Bab 26

559 26 0
                                    

Assalamualaikum temen-temen.
Happy Reading👋




"APA-APAAN INI YAH!!!" teriakan menggema memenuhi seluruh penjuru rumah.

****

Zafi menjatuhkan lemah tubuhnya diatas kasur king size miliknya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Terlihat dari wajahnya bahwa banyak sekali hal yang dia pikirkan.

Dia memikirkan ucapan ayahnya dirumah tadi. Dimana ayahnya menyuruhnya untuk mempercepat urusan pertunangannya dengan Viona. Tentu Zafi menolak mentah-mentah permintaan ayahnya. Dengan adanya kabar ini saja sudah menciptakan jarak yang kuat antara Zafi dan Aisyafa. Bagaimana jika dirinya bertunangan dengan Viona, bisa-bisa Syafa-nya menjauhinya seakan-akan dirinya tidak pernah dikenali oleh Aisyafa. Sungguh otak Zafi sudah berkeliaran berfikir hal-hal yang tidak-tidak.

"Bunda...kenapa Zafi harus ngerasain ini?." lirih Zafi pelan.

"Bunda..bunda bantu doa ya bunda, biar Syafa tetap jadi milik Zafi dan kembali lagi ke Zafi ya bunda." Zafi terus bermonolog sendiri.

"Bunda tau nggak? Rasanya sekarang Zafi udah nggak tau mau apa dan kemana lagi bunda. Yang Zafi butuhin bunda hadir kembali di sisi Zafi. Tapi kayanya nggak mungkin ya bunda. Jadi, sekarang ganti ya bun, Zafi butuh Syafa disini bunda. Zafi ingin peluk Syafa. Kalau ditanya keinginan terbesar Zafi sekarang apa, Zafi hanya ingin bisa milikin Syafa. Zafi hanya takut bun, kalau tuhan nggak merestui Syafa buat Zafi karna Zafi terlalu buruk buat Syafa. Bunda, kalau nanti Syafa nggak bisa Zafi miliki masa harus pakek cara haram bun. Apa perlu kedukun? Bunda bantu Zafi." Zafi terus berucap dan tanpa sadar dirinya sudah meneteskan air matanya sedari tadi.

"Bund--"

Ting...Tong....

Ucapan Zafi terhenti oleh suara bel pintu apartemen nya. Suara teman-temannya terdengar samar dari kamar Zafi. Mereka menggedor gedor keras pintu.

"ZAFIIII!!!BUKA OOOIIII." Azril berteriak dari balik pintu.

"Heh..lo mau kita jadi bakwan disini? Suara lo tolol jangan keras-keras, yang tinggal disini bukan cuma Zafi." tukas Aldo.

"Lah bodo amat. Habisnya nih si Zafi ganteng-ganteng budek banget. Pasword juga kenapa sih tiba-tiba ganti." omel Azril.

"Ya tapi gausah teriak juga bege. Lo mau nan--"

Ceklek...

Ucapan Dewa terhenti tatkala terdengar suara pintu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki berbadan kekar namun nampak lesu. Dengan matanya yang sedikit sembab.

"Ngapain?" Tanya Zafi kepada teman-temannya itu.

"Habis nangis?" Gio menatap Zafi dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa nangis lo? Pasti karna ning bidadari nih." ucap Azril menyelidik.

"Masuk nggak?" Zafi menaikkan satu alisnya menatap temannya.

"Ya iyalah la si dugong ni ngadi-ngadi. Kita dari subuh disini cuma dinggurin aja." ucap Azril dengan sedikit memelaskan wajah sok tampannya itu.

"Gausah lebay deh lo. Ngeres kuping gue dengerin lo yang lebay kek gitu." tukas Aldo. Azril pun berdecak pelan kemudian ikut masuk ke apart Zafi.

"Password kenapa lo ganti?" tanya Dewa sambil mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Pengen." jawab Zafi tanpa menoleh dan memilih fokus dengan benda pipih ditangannya itu.

"Emang sekarang password nya lo ganti apaan?" tanya Aldo yang datang membawa beberapa bungkus snack dari dapur.

"Tanggal lahir Syafa." ucapan Zafi sontak mendapat tatapan mengejutkan dari teman-temannya.

Kulangitkan Namamu Where stories live. Discover now