29. Mimpi👣

33 4 1
                                    

Bumi sulit untuk memejamkan matanya bahkan hari sudah larut pun matanya enggan untuk tertutup.

Sebenarnya ada yang mengganggu pikirannya ya masalah nya dengan Biru selalu saja menjadi boomerang bagi dirinya setiap malam dia terus memikirkan mengapa Biru tega mencelekai kedua orang tuanya.

"Dia udah gila" teriak Bumi yang hanya terdengar oleh dirinya karena sudah pasti semua orang telah terlelap dalam mimpi saat ini.

Dia memandang sendu bintang yang berkilauan di langit malam "Indah" gumamnya perasaan yang tadinya keruh perlahan berubah ketika melihat salah satu binatang yang sinarnya menarik perhatian nya.

"Andai Bintang itu mamah, mah Darrel kangen" ah tidak air mata itu jatuh bersamaan dengan terucapnya kata kangen. Perasaan rindu yang teramat dalam sungguh membuat dirinya hampir frustasi.

Bagaimana tidak, di kala orang mengatakan bahwa obat rindu adalah temu maka apa yang harus di lakukan oleh dirinya yang merindukan kedua orang tuanya? Menemui mereka sungguh mustahil bukan?

Mereka hanya bisa berkomunikasi lewat mimpi, itu pun hanya kecil kemungkinan bisa terjadi.

"Mamah Darrel butuh pelukan mamah" Darrel menatap Bintang yang bercahaya itu seakan-akan sedang berbicara dengan Arumi.

Sepertinya binatang itu merespon curahan hati Bumi dengan menunjukkan kilaunya Bumi yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum lebar, dia tak menyangka bintang itu benar-benar merespon dirinya.

"Kamu tau karena mu hati ini terasa sedikit tenang, aku harap setelah ini aku bermimpi indah" Bumi segera menghapus air matanya dan membalikan tubuhnya. Dia berjalan menuju kamarnya dia meninggalkan balkon dan bintang yang bercahaya dengan perasaan yang bahagia.

Setelah sampai dia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya untuk tidur tak lupa membaca doa sebelum tidur terlebih dahulu.

-Dalam Mimpi-

Dalam mimpinya Bumi bertemu dengan seorang wanita yang menggunakan baju serba putih lengkap dengan mahkota di kepalanya dan sayap putih di kedua sisi punggungnya.

Dia mendekati sosok wanita yang tengah berdiri memandangnya itu dalam benaknya seperti nya dia mengenal sosok wanita itu.

Wanita itu tersenyum kearah Bumi dia merentangkan tangannya berharap anaknya itu memeluknya ya dia adalah ibunya Bumi yaitu Arumi.

Saat sudah berada di hadapan wanita itu Bumi membelalakkan matanya terkejut melihat sosok Arumi berada di hadapannya tak membuang banyak waktu Bumi jatuh kedalam pelukan Arumi dia memeluk Arumi sangat erat rindu yang dia rasakan akhirnya bisa dia luapkan walaupun hanya dalam mimpi.

"Mamah kangen sama Darrel" ungkap Arumi membuka percakapan. Meninggalkan buah hatinya itu meninggalkan bekas luka terdalam dari lubuk hatinya. Namun dia bahagia Bumi bisa tumbuh menjadi anak yang baik, tampan dan sehat sekarang ini.

"Darrel juga kangen sama mamah, kangen banget" lirih Bumi.

"Gimana keadaan Darrel?" Arumi memegang kedua pipi anaknya dia menatap hangat ke arah Bumi.

"Secara fisik Darrel baik tapi secara mental Darrel gak baik-baik aja" Bumi tak dapat menyembunyikan lukanya di hadapan Arumi dia lemah jika sudah berhadapan dengan wanita itu. Dia akan jujur mengenai apa yang di rasakan nya saat ini ya hanya kepada Arumi.

"Kenapa sayang" Arumi bertanya dengan lembut dia berusaha menyembunyikan air matanya dia tak sanggup mendengar jika anak nya itu sedang tidak baik-baik saja hatinya seakan diiris pisau.

"Semesta jahat sama Darrel, dia ambil semua kebahagiaan Darrel termasuk mamah sama papah". Air matanya tak dapat di bendung lagi akhirnya pertahanannya runtuh di depan Arumi.

"Semesta gak jahat sayang. Ini udah takdir kita, kita di pisahkan oleh jarak waktu dan dunia agar kamu bisa jadi anak yang kuat dan mandiri, anak mamah kan kuat" Arumi pun tak kuasa menahan tangisnya lagi tangisnya pecah berbarengan dengan jatuhnya air mata Bumi dia kembali menarik bumi kedalam pelukannya.

"Apapun itu aku membenci semuanya, aku benci takdir yang di tulis untukku, aku benci semesta karena memisahkan kita, dan aku benci Biru karena dia alasan mamah sama papah meninggal"

'BIRU'

"Biru? Kenapa kamu membenci dia, kakakmu tidak salah ini bukan kesalahan nya. Mamah sama papah meninggal itu murni kecelakaan sayang, gak ada sangkut pautnya dengan kakakmu. Mamah tau kakakmu melakukan kesalahan tapi kami meninggal karena papah menghindari mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan papah membanting stir ke arah kanan dan tak sempat mengerem itu sebabnya mobil kita bisa masuk ke dalam jurang" tutur Arumi dengan detai mengenai kejadian kecelakaan di waktu itu.

Bumi kaget mendengar penuturan dari Arumi ternyata Arumi dan Nino meninggal murni karena kecelakaan tetapi tetap saja dia belum bisa memaafkan kesalahan Biru dia tetap bersalah.

Tidak ada hukum yang memberarkan tindak kejahatan yang di lakukan oleh Biru meskipun Bumi tidak melaporkan nya tetap saja dia tidak bisa memafkan lelaki yang berstatus sebagai abangnya itu.

"Darrel janji sama mamah" Arumi menarik dagu Bumi, Bumi menatap sendu ke arah Arumi "Darrel harus bisa ikhlas maafin kakak mu ya" pinta Arumi.

Bagaimana bisa Bumi menolak permintaan ibu kandungnya namun dia tak bisa membohongi dirinya sendiri dia belum bisa memaafkan Biru apalagi mengikhlaskan semuanya. "Ya Darrel bakal coba"

"Good boy, kamu harus terus mencoba memaafkan kakakmu sampai hati Darrel ikhlas memaafkan Biru okey" Arumi mengusap-usap rambut Bumi dengan lembut kemudian mengecup kening anaknya singkat.

____ERLANGGA____

Bumi terbangun dari tidurnya dia langsung duduk berdiam diri sejenak guna mengumpulkan semua nyawanya setelah di rasa nyawanya sudah kumpul dia mengusap-usap wajahnya, lalu mengambil air diatas meja.

Bumi memikirkan tentang mimpinya semalam dia memijat pelipisnya yang terasa sedikit sakit dan kepalanya terasa sedikit pusing.

"Apa gue harus maafin Biru" gumamnya. Bumi menggeleng kuat "gak gue gak bisa maafin dia gue udah janji buat gak maafin di sama diri gue sendiri".

Bumi menghela nafas gusar "tapi ini permintaan mamah, mana mungkin gue bisa nolak permintaan dia".

Berfikir sejenak untuk memutuskan apa yang akan dia perbuatan mengikuti isi hati nya atau mengikuti kemauan ibunya.

𝓓𝓲𝓪 𝓔𝓻𝓵𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪 - 𝓒𝓱𝓪 𝓮𝓾𝓷 𝔀𝓸𝓸Where stories live. Discover now