Bab 23

497 22 2
                                    

Assalamualaikum temen-temen
Happy Reading👋




Pagi ini Asiyafa disibukkan dengan membantu ibunya membuat kue. Seperti biasanya jika hari Minggu ia akan menghabiskan waktunya untuk keluarga. Saat kemarin ia masih kerja di Zafi ia selalu meminta libur di hari minggu.

"Kakak nggak kerja?" mendengar pertanyaan dari Yusuf Aisyafa menghentikan kegiatannya yang sedang mengaduk adonan roti.

"Ke-kenapa suf?" bukannya menjawab Aisyafa malah kembali melontarkan pertanyaan kepada Yusuf.

"Ada apa kak? Apa ada yang kakak sembunyikan dari aku dan umi?" Aisyafa sedikit mengulas senyum menatap Yusuf.

"Enggak kok."

"Ada apa kak? Ada masalah sama nak Zafi?" timpal sang umi yang ternyata sedari tadi mendengarkan dibalik kulkas kecilnya.

"Loh umi, sejak kapan umi disini?" Aisyafa sedikit terkejut dengan kedatangan uminya.

"Dari tadi kak. Sebelum Yusuf bertanya kepada kakak. Umi perhatiin dari tadi kakak hanya diam saja kelihatan murung. Ada apa? Bisa cerita ke umi?" ucap umi.

"Sambil duduk yuk mi" Yusuf dan uminya pun turut ikut duduk di meja makan dengan Aisyafa.

"Kenapa kak?" tanya Yusuf.

"Umi nanti jangan marah ya dengar penjelasan dari Ais. Sebenarnya Ais udah nggak kerja sama Zafi dari 3 hari yang lalu mi. Ais memutuskan untuk berhenti saja." Aisyafa mulai menjelaskan dengan kepala yang sedikit ia tundukkan.

"Kenapa kak? Apa nak Zafi melukai perasaan atau fisik kakak? Atau kakak melakukan kesalahan?" Aisyafa sontak menggelengkan kepalanya.

"Tidak mi. Zafi baik kok, baik banget malah. Ais hanya nggak mau lebih lama nyusahin Zafi. Selama ini Ais selalu ngerepotin Zafi." Aisyafa seakan berat mengucapkan yang sebenarnya tentang apa yang membuatnya berhenti dari pekerjaannya.

"Kakak nggak bohong kan?" cetus Yusuf menatap sang kakak.

"Enggak Yusuf. Buat apa kakak bohong? Semisal kakak bohong tentang kak Zafi, apakah selama ini kamu nggak dapat jawabannya dengan melihat perbuatan kak Zafi ke kita?" jawab Aisyafa.

Yusuf pun manggut-manggut mendengar penuturan sang kakak. Uminya pun ikut mengelus pundak putri sulungnya itu. "Apapun yang kakak putuskan itu pasti sudah kakak pikir matang-matang. Umi yakin, kakak sudah bisa nentuin mana yang baik untuk kakak dan orang lain. Umi harap keputusan yang kakak pilih ini akan memberikan hasil yang lebih baik." ucap umi.

"Insyaallah mi. Bukankah Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untuk hambanya? Ais yakin Allah sedang menyiapkan rencana yang baik untuk kita." Aisyafa menampilkan senyum manisnya meskipun entah kenapa hatinya tidak ingin menampilkan hal yang sama.

"Oh iya Yusuf tolong kamu pergi ke rumah Pak joko ya, kamu tanya nanti kuenya diantar jam berapa." pinta sang umi.

"Iya umi. Kalau begitu Yusuf pamit. Assalamualaikum" Yusuf beranjak menyalimi tangan umi dan kakaknya.

"Waalaikumussalam" seru umi dan Aisyafa bersamaan.

Umi wati tampak memperhatikan wajah Aisyafa. Sangat terlihat ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan. Namun, umi Wati tau mungkin putrinya belum ingin menceritakan yang sebenarnya kepadanya. Umi Wati pun memilih menunggu sampai Aisyafa berkata perasaan hatinya kepada uminya.

****

Hari ini Zafi tidak pergi ke markas karena kondisinya yang belum pulih total. Ia sendirian di apartemen, duduk termenung didepan televisi. Seketika bayangan Aisyafa saat masih ada disana pun terlintas. Kehadiran Aisyafa sangat menghidupkan apartemennya. Dan sekarang? Kepergiannya pun rasanya mematikan bagi apart dan juga hidupnya.

Kulangitkan Namamu Where stories live. Discover now