Part 19 "Dexter's Party"

190 22 3
                                    

Jika ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, itu adalah kebohongan besar. Melihat belahan jiwanya melempar tatapan dingin ke arahnya membuat udara di sekitarnya sesak. Ia harus berusaha ekstra untuk menenangkan Byron dan dirinya sendiri dari rasa sedih dan khawatir.

Yang ingin ia lihat hari ini adalah senyuman lebar gadis itu, bukan raut datar yang hanya mengeluarkan ekspresi negatif. Dan sikap tersebut membuatnya khawatir akan kehilangan gadis itu disaat ia bahkan belum mendapatkannya.

Byron melolong keras, memaksanya untuk segera menandai gadis itu. Namun ada dinding yang selalu membuatnya bertahan di tempatnya. Bertahan dengan keputusannya. Sebuah janji yang ia ikrar dengan dirinya sendiri dan mendiang Gilliam, meski sahabatnya tersebut tak bisa mendengarnya. Jika ia menyerah sekarang, tiga belas tahun itu akan sia-sia. Ia hanya perlu melewati delapan bulan lagi sebelum menerima tropinya.

"Lakukan lagi," titahnya kepada dua remaja yang bergulat di depannya. Keduanya sama-sama tumbang dan terlihat sudah lelah. Namun mereka masih semangat untuk menyelesaikan sparing hari ini.

Ia memperhatikam Freya yang kembali berdiri tegap, pun Julius yang tampaknya mulai menghidupkan egonya sebagai Alpha. Dia bukanlah raja Alpha, namun darah pemimpin tetap mengalir di dalam darahnya. Kalah bukanlah keinginan seorang Alpha.

Lantas pemuda itu bersiap di tempatnya sambil menghunuskan tatapan tajam ke arah Freya sebelum melayangkan serangannya ke arah kepala gadis tersebut. Namun dia tidak tahu bahwa Freya memiliki gerak reflek yang cukup cepat dan mampu mengelak dari serangan tersebut dengan menunduk.

Seperti gerak jarum jam, gadis itu kembali menjerat kaki Julius sebelum membantingnya dengan mudah ke matras. Tapi setelah itu ia langsung mundur tanpa mengunci gerakan Julius, membuat Jeff berkomentar, "Jangan langsung mundur seperti itu Freya. Kau membuka target serangan untuknya."

Freya memutar bola matanya dan kembali ke posisinya, menanti Julius untuk bangkit. Jeff melihat wajah bersahabat pemuda itu telah hilang seutuhnya, ia benar-benar ingin mengalahkan Freya kali ini. Namun Julius tak menyerang duluan, ia menunggu sampai Freya datang padanya dan melakukan teknik mengelak yang sama. Dan dengan tubuhnya yang lebih besar, dengan mudah pemuda itu membanting Freya seperti yang tadi gadis itu lakukan padanya. Tapi dia terlalu cepat berdiri sambil menyeringai puas, membuat Jeff menggelengkan kepala pelan.

"Jangan cepat puas, dia belum tumbang sepenuhnya," ujar Jeff yang membuat Julius menatapnya bingung. Namun belum sempat Jeff menjawab, Freya sudah menendang pemuda tersebut hingga ia terlentang tak jauh dari gadis itu. Dan Jeff tak bisa menahan kekehan gelinya.

"Kau curang!" ucap Julius tak terima sambil menggeram pelan.

Freya bangkit dari matras dan melayangkan senyum miringnya, "Tidak ada keadilan dalam perang, Jules."

Jeff mengalihkan pandangannya saat Freya mendekati Julius dan mengacak rambut pemuda itu sambil tertawa. Ia tahu bahwa mereka bersahabat, namun ia juga tahu bahwa ia tak pernah suka melihat itu semua. Gadis itu membantu Julius berdiri dan mereka kembali bersiap untuk melanjutkan sparing. Setelah beberapa kali kalah, kedua remaja itu meminta istirahat dan Jeff menyetujui. Pria itu kembali ke bangkunya yang berseberangan dari mereka, meski hatinya ingin berada di sana agar bisa dekat dengan Freya. Tapi gadis itu saja tak mau melihatnya.

Saat mereka kembali melakukan sparing, Jeff hanya memperhatikan dari tempatnya dan merasa begitu bangga dengan perkembangan gadisnya itu. Karena kali ini Freya memusatkan fokusnya pada pertarungan dan sama sekali tak membiarkan Julius menang. Ia tahu gadis itu akan menjadi Alpha yang hebat suatu saat nanti. Satu atau dua kali terjatuh tak membuat semangatnya padam, justru malah semakin berkobar hingga akhirnya Julius terkapar di matras.

Little FlowerWhere stories live. Discover now