14. Harapan Sembuh👣

66 8 0
                                    

Sudah dua hari ini Bumi belum sadar dari komanya dan belum bisa melewati masa kritisnya Andri dan teman-teman sangat putus asa melihat keadaan Bumi sekarang ini apakah bumi akan bangun dan berkumpul lagi bersama mereka?.

"Dok?" panggil Andri kepada dokter yang baru saja selesai mengechek kodisi Bumi.

Dokter mengalihkan atensi sepenuhnya kepada Andri. "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya kepada Andri.

"Apakah teman saya masihada harapan untuk hidup? Apakah kemoterapi akan menyembuhkan penyakit leukimia nya?" tanya Andri penasaran. Dia sangat khawatir jika hidup Bumi singkat.

"Kemoterapi memang tidak menyembuhkan penyakit namun setidaknya pasien bisa bertahan hidup lebih lama jika dia rutin melakukan kemoterapi" tutur sang dokter memberi tahu kepada Andri.

"Apa gak ada harapan dia buat sembuh?" mata Andri berkaca-kaca. Tak kuasa menahan rasa sedihnya.

"Ada" dokter menjeda perkataannya sejenak. "Pasien bisa sembuh hanya melakukan transplantasi sumsum tulang belakang".

"Benar dok?" Tanya Andri dengan mata berbinar. Ada harapan di hatinya saat dokter mengatakan Bumi bisa sembuh.

"Tentu saja namun biayanya juga tidak sedikit".

"Saya tidak peduli berapapun biayanya akan saya tanggung asalkan teman saya bisa sembuh". Seru Andri dia tidak pernah hitung-hitungan untuk membantu temannya yang membutuhkan pertolongannya. Baginya uang bukan segalanya yang penting Bumi sembuh itu saja sudah cukup.

"Baiklah jika begitu saya akan segera mempersiapkan semuanya namun kita harus nunggu keadaan pasien stabil dulu" Tutur sang dokter.

"Baik dokter terima kasih" - Andri Prasetya.

°°°°

-6 hari kemudian-

"Lo harus bagun Bum udah enam hari lo terbaring lemah ditempat tidur rumah sakit lo gak kangen rumah apa? Gak kangen anak-anak? Gak kangen Ayyara juga?" Andri menunggu bumi sepanjang hari bahkan sudah enam hari dia tidak masuk sekolah dia masih setia menunggu sahabatnya membuka mata.

"Lo harus bangun Bum gue maksa" Tekan Andri. Sudah enam hari ini Bumi koma, dia masih setia menutup matanya. "Enak ya Bum, lebih tenang"

Andri mengacak rambutnya kasar dia sangat frustasi melihat Bumi yang sama sekali tidak ada perubahan sejak 5 hari lalu.

"Lo gak mau apa hibur kita? Gue udah kaya orang gila Bumi yang uring-uringan setiap hari karena lo" keluh Andri yang sudah terlihat sangat frustasi.


"Gue udah kaya orang gila yang kehilangan arah" Lanjutnya Andri tertawa hambar, menertawakan dirinya yang sudah seperti orang gila yang memaksa untuk terlihat arah.

"Ayo balik gue cape kaya gini Bumi gue gak mau tau lo harus bangun ini perintah" Andri tersenyum getir hatinya sakit melihat sahabatnya terbaring lemah di atas brankar dengan alat bantu pernapasan yang menempel di hidungnya, dan beberapa selang yang terpasang di tubuhnya.

Tawa menggema di ruangan "Hahahahaha" bukan ini bukan tawa bahagia namun tawa yang penuh dengan luka bahkan tawanya dihiasi air mata yang setia mengalir deras di pipi Andri Prasetya.

Suster serta dokter yang melihatnya sungguh prihatin melihat keadaan Andri yang begitu mengkhawatirkan bahkan bisa di bilang jauh dari kata baik-baik saja.

"Segitu berharganya lo dimata mereka bum, sampe lo dalam keadaan kaya ginipun mereka masih peduli sama lo hah. Beda sama gue yang dari dulu udah di buang dari keluarga erlangga kita sama tapi bedanya mereka lebih sayang sama lo di bandingkan gue" ucap seseorang yang menatap Bumi dari kaca yang berada di pintu ruang rawat Bumi.

Siapa dia? Apa hubungannya dia dengan Bumi?.

Bumi tak kunjung membuka matanya Andri sudah putus asa melihat keadaan bumi bumi terbaring lemah dengan beberapa selang yang menempel pada tubuhnya sampai makan pun harus melalui selang agar tubuhnya terisi makanan dan ketika bangun tidak terlalu lemas.

"Lo gak cape tidur terus?" Andri membuang nafas gusar. "Kita kangen sama lo Bum".

Andri menundukan kepala nya di brankar tempat tidur Bumi namun dia mengangkat kepala saat mendengar suara benda jatuh di luar ruangan.

Biru yang sedari tadi memperhatikan Bumi melalui kaca pun bergegas pergi karena melihat Andri sudah bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

"Siapa lo" teriak Andri yang melihat Biru berlari. "Berhenti lo atau lo tau akibatnya" ancam andri sambil mengejar Biru.

Biru berlari sekencang mungkin agar tidak tertangkap oleh Andri dia tidak mau rencananya untuk membuat Bumi menderita harus kandas sampai di sini. "Sialan gue harus sembunyi sebelum temennya Bumi nangkap gue" biru berjalan menunju ruang jenazah untuk bersembunyi dari kejaran Andri.

"Sialan cepet amat tu orang ngilangnya". Andri mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Biru namun nihil tidak di temukan dan dia memilih untuk kembali karena khawatir Biru masuk ke ruang rawat Bumi dan mencelakainya.

"Huh" Biru membuang nafas lega dia mengatur nafasnya karena ngos-ngosan habis berlari tadi "gue harus pulang terlalu beresiko kalo gue terus ada disini"

Biru tidak ada niatan untuk membuat Bumi mati sekarang dia masih belum puas melihat penderitaan yang di alami Bumi.

"Tunggu. Kematian lo gak akan semudah itu, adik kesayangan gue. Kematian lo bakal spesial gak semudah itu lo bakal mati. Lo harus ngerasain sakit yang gue rasain. Lo harus kehilangan sahabat lo itu" Biru menyeringai dia melangkahkan kaki keluar dari ruang jenazah dan pergi dari rumah sakit sebelum tertangkap.

𝓓𝓲𝓪 𝓔𝓻𝓵𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪 - 𝓒𝓱𝓪 𝓮𝓾𝓷 𝔀𝓸𝓸Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz