EPILOG || BAVERLY NORCATE

109 18 2
                                    

Penyesalan selalu datang di akhir. Kalimat itu sudah menjadi hal umum yang didengar dan terjadi ke siapa saja. Apa yang telah aku putuskan dan hasil yang didapatkan, semuanya tidak memenuhi harapan sedikit pun. Justru, rasa sakit dan kekecewaan menyelimutiku sepenuhnya. Pelajaran yang telah aku dapatkan hanyalah satu, yakni sebuah jalan pintas untuk menyelesaikan masalah bukanlah pilihan tepat. Semuanya menjadi salah. Bukan, tetapi akulah yang menjadi kesalahan semuanya.

Terasa begitu hancur. Frustrasi atau depresi, entahlah. Begitu terbayang-bayang bagaimana beban dosa yang kutanggung. Ingin sekali bagiku untuk menangis meraung-raung, tapi tentu tidak bisa.

Tatapanku kosong, menampakkan rasa pasrah. Tubuhku terasa lemas di setiap pergerakan. Segala perintah dari polisi dari menyelesaikan simulasi kasus-kasusku, menjawab dengan murni kejujuran ke semua pertanyaan interogasi, memberi pernyataan, penyidangan dan tidak ada lagi hasil yang didapatkan selain memasuki ruangan gelap berpintu besi tebal. Tentu saja aku masih berharap kecil agar dibantu untuk terbebas, tetapi mustahil.

Kala itu, pertama kalinya bagiku memasuki lapas anak. Terlihat berbagai wajah gahar para penghuni yang memberi tatapan kekhisitan. Mereka adalah kriminal, sama sepertiku. Lalu, aku dimasukkan ke sebuah kamar yang berisikan lima anak dengan masing-masing barang pribadi selayaknya asrama minimalis. Selama beberapa hari, kulaksanakan berbagai program seperti mengikuti pendidikan, latihan fisik yang cukup berat, atau semacam rehabilitasi bagiku. Tidak sedikit tindakan diskriminasi antar anak, atau pemberian hukuman hanya masalah kecil dan itulah faktor yang menyiksaku.

Di saat keputusasaan melanda, datanglah laki-laki dewasa yang mengaku bahwa dia adalah perwakilan Tuan Near. Secara singkat, aku berhasil dilepaskan dari replikasi neraka ini. Aku tidak bisa menebak cara apa yang digunakan oleh perusahaan kotor tersebut untuk mengeluarkan calon boneka mereka dari jeruji yang mustahil terbuka hanya dengan uang dan hasutan.

Tidak ada wajah berseri-seri atau embusan napas lega, melainkan tamparan dalam masalah yang bertambah berat ke arahku. Rupanya, hanya berujung dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas awal yang menjadi penyebab aku dilemparkan ke penjara anak ini.

Mau bagaimana lagi, aku terpaksa melanjutkan tugas yang sudah gagal. Jika tidak, ancaman mati akan mendatangiku saat tertangkap ke pihak berwajib untuk kedua kalinya. Itulah yang dikatakan oleh perwakilan Tuan Near padaku. Sungguh tidak manusiawi.

Dengan memasuki website terdalam pada internet yang sudah diajarkan caranya oleh asisten keparatku, beberapa bom telah aku pesan secara gratis atas nama Near Crew untuk menjalani rencana gila. Sebelum ini, aku sudah melakukan hal yang sama untuk menjalani operasi penusukan otak ke dua korban, sesuai rekomendasi salah-satu crew perusahaan Tuan Near yang memberiku pesan teks dari dark-web tersebut. Semakin unik cara membunuhnya, maka akan membuat para crew sangat terkesan. Tapi, aku tidak bersungguh-sungguh untuk membunuh, bagiku sudah cukup membuat para korban sekadar cacat berat.

Aku tahu bahwa mustahil jika bekerja sendirian. Maka karena itu, Viona bersama dua temannya telah kujadikan boneka bantuan. Mereka tidak tahu bahwa targetku seluruh calon peserta olimpiade di International Culture High School.

Penyingkiran terakhir dengan cara meledakkan target terakhir. Meskipun gagal, aku tetap berharap jika rencana yang sama akan berhasil untuk kedua kalinya. Berawal menggunakan satu bom, aku lanjutkan dengan sepuluh unit.

Pada akhirnya, kegagalan menghadiriku.

Tubuhku terluka hebat setelah aksi kejar-kejaran, tepat di saat tertabrak oleh truk dengan kecepatan tinggi. Meski hanya menyentuh bagian ujung mobil yang aku kendarai dan sedikit terpental, hatiku masih saja berharap pada malaikat maut untuk mencabut nyawaku.

Untuk apa aku hidup jika terus tersiksa baik fisik maupun batin?

Usai perawatan medis, polisi meminta keterangan lebih menggebu-gebu dari sebelumnya padaku. Saat pertama kalinya menghadapi hal ini, asisten bajinganku tersebut telah mengajariku bagaimana caranya menjawab interogasi dan menghindari pernyataan yang menjorok ke Near Crew. Lamun, kali ini tidak mau aku lakukan.

MY CATE [ END ✅]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora