Sepulang sekolah Bumi dan kawan-kawan memutuskan untuk bersantai di cafe, sambil menyusun strategi untuk lomba class meeting besok. Anak-anak Devils Angel tidak boleh kalah dari kelas lain, ini bisa menjatuhkan harga diri dan martabat Devil's Angels yang mempunyai slogan. "Tidak akan kalah walau musuh jutaan".
"Gimana guys, strategi buat besok lomba?". Tanya Andri memulai percakapan. Dia sangat tahu, jika dia tidak bersuara yang lainnya akan tetap diam sampe lebaran monyet datang.
"Gio sih ngikut gimana baiknya" sahut Gio dengan wajah polos seperti biasa. Gio mah emang si paling ngikut. Biasanya dia akan menyusahkan abang-abangnya namun sekarang dia sedang tidak baik-baik saja makannya ngikut dan anteng.
"Mending gua kata lo diem parasit got!! Gak ada gunanya lo disini" timpal Erthan kesal, melihat Gio yang tidak ikut berpikir membuatnya ingin membuang Gio Reyga Anggara ini ke dasar laut yang paling dalam biar jadi makanan, Megalodon.
"Ih.... Apaan sih Erthan ngomongnya" mata Gio mulai berkaca-kaca dan bibirnya mengerucut lucu. Gio memang sering menangis jika mood nya sedang tidak baik-baik saja terlebih lagi jika mulut Erthan kaya ember bocor yang minta di lakban.
"Gak usah nangis lo, gua gak bawa tisu buat ngelap ingus lo" Erthan memutar bola matanya malas. Gio terlihat sangat cengeng dan lebay di matanya. Bagaimana bisa Andri bisa menerimanya di Devils Angel.
Mendengar itu sontak membuat air mata Gio jatuh, dan dia langsung mendekati Bumi yang sedari tadi memikirkan bagaimana cara untuk menang besok, tanpa aba-aba Gio menyembunyikan matanya pada lengan Bumi hal itu membuat Bumi sedikit risih. Tetapi jika Bumi menjauhkan diri nanti anak itu akan ngambek dan meminta di antarkan pulang, dia tidak akan kembali sebelum dibelikan sesuatu oleh salah satu anggota Devils Angel.
"Gio udah, baju gua basah" ucap Bumi menenangkan Gio yang masih menangis, membuat baju seragam sekolah nya basah oleh air mata nya."Udah hapus air matanya masa jagoan nangis" lanjut Bumi mencoba menghibur Gio agar berhenti menangis. Bumi menatap tajam ke arah Erthan seakan tau apa arti tatapan Bumi, Erthan pun hanya bisa cengengesan tanpa mau repot-repot meminta maaf kepada Gio.
Gio pun bangkit dan mulai mengelap air matanya, lalu dia duduk dan meminum susu hangat yang dia pesan di cafe itu. Lengkap dengan cake red velvet kesukaannya tentunya. Gio memakan cake itu dengan khidmat.
Merekapun melanjutkan diskusinya dan menemukan strategi untuk besok.
"Menurut gue, kita pikirin gimana memperkuat pertahanan kita agar gak di bobol musuh, soal menang atau kalah itu udah biasa dalam permainan" usul Rakha, memang dia lah yang selalu mengusulkan sesuatu untuk kemajuan tim nya.
Bumi pun mengangguk setuju dengan usul yang Rakha berikan. "Gw setuju" Bumi adalah orang yang langsung menyetujui jika anggotanya memberikan usulan. Jika memang ada kekurangan maka dia akan menambahkan nya.
YOU ARE READING
𝓓𝓲𝓪 𝓔𝓻𝓵𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪 - 𝓒𝓱𝓪 𝓮𝓾𝓷 𝔀𝓸𝓸 (On Going)
Teen Fiction𝓐𝓷𝓪𝓴 𝓵𝓮𝓵𝓪𝓴𝓲 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓶𝓾𝓻 19 𝓽𝓪𝓱𝓾𝓷 𝓲𝓷𝓲 𝓱𝓪𝓻𝓾𝓼 𝓶𝓮𝓷𝓮𝓵𝓪𝓷 𝓹𝓪𝓱𝓲𝓽 𝓳𝓪𝓵𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓭𝓲 𝓪𝓵𝓪𝓶𝓲𝓷𝔂𝓪, 𝓶𝓪𝓼𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓭𝓪𝓽𝓪𝓷𝓰 𝓼𝓲𝓵𝓲𝓱 𝓫𝓮𝓻𝓰𝓪𝓷𝓽𝓲 𝓭𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪...