21 || OLAHRAGA

60 34 0
                                    

Aku baru ingat bahwa hari setelah kejadian yang menimpa Meysa adalah jadwal mapel olahraga.

Omong-omong, nilaiku pada mapel ini lumayan cetek. Entah dari penilaian bermain permainan, berlari biasa, berlomba atau senam. Semua itu melelahkanku. Aku juga tidak tahu mengapa bakat memanjatku ajib banget di antara kegiatan olahraga lainnya. Tapi, sayang sekali di sekolah ini tidak ada bab memanjat dalam pelajaran olahraga. Tidak adil sekali sebuah minat yang bisa menaikkan nilaiku justru tidak tersedia.

"Buset, kok rame?" tanyaku saat melihat seisi lapangan outdoor yang dipenuhi oleh anak-anak kelas XI. "Seangkatan, nih?"

"Nggak, cuma tiga kelas. Seluruh anak IPA sama satu IPS kelas akhir," ujar Aydan yang berada di sebelahku. "Kayaknya bakal main bebas, soalnya guru-guru sibuk untuk rapat lagi."

Baguslah, setidaknya aku dapat bersantai dan tidak akan menampilkan kelemahan di depan empat kelas sekaligus. Berhubung ini adalah hari pertama pembelajaran olahraga, aku jadi kepo siapa guru yang akan melatih kami.

"HELL! JANGAN PAKSA GUE!"

"Lo ketua karate klub, Ay! Lebih cocok mimpin pemanasan kata Pak Apes!"

"Mau Pak Bejo kek, Pak Apes kek, bapak gue kek. Nggak peduli!"

Rahangku terbuka lebar tatkala melihat seorang cewek sedang mendorong-dorong wajah cowok di dekatnya. Dia berusaha melepaskan diri ketika ditarik-tarik ke pinggir lapangan. Satu sisi, cowok itu begitu terlihat memaksa. Sedangkan cewek itu sangat memberontak dan keras kepala.

Bisa-bisanya ada drama pertengkaran di tengah lapangan. Aku yakin semua orang akan menggelengkan kepala karena menonton adegan tersebut.

Selama beberapa saat, aku ingat bahwa cowok itu adalah Ray, salah satu sohib Vin. Lalu, bukankah cewek itu yang disegani oleh anak-anak lain, sampai-sampai semua orang memberinya jalan bila dia melangkahkan kaki?

"Zeha. Lo jangan brutal kayak begitu," ucap Aydan yang berhasil membuatku menoleh padanya. Ada-ada saja, mana mungkin aku seperti cewek itu? "Jangan dekati cewek itu juga jika nggak mau dapat masalah."

Memangnya siapa cewek berpenampilan acak-acakan itu? Peduli amat, lebih baik aku duduk di kursi penonton saja.

Seketika ada seorang cowok yang meniup peluit dan meneriakkan perintah untuk bermain bebas. Para cowok mulai berteriak keras yang sekilas kudengar bahwa mereka ingin bertanding futsal.

Baguslah, di kesempatan ini aku dapat berdiam diri seraya berkamuflase menjadi penonton yang malas untuk bergerak.

Pertandingan dimulai, dan terlihat cowok-cowok yang kukenali sedang berdiri di tengah lapangan. Bahkan Vin tak luput pula berada di sana seraya melambai-lambai ke arahku, lalu mendapatkan sebuah tinju pelan sebagai teguran dari Hanry.

"Gila, siapa tuh yang cetak skor?! Cakep banget!" teriak salah-satu cewek yang berdiri di belakangku.

"Huss, itu pacar Verny! Jangan begitu."

Pacar Verny. Ternyata Darren yang baru saja mencetak skor. Padahal dia tidak cakep-cakep amat untuk dipuji. Tapi entahlah, selera orang berbeda-beda. Aku juga bingung mengapa pernah menaksirnya dulu.

"Eh, eh! Itu anak-anak band X-Boys ada di sana! Mereka main futsal juga."

"Gila, kece banget! Apalagi si Erza, eh gue lebih demen sama Hanry sih sebenarnya."

"Kalau milih personel band itu sambil merem, juga nggak akan nyesel!"

Oh, band milik Vin bernama X-Boys.

Telingaku tak henti-hentinya dalam menangkap suara teriakan para cewek yang histeris menonton pertandingan membosankan ini. Jika aku kabur, bisa-bisa ada beberapa anak yang menggiringku untuk mengikuti kegiatan olahraga lainnya. Ogah banget! Aku hanya ingin bersantai-santai ria di sela rasa tertekan ini.

MY CATE [ END ✅]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora