10 || ADA APA DENGAN VERNY?

107 46 7
                                    

Adegan interogasi pada seluruh penghuni sekolah pun terselesaikan. Komisaris polisi yang bernama Gray tersebut memerintahkan kepala sekolah untuk memulangkan murid-murid agar para polisi lainnya melakukan penyelidikan dengan tenang.

Aku sedikit memerhatikan polisi yang berbeda seragam tersebut. Sepertinya beliau adalah pimpinan polisi. Tampak sekali berwibawa, tatapannya setajam elang dan mungkin dari tampang beliau, bisa kukatakan memiliki darah blasteran entah dari mana. Jika aku berumur tiga puluhan, mungkin saja aku akan berusaha pedekate dengan komisaris tersebut. Habis, kece dan cakep banget!

Info yang tak penting, lupakan.

Sebelum murid-murid dipulangkan, kepala sekolah memberi sebuah pengumuman yang mengandung ancaman. Siapa pun dilarang untuk mengumbar-umbar insiden tadi, mau dari segi ucapan atau media. Ancamannya adalah tak segan-segan untuk di keluarkan dari sekolah besar ini. Seketika seisi kelasku menghidupkan ponsel mereka dan sepertinya menekan fitur delete dalam hal-hal yang berhubungan tentang insiden menyeramkan tadi. Namun, aku yakin barang kali satu atau dua orang akan ada yang mengunggah kejadian ini di sosmed.

Saat seisi sekolah dipulangkan dan aku sudah berjalan keluar dari gedung, mendadak Aydan menarikku ke belakang pohon apel untuk kedua kalinya yang sama seperti dahulu. Bahkan Vin juga ikut-ikut bersembunyi bersama kami.

"Udah kayak mata-mata aja. Asik bener nguping," bisik Vin yang mengintip di balik pohon dan aku ikut dengan memunculkan kepalaku di atas kepalanya.

"Ada apaan, sih?" tanyaku seraya celingak-celinguk melihat sekitar.

"Lihat ke arah gerbang." Aydan menunjuk ke depan dan memunculkan kepalanya di atasku.

Tingkah laku kami benar-benar terlihat kocak.

Aku memfokuskan pandangan ke arah gerbang dan melihat Darren bersama Verny sedang mengobrol dengan tatapan serius. Kupasang telinga dengan fokus agar dapat mendengarkan pembicaraan mereka yang diiringi oleh langkah-langkah kaki dan suara random lainnya dari penghuni sekolah.

"Bukan aku, Ren. Aku berani sumpah!" ucap Verny dengan tampang welas asih dan kupastikan bahwa siapa pun yang menatapnya akan luluh dalam sekejap. Terkecuali pada Darren yang sedang memasang muka triplek.

"Aku pinjam ponsel kamu, boleh?" Darren menaikkan alisnya. "Hanya meriksa sebentar buat memastikan."

Verny menghela napas berat dan mengambil ponsel ber-chassing violet dari ransel imutnya. Gila, seleranya benar-benar lucu banget. "Nggak ada apa-apa kok."

Darren memicingkan matanya saat memeriksa ponsel tersebut. Memeriksa ponsel seorang gadis adalah tindakan tidak terpuji. Itu adalah privasi yang harus dijaga. Akan tetapi, apalah daya Darren harus melalukan hal tersebut demi mendapatkan kebenaran atas penyelidikannya terhadap postingan forum tanpa fakta tersebut. Pada akhirnya dia mengembalikan ponsel Verny dengan tersenyum. Apakah Verny lolos dari tebakan tersangka? Sepertinya iya.

Cowok itu mulai melangkah pergi. Namun, seketika lengannya tertahan oleh Verny dengan kuat.

"Aku mau nyari Zeha." Darren melepaskan genggaman Verny dari lengannya secara perlahan.

"Ada apa, sih, dengan Zeha? Kamu nggak mau pulang bareng aku?" Sepertinya Verny tampak emosi saat berbicara.

"Zeha butuh aku, Ver," balas Darren lirih. "Besok-besok kita bakal barengan. Aku antar jemput, deh."

"Kamu lebih mementingkan cewek itu daripada aku?"

Sekarang terjadi panggung drama yang terang-terangan berada di depan gerbang sekolah. Setidaknya jika ingin bertengkar, sebaiknya mereka lakukan di ruang tertutup. Aku yang hanya menonton justru menjadi malu sendiri.

MY CATE [ END ✅]Where stories live. Discover now