29 || ZEHA

52 30 1
                                    

"Oh crap, lo hamil anak siapa?!" teriakku dengan mata melotot.

Unbeliveable. Bagaimana bisa seorang pelajar berani membuat dirinya hamil hingga aborsi? Itu adalah hal horor yang pernah kudengar seumur hidupku. 

"Nggak usah pura-pura nggak tahu," balas Verly dengan perubahan nada yang terdengar ketus. Kakinya melangkah mundur dan tangan yang memegang detenator telah terangkat. "Jadi, elo jangan salahin gue atas tindakan ini. Apakah adil hanya gue yang sakit, sedangkan dia hanya bersenang-senang lalu dengan polosnya deketin cewek lain di depan gue?"

Aku mulai bingung dan menolak untuk percaya jika Aydan berani melakukan hal tak terpuji pada Verly. 

Di sisi lain, apabila aku mencoba menyelamatkan Aydan di gudang, Verly bisa saja meledakan bom hingga aku melayang ke dunia ghaib. Hanya ada satu hal yang harus kulakukan, yaitu merebut detenatornya. Tapi, aku masih merasa ragu akan tindakan itu.

"Jangan berani kabur kalau nggak mau gue ledakan si pujaan hati lo," tegur Verly, "Mending kita menonton bersama bagaimana nasib cowok itu."

Dia mengatakan bahwa Aydan adalah pujaanku. Crap, maaf-maaf saja, kisah bergenre romantisku sudah sirna sejak beberapa hari yang lalu, dan tidak akan kutanam lagi bibit menyebalkan tersebut.

Tapi bukan hal itu yang harus kupikirkan sekarang. Aydan memiliki nyctophobia, aku sangat khawatir pada dirinya yang menjalani penyiksaan dalam kegelapan itu. Semoga ia baik-baik saja sampai aku berhasil menolongnya.

"Atau lo mau mati bareng sama Aydan?" Pertanyaan Verly telah membuatku mendapatkan ide.

"Enggak, gue nonton aja," timpalku seraya mendekat ke arah Verly. "Gue 'kan masih sayang nyawa."

Saat posisi kami telah kuusahakan sejajar, aku berhasil menyikut keras wajah Verly yang sama seperti aku pernah menyikut perut Darren.

Asal tahu saja, ya, Aku bukanlah cewek penakut dan merengek-rengek di hadapan penjahat seperti putri-putri yang tak berani menanggung resiko dalam melawan villain di dalam film.

BRUK!

Aku terperangah saat Verny muncul dari semak-semak sebelah kami dengan menyeruduk Verly hingga terjatuh dan membentur tanah. Hebat, keberadaannya begitu tidak bersuara sama sekali.

"Verny, urus Remot kontrolnya! Gue mau ke Aydan!" perintahku, lalu berbalik badan untuk melangkah pergi menyelamatkan Aydan.

"Lebih penting remotnya! Aku nggak bisa ngelawan sendirian!" sergah Verny yang membuatku frustasi. 

Verly mulai melakukan perlawanan saat Verny berusaha meraih detenator dari tangannya. "Jangan ikut campur, lo!" 

Merepotkan, aku harus ikut turun tangan dalam acara rebut-merebut.

Pada saat aku bergegas meraih detenator tersebut, Verly menyengkat kakiku hingga aku tersungkur mencium rerumputan. Menyebalkan, sampai sekarang aku tidak akan pernah mempercayai asumsi orang-orang bahwa matcha terasa seperti rumput. Dari baunya saja beda banget, tahu.

"Oh crap ..." Aku merintih kesakitan saat Verly bangkit, kemudian menginjak kakiku tanpa ragu hingga membuatku mengumpat-ngumpat.

Verny nyaris mendapatkan detenator tersebut, akan tetapi Verly langsung menjambaknya dengan kuat hingga Verny berteriak karena kesakitan.

Bisakah mereka bertengkar dengan sedikit lebih bagus? Begitu tidak indah melihat sesama cewek berjambak-jambakan seperti ini. Kupastikan Verny akan menyesal dalam memanjangkan rambutnya dan memilih untuk memotongnya setelah selesai persoalan ini.

Sontak aku bangkit dan langsung melakukan pose tackle untuk menahan tubuh Verly. "Verny! Cepet!"

Bodohnya Verny. Dia berhasil mendapatkan detenator tersebut, namun ujung-ujungnya ia lempar sampai jauh. Jika tombol aktifnya tertekan secara tak sengaja karena terjatuh, maka nyawa satu manusia akan melayang!

MY CATE [ END ✅]Där berättelser lever. Upptäck nu