36 || VIN BERADA DI VILA

48 20 1
                                    

Setelah menghabiskan waktu dengan mengobrol dan berkeliling, sore hari mulai sepi dikarenakan para pengunjung yang sudah menonton olimpiade pergi pulang dan semua peserta OSN disegerakan untuk kembali ke vila.

Aku kembali ke gedung vila dan memasuki kamar milikku. Selanjutnya, aku langsung membuka kulkas kecil yang dipenuhi oleh bermacam-macam minuman botol beserta kalengan. Ah, makan malam masih satu jam lagi, sedangkan tadi aku hanya mengisi perut dengan camilan.

TOK! TOK! TOK!

Suara pintu terketuk, lalu aku langsung melangkahkan kaki setelah meneguk air putih pada botol kaca yang mirip seperti vas bunga. Di kala baru saja tangan menarik handle pintu, seketika seseorang masuk ke dalam begitu cepat sekaligus tanpa permisi. Rupanya orang yang kukenal dan pantas untuk diusir, yakni Vin.

Dia mengatur napasnya perlahan sembari mengatakan, "Susah juga ngendap-ngendap sampai sini. Untung nggak dicurigai."

"Lo ngapain ke sini?" tanyaku menggunakan volume rendah dan sedikit emosi. "Para pengunjung udah pada pulang, sana pergi!"

"Eh-eh! Jangan dorong-dorong gua," keluh Vin saat kudesak dirinya untuk pergi dari sini. "Ini tart lo, Kin. Gua mau kembalikan!"

Sesaat aku terdiam dalam memandangi mini tar yang Vin colong tadi, kemudian aku kembali mendorong-dorongnya ke luar secara paksa.

"Kin!" Tubuhku melonjak kaget ketika Vin menyentakkan tangannya dariku. "Gua ke sini bukan hanya beralasan untuk kembalikan tar lo, sumpah!"

Kotak tar disodorkan padaku dan kuambil dengan terbungkam. Kunaikkan alis sebelum menjawab, "Terus lo ke sini mau ngapain?"

Wajah Vin menjadi ceria sedia kala. "Mau menginap di sini."

Spontan aku membuka pintu dan memberi isyarat tangan untuk mempersilahkan Vin ke luar. Akan tetapi, dia justru menggeleng hingga aku tak segan menariknya sampai berhasil terusir ke luar meskipun menggunakan satu tangan saja.

"Gua serius, dengerin penjelasan gua dulu!" kelitnya tanpa meronta-ronta dan akhirnya aku berhasil membuatnya benar-benar di area luar.

Tatkala aku membanting pintu agar berkesan dramatis, Vin meletakkan kakinya di ambang pintu hingga terjepit agar menahan pintu yang akan tertutup. Aku yang hanya melihatnya justru merasakan nyeri sampai-sampai berdesis.

"Gua ngelihat Verly di sekitar sini."

Mataku membeliak dan buru-buru menyambar tangan Vin sampai dia masuk ke dalam. Kututup pintu secara perlahan, kemudian beralih menatap Vin lekat-lekat untuk mengkode melanjutkan kalimatnya.

"Lo kagak halu, 'kan?" kataku ketus. "Barang kali mata lo minus, atau masih teriang-iang kejadian yang lalu."

Vin menunjuk-nunjuk pelipisnya. "Otak dan mata gua masih berfungsi baik, Kin."

Tidak mungkin Verly ada di sini. Jelas-jelas polisi sudah menangkapnya dan terkonfirmasi bahwa dia berada di lapas anak. Apabila kabur, sudah pasti muncul berita atau peringatan dari pihak-pihak keamanan.

Kuletakkan kotak tar di atas kulkas sembari berkata, "Lo salah lihat, Vin. Itu pasti Verny."

"Kagak, Verly! Rambut pixie dan kulit pucat, siapa lagi kalau bukan dia?" Vin menyangkalku lagi.

"Verny!" cetusku.

"Verly!" Dia tak mau kalah dalam menebak-nebak.

"Verny!"

"Verly!"

"Udah cukup!" Di saat bersamaan, aku reflek mengentakkan satu kaki hingga menjadi hening. Rasa kesalku sudah di atas rata-rata dan tak ingin berdebat lagi. "Terus, kalau ada dia, lo mau apa?

MY CATE [ END ✅]Where stories live. Discover now