Bab 20

584 30 0
                                    

"Uang bukanlah penentu kebahagiaan kalian."
-mengejasurga_

Assalamualaikum teman-teman
Happy Reading 👋




Hari ini Zafi sendirian di rumah sakit. Ia melihat jam yang melekat di dinding, seharusnya Aisyafa sudah selesai dari sekolahnya. Tapi entah kenapa, gadisnya itu tidak datang-datang. Dari kemarin malam ia sendiri. Hanya ada suster yang setiap jam mengecek keadaannya.

Ceklekk....

Senyum terukir jelas diwajah Zafi. Ia  mengarahkan pandangannya menatap pintu. Namun senyumnya seketika pudar saat terlihat seorang laki-laki paruh baya yang memasuki ruang rawat Zafi. Zafi pun langsung membuang mukanya dan berdecak pelan. Ia kira Syafa-nya yang datang.

"Ngapain kesini." Zafi bertanya namun tanpa menatap ke arah lelaki itu.

"Salah ayah menjenguk anak ayah sendiri?" Ayah Zafi mendekati kasur Zafi.

"Nggak sibuk?" hati Bram serasa tersayat mendengar ucapan putranya.

"Maafkan ayah. Gimana keadaanmu nak?" tanya sang ayah.

"Baik" singkat Zafi.

"Bagaimana bisa seperti ini? Kan kamu tau kalau kamu itu alergi cumi. Kenapa kamu makan?" ujar Bram.

"Lupa."

"Apakah penbantumu itu yang memberikan masakan itu? Kenapa kau memperkerjakan orang yang tidak becus?" Zafi langsung mendongakkan kepalanya menatap ayahnya tajam.

"Maksud ayah apa?" tanya Zafi.

"Kau memperkerjakan seorang gadis sebagai pembantumu kan?"tanya Bram.

"Peduli apa?" Zafi menaikkan satu alisnya menatap sang ayah.

"Kau putraku kalau kau lupa Zafi. Ayah berhak tau tentang mu." ucap Bram.

"Bukannya selama ini ayah nggak peduli Zafi mau apa dan mau ngapain? Kenapa sekarang ayah ngurusin kehidupan Zafi?" Bram hanya diam mendengarkan penuturan putranya. "Dan ya, ayah bilang apa tadi? Pembantu? Jangan pernah sekalipun ayah sebut gadisku sebagai pembantu!!" ucap Zafi dengan wajah disertai amarah.

"Kenapa kamu begitu mempedulikan gadis itu? Dan apa tadi kamu bilang? Gadismu? Siapa sebenarnya dia, apa yang ia buat sampai kamu bersikap seperti ini padanya?"

"Kenapa kau bergitu mencampuri urusanku ayah? Bukankah apapun yang Zafi lakukan itu tidak penting bagi ayah?" ujar Zafi.

Dilain sisi terlihat Aisyafa yang sedang berjalan menuju ruangan tempat Zafi menginap. Aisyafa tersenyum disepanjang jalan. Ia membawa kue yang umi buatkan untuk Zafi.

"Zafi pasti suka aku bawa kue buatan umi." gumam Aisyafa dengan wajah yang terus menampilkan senyumnya.

Disaat ia ingin membuka pintu kamar Zafi, terdengar suara seseorang yang sedang bertengkar didalam sana. Aisyafa memilih diam didepan pintu dan  mendengarkan perbincangan dua pria didalam sana.

"Ayah bertanya Zafi!! Siapa gadis itu?" tanya Bram.

"Dia adalah gadis yang sangat Zafi cintai setelah bunda. Kenapa? Ada masalah dengan ayah.?"

"Bisa-bisanya kamu mencintai seorang gadis yang tidak tau asal usulnya?" ucap Bram dengan nada yang sedikit ia tinggikan.

"Hentikan ucapan ayah!! Ayah sama sekali tidak tau tentang Syafa. Jangankan Syafa, ayah pun tidak tau dengan apapun yang terjadi di kehidupan Zafi!!" ucap Zafi dengan penuh penekanan.

"Kalau ayah kesini hanya berniat untuk membicarakan gadisku lebih baik ayah pergi. Karna ayah tidak punya hak untuk itu.!!" lanjut Zafi. Zafi menahan amarahnya sebisa mungkin. Jangan sampai ia kelepasan kepada ayahnya itu. Kalaupun itu orang lain, sudah pasti sekarang orang itu menghadap pewawancara surga dan neraka karna telah menghina gadisnya.

Kulangitkan Namamu Where stories live. Discover now