali menangis.

Sebenernya kita ini apa?

Dua orang yang hidup di satu atap tanpa berinteraksi satu sama lain selama 11 tahun?

Kakak adik yang tidak memiliki hubungan darah?

Orang asing yang datang dan mengganggu kehidupan satu sama lain?

Apa yang Gamma pikirkan tentangnya?

Kenapa dia mengatakan kalimat sekejam itu.

Cheseli tahu mereka bukan kakak adik kandung, mereka hanya dua orang yang hidup atas dasar keluarga, keluarga yang ditegaskan Papanya 11 tahun yang lalu.

Gamma (The End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin