Lembaran baru

91 10 0
                                    


Heyowwww!

Baca sampe habis ya 👀✨

Voment juseyow 💛

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah lulus dari masa-masa SMA, siswa/i yang di nyatakan lulus itu masih suka bolak balik kesekolah untuk keperluan kampus mereka. Semua orang seakan mulai sibuk dengan arah tujuan yang mereka tempuh, entah kuliah di luar kota, sampe keluar negri sekalipun, ada juga yang langsung nyoba ngelamar kerja di banyak tempat, ada yang ngambil kelas khursus di satu bidang tertentu juga dan masih banyak lagi.

Ya, semua orang.

Tapi Miu di kecualikan.

Dia justru hampir seminggu ini hanya bolak balik kerumah tetangga, ngeliatin kesibukannya Chenle yang mengeluh terus di depannya.

Setelah lulus Jaemin jadi lebih pendiem dan ia bertekat, Nakyung beneran pindah sama Ibunya ke Rusia ninggalin banyak hati yang merasa kehilangan. Jeno ngambil menejemen bisnis bareng Chenle, Eric sendiri lansung terjun kelapangan kerja. Renjun pulang kampung ga bilang-bilang, tau tau dia vidio call udah beda negara, entah akan menetap atau kembali.

Mark lagi persiapan mandiri di kota orang, ia yang paling jauh dari yang lain. Jisung sendiri keliatan santai, Miu ga di kasih tau anak itu kemana dan ke jalur apa. Yang paling aneh Haechan, dia jadi sensian kalo udah liat Miu bawaannya mau marah, ga jarang juga Haechan mengabaikan Miu sampe rasanya pen gelut! Ga perduli juga itu anak kampus dimana, kesel.

Ahhh!

Dan Ryujin, dia juga pergi jauh demi dirinya sendiri. Terbang dari sangkar yang mengekangnya, setidaknya Ryujin berhasil membuat pilihannya sendiri. Sunwoo ga nyangka banget, dia keterima di salah satu kampus ternama di Indo! Mana ngambil kedokteran! Mantul gak tuh anak diem-diem menghanyutkan. Hyunjin sendiri mengatasi kegalauannya dan akan pergi ke luar negri mengambil psikologi.

Miu seneng denger temennya mau kesana, mau jadi ini, mau kaya gitu. Tapi disisi lain ia juga merasa kehilangan mereka, sedih yang tak di sampaikan membuatnya ga semangat.

Papa dan Bunda juga udah berunding bersamanya, mereka memberi kelonggaran untuk pilihannya sendiri. Apapun yang Miu mau tekuni, sebisa mungkin kedua orangtuanya akan mendukung. Sebelum ini Bunda udah marah-marah karna Miu ga mau kuliah, seenggaknya kuliah apa aja katanya. Tapi balik lagi, Miu ga minat, bingung juga. Ia belum menemukan minat di bidang tertentu untuk ia tekuni lebih mendalam.

Karna itu Papanya mengusulkan Miu untuk mencari dunianya sendiri, walau awalnya Bunda ga setuju tapi luluh juga akhirnya. Mengarahkan Miu untuk mencoba apapun yang menarik perhatiannya, ataupun minatnya. Setelah menemukannya ia bisa menetapkan diri.

"Leee? Lele?" panggil Miu gabut.

"Apaan sih Mii? Ganggu lo!" serunya yang masih fokus dengan ponselnya.

"Ishh! Bosen tau! Emang lo ga bosen apaa?!" keluhnya yang udah menguasai tempat tidur Chenle, ia melampiaskannya dengan memukul mukul kasur.

Chenle sendiri hanya melirik Miu ga minat, game di ponselnya lebih penting pokoknya.

Miu yang melihat itu menggerutu, "kalo gue menang kasih gue hadiah" celetuknya.

"Haa? Kok jadi gue? Yang mainkan elo, bukan gue!" dengan nada tak sukanya.

"Leee! Dengerin gak sih lo?! Tau akhhh malesssss" ngambeknya, kakinya di hentakan lalu melangkah pergi.

"Sini dulu" panggil Chenle agar Miu mendekat.

Saat Miu bisa Chenle jangkau, anak itu menarik Miu dan memangkunya. "Leee?!" pekik Miu kaget.

"Sshtt, diem dulu. Gue bentar lagi selesai. Jangan kemana-mana" jelas Chenle yang mata dan jarinya masih fokus ke ponselnya, lengannya melingkar apik di pinggang ramping Miu.

Bukan Teman Biasa! ; Chenle Ft MiuМесто, где живут истории. Откройте их для себя