Part 22 "Sweet Moment"

257 28 11
                                    

Freya sedang sibuk memasukan peralatan tulisnya ke dalam tas saat tiba-tiba Mila berceletuk,

"Jika diperhatikan lama-lama, Bob ternyata tampan juga ya."

Oh, untung saja Freya sedang tidak makan atau minum sesuatu saat ia mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya berusan. Jika tidak, ia pasti sudah tersedak hebat. Ia pun menatap Mila yang terang-terangan memandang ke arah pemuda kutu buku berkacamata tebal di ujung kelas sana sambil menggigit bibir.

Freya tak membalas pernyataan random tersebut dan memilih menyelesaikan apa yang sedang ia lakukan. Namun tampaknya Mila belum selesai memuji Bobby John Junior. Karena hal yang diucapkan selanjutnya cukup membuat Freya membulatkan mata.

"Kau tahu, di balik penampilannya yang kaku dan kacamata minusnya itu, dia pasti cukup kuat dan agresif," ucap Mila. "Pendiam tak selamanya payah."

Freya mengernyitkan dahi, "Apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?"

Mila menoleh dengan seringai lebarnya, "Menurut novel yang ku baca, pemuda culun seperti Bobby itu sebenarnya seksi. Tapi semua itu tersembunyi dengan jati diri yang orang-orang tahu. Aku yakin dibalik jaket coklatnya itu, dia menyimpan otot yang kekar."

Freya memutar bola matanya jengah, ia mulai mengerti kenapa tiba-tiba gadis dengan dress berwarna peach ini tiba-tiba membicarakan tentang Bobby. Padahal tadinya dia sedang bercerita tentang drama series baru yang ia temukan di Netflix. Entah bagaimana caranya otak gadis tersebut malah tersambung ke memori tentang buku picisan yang pernah dia baca hingga membuatnya tiba-tiba melihat Bobby dengan penglihatan yang berbeda.

"Kau benar-benar harus mengontrol bacaanmu, Mila," kata Freya sambil menyampirkan tasnya di punggung. "Atau kau juga akan memuji Pak Donovan, guru sejarah kita yang tua itu sebagai sugar daddy atau semacamnya."

"Well, kurasa dia memenuhi kualifikasi untuk menjadi sugar da---"

"Oh my God, Mila. Itu bukan respon yang ingin ku dengar," sergah Freya sambil melirik sahabatnya itu dengan raut tak percaya.

Mila berdecak, "Oh, jangan bersikap seolah hal itu menjijikan. Kau sendiri mengencani pria lima pulu--"

"Sssh, kecilkan suaramu!" ucap Freya sambil membekap mulut Mila. "Aku tidak ingin menjadi bahan gosip dengan topik yang lebih aneh dari yang kemarin."

Mila terkekeh pelan, "Ya. Itu cukup lucu bahwa orang-orang berpikir kau berkencan dengan kakak Julius yang berusia tiga puluh tahun. Damn, sepertinya dia sangat marah malam itu, sampai-sampai Dexter tidak masuk sekolah hari ini. Apa Lucas menyukaimu?"

Freya mengangkat bahunya acuh, enggan membahas tentang hal yang berkaitan dengan pria itu. Ia memilih untuk keluar dari kelas dan menuju loker untuk mengambil tas gym yang akan ia bawa ke rumah Jeff. Ah, rasanya ia sudah tidak sabar untuk segera ke sana. Mungkin dengan berada bersama Mate-nya tersebut, rasa kesalnya terhadap gosip yang beredar bisa terhapuskan.

Tapi sialnya, satu-satunya orang yang ia hindari sejak pagi malah menunggunya di loker.

"Hei, guys," sapa pemuda tersebut sambil memasang senyum lebar.

Mila yang seratus persen tidak menyadari ketegangan di antara mereka pun membalas, "Hei, kemana saja kau? Kau tidak makan siang?"

"Umm... aku membawa bekal dan memakannya di perpustakaan," jawab Julius cepat, membuat Mila mengangkat sebelah alisnya.

"Itu terdengar seperti omong kosong besar," balas gadis tersebut. "Tapi, ah, terserahlah. Setidaknya aku bisa meminum seluruh jus jeruk ku tanpa interupsi."

Julius terkekeh pelan dan mengalihkan pandangannya ke arah Freya -yang langsung membuang muka saat menyadari tatapannya. Pemuda itu menghela nafas dan berkata pada Mila, "Hei, Mila. Aku ingin bicara dengan Freya."

Little FlowerWhere stories live. Discover now