44. Penyesalan Terbesar Bumi👣

35 4 0
                                    

Sudah Seminggu sejak kepergian Biru, Bumi mencoba untuk terlihat kuat dan berdamai dengan hatinya. Namun tetap saja Bumi kalah dia mencoba untuk tersenyum namun hatinya terasa sangat sakit. Semakin dia memaksa semakin banyak luka sayatan di hatinya.

Luka lama saja belum kering tangisnya juga belum reda namun dunia terus saja menghantam mentalnya. Menoreh luka baru dan menyayat hati terus-terusan.

"Bang, lo udah bahagia ya disana?" Bumi menatap kosong ke arah luar dari jendela.

"Senja mulai redup di telan gelapnya malam. Mentari tenggelam oleh mendungnya awan. Gemercik hujan mengambarkan kesedihan. Gelapnya malam menelan keramaian, hanya tersisa kesunyian yang di temani angin yang berhembus menusuk kulit". Kata demi kata Bumi rangkai menggambarkan suasana hatinya.

Dering telpon menarik perhatian Bumi. Dia berjalan menuju nakas tempatnya menaruh ponsel.

Panggilan dari nomor tak di kenal membuat kedua alis Bumi saling bertaut namun setelah itu Bumi memilih menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Hallo" suara berat di sebrang sana semakin membuat Bumi heran.

"Iya" jawab Bumi ragu.

"Lo adek kandungnya Nathan kan?" tanya seseorang di sebrang sana.

"Iya, lo siapa?" Bumi balik bertanya.

"Gue Ganta Alfarizi Gaksan" beri tahu seseorang di sebrang sana ya dia Ganta sahabat Nathan.

"Ada apa lo nelpon gue"

"Gue mau ngasih surat yang di titipin Nathan saat terakhir kali kemo"

Degg! Apa kemoterapi? Apa yang sebenarnya terjadi pada Biru selama ini.

"Gue kesana sekarang lo sharelok aja" Bumi memutuskan panggilan sepihak.

Bumi langsung menyambar jaket dan kunci motor dia segera pergi menuju lokasi yang Ganta kirimkan melalui what's app.

Setelah sampai ternyata lokasi yang Ganta kirimkan adalah sebuah gedung yang sudah lama tak terpakai. Terlihat dari banyaknya ilalang yang tumbuh di sekitar gedung tersebut. Bumi masih memperhatikan keseluruhan tempat terbengkalai itu sedangkan Ganta menunggu Bumi di rooftop gedung sambil menyalakan sebatang rokok.

Bumi kemudian masuk ke dalam gedung yang kotor dan lembab mungkin di dalam sini banyak penghuni yang tidak terlihat. Bumi menaiki anak tangga dengan sangat cepat menuju rooftop.

Setelah sampai dia melihat sosok Ganta yang berdiri di ujung rooftop sambil menghisap sebatang rokok dan menikmati matahari pagi.

Bumi berjalan dengan langkah tegasnya menghampiri Ganta yang tidak menyadari kehadirannya hingga saat Bumi menepuk bahunya barulah Ganta menyadarinya dan langsung menatapnya.

"Langsung aja mana suratnya" pinta Bumi tanpa basa basi.

"Calm down bro, kenapa buru-buru" ucap Ganta sambil tertawa dia membuang rokok yang sedang dia hisap dari atas rooftop.

"Gue gak suka basa basi" tandas Bumi.

"Oke" Ganta meronggoh saku yang ada di dalam jaket yang dia kenakan. Dan menyerahkannya ke Bumi. "Baca baik-baik ini Nathan tulis saat kemoterapinya dan sehari sebelum dia temuin lo".

Isi surat Biru.

Lagi dan lagi Biru memberinya luka dan menyayat hatinya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Lagi dan lagi Biru memberinya luka dan menyayat hatinya. Bumi membuang surat itu dan mundur beberapa langkah sambil terus menggelengkan kepalanya.

"Kenapa lo Bum?" tanya Ganta dengan tawanya. "Lo tau selama ini Biru berjuang sekeras tenaga buat dapetin maaf lo! Tapi apa yang lo lakuin. Lo malah nutup pintu maaf itu karena hati lo dibutakan sama dendam dan amarah. Lo tau gak demi kata maaf itu Biru beberapa kali skip kemoterapi yang rutin dia lakuin supaya hidup dia bisa bertahan lebih lama. Tapi lo dengan teganya memperlakukan abang lo layaknya sampah. Lo tau gak sahabat gue ini udah berjuang demi hidupnya selama 6 bulan terakhir ini dan selama itu juga dia berjuang demi mendapatkan kata maaf dari lo. Hingga sampai akhirnya dia milih buat menyerah. Dan pergi dari dunia ini. Ini semua gara-gara lo yang terlalu membenci dia. Asal lo tau dia selalu ngerasa bersalah setiap lo nolak permintaan maaf dari dia. Dia udah kaya mayat hidup asal lo tau! Raganya masih ada namun jiwanya udah mati" Marah Ganta setelah seminggu dia menahannya akhirnya dia bisa meluapkannya.

"Lo lebih kejam dari pada pembunuh! Lo udah tega sama keluarga lo sendiri Bumi. Apa yang lo lakuin sama Biru itu udah keterlaluan lo sama aja bunuh Biru secara gak langsung" lanjut Ganta meluapkan seluruh amarahnya kepada Bumi.

"Bang Biru sakit apa" lirih Bumi bertanya kepada Ganta yang tatapannya semakin tajam dan menusuk.

"Dia" Ganta menjeda kalimatnya kata-kata Biru terngiang-ngiang di otaknya "jangan kasih tau Bumi tentang penyakit gue" Ganta tertawa sambil mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Udah lama dia punya kanker otak dan 6 bulan terakhir kankernya udah masuk stadium akhir dan semakin mengganas gak ada cara lain selain kemoterapi supaya Biru tetep hidup. Awalnya Biru gak mau tapi demi mendapatkan maaf dari lo Biru mau jalanin kemoterapi. Dan perlu di garis bawahi Biru ngelakuin itu cuma buat dapet maaf dari lo" jelas Ganta yang menekan sembilan kata terakhir yang dia ucapkan.

"Gak mungkin. Abang gue gak mungkin punya penyakit parah kaya gitu dia gak pernah cerita sama gue" Bumi menggeleng tidak percaya dengan apa yang Ganta jelaskan.

Ganta tertawa meremehkan "Tau apa lo tentang Nathan hah?" bentak Ganta. Dia berjalan mendekati Bumi jarinya menunjuk tepat di wajah sempurna milik Bumi. "Emang lo peduli sama dia? Peduli sama kehidupannya? Bahkan disaat dia butuh support buat sembuh lo dimana? Gak ada kan dan ya saat lo liat muka pucat Nathan saat kita berpapasan di taman apa lo peduli? Bahkan enggak sama sekali. Lo milih pergi tanpa melihat kebelakang lagi. Dan saat lo pergi Nathan sedih dan ngerasa bersalah dia terus nyalahin dirinya sendiri karena lo yang gak mau maafin dia! Lo egois disini bukan cuma lo yang terluka tapi Nathan juga. Lo pikir kepergian orang tua kalian gak buat Nathan sedih? Bahkan Nathan gak makan lebih dari 3 hari karena mikirin kecelakaan itu" sarkas Ganta mendorong dada bidang Bumi hingga Bumi jatuh ke lantai rooftop. Setelah mendorong Bumi, Ganta pergi dari gedung itu dia tidak mau jika terus bersama Bumi itu akan membahayakan nyawa Bumi.

Sementara Bumi duduk dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya sambil merenungi setiap kata yang Ganta lontarkan. Ganta yang bukan siapa-siapa saja bisa semarah itu dengan apa yang Bumi lakukan bagaimana jika posisi itu di gantikan oleh kedua orang tuanya semisalkan mereka berdua masih hidup. Bukan hanya marah mungkin juga mereka akan kecewa, anak yang mereka besarkan dengan penuh kasih sayang kini menyakiti saudara kandungnya sendiri.

Ganta Alfarizi Gaksan

Ganta Alfarizi Gaksan

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

TBC

𝓓𝓲𝓪 𝓔𝓻𝓵𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪 - 𝓒𝓱𝓪 𝓮𝓾𝓷 𝔀𝓸𝓸Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora