02 || KEJUTAN

203 70 20
                                    

Pembelajaran yang begitu singkat, hingga tak terasa jika bel istirahat berbunyi.

Aku pun melangkah pergi menuju kantin seraya berpikir tentang Darren. Apakah aku harus menyatakan cinta hari ini juga? Bagaimana saat di kantin? Atau saat pulang sekolah? Tidak-tidak, lebih baik diriku mengajaknya pergi di sore hari untuk membicarakan hal ini.

Ketika berjalan di koridor sembari melihat sekeliling untuk menghafal bagian-bagian dari sekolah, tak sengaja aku menabrak seseorang yang membelakangiku.

"Woi-woi, beri jalan!" bisik anak cowok yang tadi kutabrak tersebut dan dia menarikku hingga mundur beberapa langkah.

Beberapa orang menyingkir dan mengosongkan jalan bagian tengah seperti menyambut kehadiran seorang ratu. Aku mulai menjulurkan kepalaku untuk memeriksa siapa yang akan melewati jalan ini. Akan tetapi, belum saja diriku mendapatkan apa yang kulihat, mendadak tanganku ditarik dengan kuat hingga menjauh dari posisi awal.

"Lewat jalan lain saja, jangan di sana." Akhirnya aku sadar bahwa Aydan yang telah menarikku dan berbicara tak jelas padaku.

Karena merasa kesal, aku membalas ucapannya. "Emangnya ada apa?"

Aydan tidak meresponsku. Dia hanya fokus terhadap pemandangan di belakangku dan membuatku spontan menoleh akibat kepo apa yang sedang ia lihat. Lalu, rupanya yang kudapat hanyalah menonton seorang cewek berwajah gahar yang melangkah pada jalan yang diberikan oleh semua orang. Mungkin saja dia sangat disegani hingga diperlakukan seperti itu.

Sudah cukup puas mengetahui apa yang kutanyakan, secepatnya aku pergi ke tujuan awal, yakni kantin.

Saat ini aku tidak bisa menyebut tempat yang kutuju sebagai kantin, lebih cocok dinamakan kafetaria. Terdapat dua tempat istirahat, yaitu kantin utama untuk makan-makanan pokok utama yang disediakan secara prasmanan. Sebelahnya adalah semacam toko kecil yang berisikan snack dan minuman instan. Sekolah internasional benar-benar berbeda.

Kuambil baki aluminium dan langsung meminta seluruh menu hari ini yang disediakan. Tak akan aku sia-siakan satu makanan pun, karena biaya yang sudah kubayar sangatlah besar. Setelah selesai, aku menduduki salah-satu bangku kosong dan tahu-tahu saja Darren muncul seraya menyeringai seperti joker.

Seketika dokumen-dokumen tentang niat pengakuan cinta menumpuk di otakku dan hampir membuatku gagal fokus ketika menatap dirinya. Mengapa aku menjadi gemetar? Ini benar-benar perasaan yang aneh.

"Zey, ada breaking news! Lo wajib tahu." Darren terlihat begitu antusias dalam berbicara dan akan memulai hobinya, yaitu bergosip.

"Apa, Ncom?" tanyaku seraya menaikkan sebelah alis. "Update bener lo, baru aja masuk sekolah udah nemu bahan gosip."

"Bukan. Ini tentang gue," balas Darren seraya mencondongkan tubuhnya ke arahku.

Kepalanya mulai celingak-celinguk ke segala arah dan seakan-akan ingin memberitahukan sebuah rahasia negara. Tingkahnya membuatku penasaran dan tak sabar untuk menunggu.

"Apaan, sih? buru!" desakku.

"Gue baru jadian sama primadona sekolah ini!" Mata Darren tampak berbinar-binar saat mengucapkan hal tersebut. "Hebat banget 'kan gue?"

Cut the crap.

Bagaikan meteor yang jatuh di atasku, lalu sebuah rasa nyeri menyelimuti hati kecilku. Perasaan yang tak pernah kurasakan, atau lebih tepatnya, pertama kali aku alami. Tidak ada alasan untuk kecewa pada Darren, akan tetapi hanya ada rasa penyesalan. Mengapa tidak sedari dulu aku melakukan pengakuan cinta?

Bodohnya aku. Entah Darren yang menembak gadis dengan iseng ataupun dia jatuh cinta pada pandangan pertama, bukan hakku untuk marah. Kini kesempatanku untuk memiliki hubungan lebih dari sekedar bersahabat bersamanya telah sirna.

MY CATE [ END ✅]Where stories live. Discover now