|•|CUE 31 🍪

10.3K 564 17
                                    

Happy Reading 💗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading 💗.




•🍪•

Elza menujuk ke arah lain dengan hebohnya. Gus Zayyan juga langsung menatap ke arah yang ditunjuk Elza. Benar saja, Gus Zayyan melihat Farah sedang bercanda dengan seorang laki-laki. Ia merasa tidak asing dengan laki-laki tersebut.

"Ayo mas kita samperin dia." Elza menggandeng tangan Gus Zayyan, tapi Gus Zayyan mencegahnya.

Merasa Gus Zayyan tidak beranjak dan memegangi tangannya, Elza menoleh ke belakang. Saat itu juga Elza melihat suaminya menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, firasat saya tidak enak. Lebih baik kita segera ke makam abi dan ummi."

Elza dilanda kebingungan. Ia harus memilih menemui Farah, atau mendengarkan apa kata suaminya. Setelah memikirkan cukup matang, Elza memilih untuk menurut apa kata Gus Zayyan. Mereka pun segera masuk ke area pemakaman.

Elza dan Gus Zayyan melewati beberapa nisan sebelum akhirnya sampai di makam abi dan ummi. Elza lalu duduk di sebuah batu yang tidak jauh dari makam abi dan ummi, diikuti Gus Zayyan yang berjongkok di dekatnya.

"Assalamu'alaikum abi, ummi," ucap Elza dan Gus Zayyan berbarengan.

"Abi, ummi. Sebentar lagi cucu kalian akan lahir. Nanti kalau si baby udah lahir, abi sama ummi pasti ikut senang kan?" Mata Elza tidak bisa menahan lagi air matanya.

Saat itu juga, tangis Elza pecah. Ia mencurahkan semua yang ada di dalam hatinya. Gus Zayyan memaklumi hal itu, tapi ia juga berusaha untuk memenangkan istrinya. Setelah cukup reda tangisan Elza, Gus Zayyan dan Elza menaburkan bunga serta mendoakan abi dan ummi.

Selesai urusan di pemakaman, mereka pun segera kembali ke mobil untuk pergi ke panti asuhan. Sepanjang perjalanan Elza masih memikirkan tentang Farah. Mengapa dirinya bisa sampai sini? Lalu siapakah laki-laki yang bersama Farah? Pertanyaan itu terus Elza pikiran walaupun tidak ada jawaban yang pasti.

Melihat istrinya yang termenung sambil menatap ke luar jendela, Gus Zayyan mencoba untuk mencairkan suasana. Ia memberikan sebuah teka-teki lelucon.

"Sayang, saya kasih tebak-tebakan."

Mendengar Gus Zayyan memulai pembicaraan, Elza menoleh ke arah Gus Zayyan. "Apa, mas?"

"Muka, muka apa yang besar?" tanya Gus Zayyan dengan senyuman manisnya.

Elza tampak berpikir keras. Satu menit berlalu tapi ia belum menemukan jawabannya. Elza pun menjawabnya dengan asal.

"Muka gajah?"

Gus Zayyan menggeleng mendengar jawaban Elza. Karena jawabannya salah, Elza kembali berpikir untuk mendapatkan jawaban yang benar. Namun lama ia berpikir bukannya mendapat jawaban, eh malah pikirannya menjadi buntu. Alhasil ia menyerah.

Cinta Untuk Elza | EndWhere stories live. Discover now