39. Thank You Baby👣

33 2 0
                                    

Setelah menempuh jarak sekitar 10 km dari tempatnya membeli jajanan akhirnya Bumi sampai di rumah pujaan hati nya.

Bumi memarkirkan kendaraan nya di halaman rumah Ayyara membuka helm dan menyisir rambut yang sedikit berantakan menggunakan jari nya.

Di rasa dirinya sudah rapih akhirnya dia melangkahkan kakinya menuju pintu. Menekan bel yang ada di sebelah pintu.

Ting tong begitulah kira-kira bunyi nya.

Seseorang akhirnya membukakan pintu untuk Bumi. Bahu Bumi merosot lesu dia pikir Ayyara yang akan membukakan pintu untuk nya ternyata teh wulan asisten rumah tangga Ayyara. Teh Wulan masih sangat muda umur nya sekitar 20 tahun namun dia harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya.

"Eh mas Erlangga mari masuk" teh Wulan membuka pintu sedikit lebih lebar dan mempersilahkan Bumi masuk ke dalam.

"Iya teh, Ayyara nya kemana" Bumi mengedarkan pandangan mencari sosok perempuan yang dia cari. Nihil Ayyara tidak berada di sana untuk menyambut kedatangan nya.

"Non Ayyara sedang tidur di kamarnya, apa perlu teteh bangunkan?" Tawar teh Wulan kepada Bumi.

"Tidak usah teh, biar Erlangga aja yang bangunin Ayyara" Bumi kemudian melenggang pergi dari hadapan teh Wulan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar Ayyara.

"Mas mau teteh buatin apa?" Tanya teh Wulan membuat Bumi berhenti dan menoleh ke arahnya "coklat panas aja teh, nanti anterin aja ke kamar Yara" ucapnya dia kemudian kembali menaiki anak tangga satu persatu.

Dia sudah sampai di kamar yang dia tuju membukanya secara perlahan dan melihat wajah cantik kekasihnya sedang tertidur.

Bumi berjalan menghampiri nakas menaruh jajanannya disana dia duduk di samping Ayyara mengusap surai rambut hitam milik gadis itu.

Menatap lekat setiap inci wajah Ayyara tak henti-henti melayangkan pujian terhadapnya.

"Kamu ini cantik, pinter, baik, sempurna cuma satu kekurangan kamu yaitu kamu terlalu lugu, jadi orang dengan mudah menipu dan memperdaya kamu Yara" usapan demi usapan yang lembut itu menyentuh pipi mulus Ayyara membuatnya menggeliat kecil. Bumi terkekeh melihat itu dia mengecup lama pipi Ayyara dan membangunkan nya secara perlahan. "Baby bangun aku bawain makanan buat kamu".

Ayyara membuka matanya perlahan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali dia terperanjat kaget melihat Bumi sudah ada di sampingnya dia langsung duduk itu membuatnya meringis pelan "argh sakit" tutur nya memegangi kepala.

"Makannya kalo bangun itu pelan-pelan jangan sekaligus pusing kan" omel Bumi dia menarik Ayyara kedalam pelukannya mengusap kepalanya pelan agar pusingnya sedikit berkurang.

Ayyara mendorong tubuh Bumi karena bagaimana pun dia telah membuatnya marah bisa-bisanya dia masih berkata santai seperti itu sungguh manusia tidak peka.

"Masih ngambek hmm?" Tanya Bumi dengan suara beratnya.

"Lo pikir aja sendiri" ketus Ayyara mengalihkan pandangannya dia sama sekali tidak ingin menatap wajah pria itu sungguh menyebalkan.

"Heh mulutnya" Bumi terkejut mendengar Ayyara berkata seperti itu ini baru pertama kali nya Ayyara memakai kata lo selama berkomunikasi dengan Bumi.

"Kenapa? Mulut-mulut gue ko lo ngatur sih" balasnya dengan kesal.

Cup

Bumi tidak suka jika Ayyara berbicara kasar kepadanya Bumi lebih suka Ayyara yang lembut.

"Apaan sih lo cium-cium gak usah so deket deh lo" Ayyara mendorong kuat tubuh Bumi agar menyingkir.

"Makannya jangan kasar! Eh bentar apa kamu bilang gak usah so deket? Kamu gak salah aku kan pacar kamu" Bumi tak habis pikir dengan tingkah Ayyara seperti ini berubah mendadak karena masalah sepele tidak masuk akal.

"Lo cuma pacar bukan suami jadi jaga batasan lo!" Sentak nya membuat Bumi menganga seakan tidak percaya dengan apa yang di katakan Ayyara.

Bumi menggeser tubuhnya agar menjauh dari Ayyara dia menggeleng-gelengkan kepala tak menyangka dengan sikap yang di tunjukkan oleh Ayyara namun dia tidak bisa marah karena bagaimana pun Ayyara tetap perempuan tidak pantas jika dirinya menggunakan nada tinggi ketika berbicara dengannya. Bumi membuang pandangan nya ke arah lain, dia mencoba merendam emosinya sebelum emosi itu meledak dan dia akan menyesalinya.

Bumi masih mencoba merendam emosinya dengan memejamkan matanya dan mengatur nafasnya namun tiba-tiba ada lengan yang melingkar di pinggangnya dan ada dagu yang singgah di pundaknya. Dia membuka matanya dan menatap Ayyara yang sedang memeluknya dengan mata terpejam senyumnya terbit melihat pemandangan itu.

Dia mengusap-ngusap pucak kepala Ayyara membuat Ayyara membuka matanya dan berucap lirih di telinganya. "Maafin Yara baby, Yara udah bentak kamu" sesalnya dengan air mata yang juga turun membasahi pipi nya.

"Gak apa-apa sayang, aku paham kamu tadi lagi emosi karena tidur kamu terganggu, masih sakit hm?" Tanya Bumi mengusap-ngusap tangan Ayyara yang melingkar di pinggangnya.

Ayyara mengeritkan dahinya sakit apanya yang sakit? "Apa maksudnya?" Tanya Ayyara tak mengerti.

"Perutnya, kan hari ini jadwal nya kamu pms" ucapnya sambil terus mengusap lengan Ayyara.

Apa? Dia bisa hapal tanggal pms nya Ayyara? Gak aneh sih jika Ayyara sedang pms dia akan sangat manja kepada Bumi bahkan sering marah karena alasan sepele dan hatinya lebih sensitif sekarang ini.

"Sakit" lirih Ayyara.

Bumi melepaskan pelukan Ayyara di pinggangnya dia beralih menatap Ayyara dengam posisi menghadap Ayyara dan memeluknya. Ayyara terisak dalam pelukan Bumi dia merasa tidak enak karena telah memarahi yang sudah memperhatikan nya dengan baik.

"Sutt sayang jangan nangis ya nanti cantiknya ilang" ucap Bumi dia menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi ayyara. Mengecup keningnya sekilas "kamu boleh marah sama aku tapi inget jangan lampiasin kemarahan kamu sama orang lain karena belum tentu mereka paham kondisi kamu okey?" Jelas Bumi yang di angguki oleh Ayyara. Dia kembali membawa Ayyara dalam dekapannya.

"Kalo masih sakit perutnya gigit tangan aku yang kenceng, kita bisa berbagi rasa sakit supaya kamu gak ngerasain sakit itu sendirian" Ayyara mengangguk dia menggigit lengan Bumi dengan kencang sesuai permintaan Bumi tentunya. Membuat Bumi meringis kesakitan ternyata ini yang selama wanita rasakan di hari pertama datang bulan.

Gigitan Ayyara meninggalkan bekas luka dan mengeluarkan darah Ayyara langsung melepas gigitan nya kala merasakan ada rasa amis yang masuk ke dalam mulutnya.

Dia kaget melihat tangan Bumi mengeluarkan darah segera dia berlari ke arah laci mencari kotak P3K untuk mengobati luka Bumi sebelum itu dia mengeluarkan es yang di beli Bumi dan menempelkan nya ke luka Bumi supaya pendarahan nya berhenti. Setelah di rasa berhenti akhirnya Ayyara mengeluarkan kapas dan memberikan obat merah ke kapas itu lalu dia menutupnya dengan kasa yang di balutkan ke lengannya terakhir di beri plester agar kasanya tidak bergeser kemana-mana.

"Maafin aku" lirih Ayyara menunduk melihat apa yang telah dia perbuat kepada Bumi.

"No baby" Bumi mengangkat dagu ayyara untuk melihat dirinya. "Ini bukan salah kamu sayang aku yang minta ini kan jadi gak usah merasa bersalah mengerti".

Ayyara mengangguk pelan sejurus kemudian dia memeluk tubuh Bumi dan Bumi membalas pelukannya. Mereka mengeratkan pelukannya satu sama lain dan Ayyara berkata. "Makasih karena kamu udah ngertiin aku selama ini" dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Bumi.

"Sama-sama sayang" Bumi mengecup singkat puncak kepala Ayyara dia pun mulai mengusap-ngusap punggung Ayyara.

Teh Wulan masih termenung di pintu masuk kamar Ayyara melihat keromantisan Ayyara dan Bumi membuat senyum di bibirnya merekah sempurna. Dia mengurungkan niatnya untuk memberikan pesanan erlangga dan memilih pergi kembali ke dapur karena tidak ingin menganggu moment Ayyara bersama Bumi.





𝓓𝓲𝓪 𝓔𝓻𝓵𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪 - 𝓒𝓱𝓪 𝓮𝓾𝓷 𝔀𝓸𝓸 (On Going)Where stories live. Discover now