G 36 : Trust Me

142K 14.5K 200
                                    

Cheseli menunggu Gamma dengan bosan di ruang santai, dia menopang dagu tanpa semangat dan berkali-kali menggonta-ganti saluran televisi untuk melampiaskan kekesalannya. Kemana laki-laki itu pergi? Sudah sore tapi belum pulang juga, Cheseli jadi bertanya-tanya apa Gamma masih marah karena kejadian kemarin? Takutnya karena kejadian itu Gamma berubah cuek lagi pada Cheseli.

Bisa gawat nih.

"Nona, Tuan Gamma sudah kembali."

Mendapatkan kabar dari Nina, Cheseli langsung berlari secepat mungkin menuju pintu depan, ia keluar dan melihat Gamma yang baru saja turun dari motornya.

"Kak Gamma." Cheseli menyapa dengan ceria.

Gamma berjalan masuk tanpa melihat Cheseli.

Benar saja, dia masih marah.

Cheseli mengikuti Gamma, dia berjalan di sampingnya. "Kakak darimana? Kok lama banget pulangnya? Terus kenapa kakak bau asap?"

Tercium aroma asap dan minyak tanah dari tubuh Gamma.

Darimana laki-laki ini?

Gamma membuka kunci kamarnya, dia tidak memperdulikan segala pertanyaan Cheseli.

"Kakak masih marah? Aku buat sesuatu loh untuk kakak, ayo ke dapur dan makan, istimewa loh, masakan pertama Cheseli."

Gamma masuk, dan Cheseli ingin ikut masuk namun laki-laki itu langsung mendorong dahi Cheseli.

"Loh?" Cheseli bingung.

Gamma menutup pintu, tepat di hadapan Cheseli.

Gawat.

Gamma benar-benar marah padanya.

Apa yang harus Cheseli lakukan?!

Masuk ke kamarnya, Cheseli membuka pintu balkon, ia menatap balkon milik Gamma.

Sepertinya ia bisa berjalan kesana.

Cheseli menarik nafas dalam-dalam, dia mengikat rambut panjangnya. "Oke, pasti bisa." Pikirnya positif.

Dia naik ke pembatas balkon, menginjakkan kaki kanannya ke pembatas balkon milik Gamma dan dalam hitungan detik Cheseli sudah berada di balkon kamar Gamma.

Yah karena jaraknya tidak terlalu jauh, itu mudah.

Nekat sekali gadis ini.

Cheseli menempelkan wajahnya di pintu kaca balkon, ini pertama kalinya ia melihat kamar Gamma, waktu itu ia tidak bisa memperhatikannya karena gelap. Kamar Gamma terlihat seperti perpustakaan mini, ada dua lemari besar di hadapan kasurnya, disana tersusun rapi buku-buku dari berbagai macam genre, ada Gitar, meja belajar, kulkas mini, seperangkat komputer, dan dua pintu yang Cheseli tidak tahu mengerah kemana.

Salah satu pintu itu terbuka, Gamma keluar darisana dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Kedua mata Cheseli membelak ketika melihat perut Gamma, senyumnya luntur.

Cheseli mengetuk-ngetuk pintu balkon sekeras mungkin.

Gamma yang sedang mengeringkan rambutnya mendengar ketukan itu, ia menatap Cheseli yang sudah hampir menangis, kedua matanya berkaca-kaca.

Tangan laki-laki itu langsung mengambil jubah mandi dan menutupi tubuh bagian atasnya.

Percuma, Cheseli sudah melihat semuanya.

Melihat keterdiaman Gamma, Cheseli merunduk sedih dan mengigit bibirnya dalam diam, kedua tangannya bergetar.

Menghela nafas, Gamma akhirnya memutuskan untuk membuka kunci pintu balkon, sebelum ia membuka pintunya Cheseli mendorong pintu itu dan langsung menubruk Gamma.

Gamma (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang