Dia di takdirkan hanya untuk ku

54 4 0
                                    

Langsung aja cuzzz!




Poment juceyow~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Miu?" sapanya.

Saat menoleh Miu begitu kaget siapa yang menyapanya, dengan penuh arasa kaget, bingung, bertanya-tanya dan mungkin sedikit senang. Sudah sangat begitu lama mereka tidak bertemu, namun justru keduanya bertemu dengan cara seperti. Miu tidak tau mau bicara apa di pertemuan mendadak ini.

Miu habis kontrol kandungannya di Rumah Sakit, Hyunjin ga bisa menemaninya. Ia hanya bersama dengan Pak Udin yang kini entah kemana.

"Ya? Oo.. Emm, hai?" ucap Miu kikuk.

Chenle mendekat dan duduk di sebelah Miu, ia menatap perut teman lamanya itu lamat-lamat. Chenle tersenyum canggung, "hai, gimana kabar lo?".

"Masih sama Hyunjin?" lanjutnya menatap Miu watados.

Kening Miu berkerut mendengar penuturan Chenle, maksudnya apan coba tanya begitu?!

"Maksud omongan lo apa, Haa???" marahnya, sedikit meninggikan suaranya.

Chenle justru terkekeh, menjengkelkan di mata Miu. "Maksud gue,,," ia mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Miu, "kalo lo bosen. Lo bisa balik sama gue" bisiknya, kemudian ia menatap Miu dengan senyum smirk, yang berkali kali lipat pengen Miu tampol rasanya.

"Kita bahkan ga pernah punya hubungan ya bangsat!" ketusnya, emosinya hampir meledak ledak. Kalau ia tak ingat sedang mengandung, Miu mendorong Chenle menjauh darinya.

"Minggir!" pinta Miu saat Chenle terlihat menghalangi jalan nya.

"Lo ga penasaran kenapa gue ada disini?" celetuk Chenle, ia berjalan memutari Miu yang berdiri termenung.

"Buk?" panggil Pak Udin menghampiri.

Pak Udin berdiri di depan Miu, "kenapa Buk? Ada yang sakit??" paniknya si supir, mau bagaimanapun Miu ini menjadi tanggung jawabnya saat di luar rumah begini.

Miu menatap kepergian Chenle, diam-diam ia meremat kepalan tangannya kuat. Kepalanya nyut-nyutan, dirinya merasa udara sangat panas di sekelilingnya. "Hahh, gakpapa Pak. Ayo Pak mau cepetan balik, cape rasanya" hembusan nafas frustasi Miu terdengar, Pak Udin membantu Miu membawakan bawaannya yang sebenernya Miu bisa bawa sendiri dan melarang Pak Udin. Namun kali ini Miu membiarkan Pak Udin membawakan bawaannya tanpa banyak pikir.

Bener-bener mual rasanya.





Di perjalanan pulang hingga ia sudah rebahan di rumah sekalipun, kepalanya masih penuh dengan Chenle. Setelah sekian lama tak pernah saling menghubungi satu sama lain lagi, kenapa tiba-tiba si kepala besar itu muncul di hadapannya?

Apa ini hanya sebuah kebetulan?

Atau mungkin,,








"Soulmate" ucapnya.

"Pala lo Soulmate!".

"Lo jangan gila anjir, gue dateng jauh-jauh bukan buat dengerin omong kosong lo ya!" dengus si perempuan.

Chenle menatap temannya serius, "apa omongan gue kedengeran kaya omong kosong?".

"Ya jelaslah tolol, apaan sih lo. Trus Istri lo gimana bangsat? Ga usah aneh-aneh deh lo" keluh si cewek.

Cowok kelahiran China itu menggeleng dramatis, "dia ga perduli" sambil tersenyum remeh.

"Halah, persetan! Tetep aja, lo jangan gila ya" ucap Sodam lagi, emosinya meletup letup.

Bukan Teman Biasa! ; Chenle Ft MiuWhere stories live. Discover now