G 40 : Naula

129K 13.3K 320
                                    

Apa yang dia inginkan?

Ngajak gulet? Pakai apa? Mulut atau tangan?

Dengan apapun itu Cheseli akan menghadapinya, rasa kesalnya pada gadis ini juga belum hilang karena dialah Cheseli menunjukkan sisi memalukannya pada Gamma. Setelah insiden waktu itu Naula kenak skorsing dari BK, Cheseli tidak tahu berapa lama, memang dia tidak melihat Naula sejak insiden itu.

"Gue minta maaf."

Eh?

Cheseli syok berat.

"Kecemburuan membuat gue buta." Dia meminta maaf tapi wajahnya datar sekali.

"Gue baru sadar cowok kayak Viggo seumur hidup engga akan pernah bisa gue dapatkan, dia bebas menyukai siapa aja." Kok dia jadi curhat. "Menyukai Viggo itu rasanya sakit, laki-laki itu tidak memiliki hati dan pikiran, dia melakukan semua seenaknya tanpa merasa bersalah atau peduli pada masalah yang tercipta dari tindakannya."

Apa yang sebenarnya ia lakukan disini?

"Gue berhenti ngejar Viggo sekarang, gue udah rusak, mungkin seumur hidup engga akan ada cowok yang mau nerima gue apa adanya."

Cheseli terdiam.

Naula tertawa miris, matanya berkaca-kaca. "Dia brengsek, mempermainkan perasaan orang, memberikan pernyataan yang begitu menjijikkan, lo tahu syarat di notice Viggo itu harus tidur sama dia, tidur dalam hal menyerahkan tubuh lo." Dia menatap ke atas, untuk mencegah air matanya jatuh. "Dia tahu gue suka sama dia dari kelas 10, dia tahu tentang perasaan gue, niduri gue, melakukan hal-hal itu di lingkungan sekolah itu rasanya sangat menjijikkan." Dia menggelengkan kepalanya. "Kemanapun gue pergi, apapun yang gue lihat, sekolah ini terasa seperti penjara waktu yang mengurung gue dalam kenangan."

Cheseli masih diam, sebenernya dia bingung.

Kenapa Naula menceritakan hal ini padanya?

"Sebelumnya gue gadis baik, sumpah demi apapun gue engga pernah jebak lo, tapi setelah ketemu dia gue jadi gadis buruk dan melakukan tindakan itu sama lo, maafin gue." Dia menatap Cheseli tulus. "Gue mau pergi tanpa penyesalan dari sekolah ini."

Eh?

Apa yang dia dengarkan tadi?

Cheseli engga salah dengar kan?

"Kakak mau pergi dari sekolah? Kenapa? Karena tuh cowok?" Cheseli menatap Naula tidak percaya.

Naula mengangguk. "Gue mau Move-on, gue engga mau lihat dia lagi."

"Kakak udah kelas 12, masa keluar gitu aja? Nanti engga dapat surat rekomendasi dari sekolah." Cheseli menatap Naula tajam. "Jangan pindah hanya karena cowok brengsek."

"Tapi gue engga bisa lihat dia, dada gue sakit...." Dia mencekram seragamnya sendiri.

"Gak usah lihat, siapa yang nyuruh kakak lihat dia?" Cheseli berkata marah. "Masih banyak cowok di sekolah ini, bukan cuma dia, ada yang lebih tampan dari dia, yang lebih-lebih segalanya dari dia, yang lebih menghargai dan mencintai seorang wanita." Naula dia terlalu merendahkan dirinya. "Kakak udah rusak? Gak apa-apa, nanti ada yang memperbaiki, kakak sakit hati lihat dia? Engga usah lihat, kakak juga engga sekelas sama kak Viggo." Cheseli tersenyum tipis. "Yang harus kakak lakuin itu balas dendam, bukan kabur."

Cheseli mendekati Naula, dia mengangkat wajah gadis itu. "Kakak itu cantik, berkharisma, pintar, dan asal kakak tahu beberapa anak kelas 10 banyak kok yang suka kakak."

Naula tidak bisa berkata-kata, selama ini tidak pernah ada yang mengatakan hal seperti itu padanya.

"Cinta diri sendiri, hargai, berubah, dan hadapi kak Viggo dengan penuh percaya diri." Cheseli tersenyum manis. "Harusnya kakak ngelakuin itu, bukan kabur, buat kak Viggo nyesal karena udah sia-siain cewek sehebat dan sekeren kakak."

Gamma (The End)Where stories live. Discover now