Bab 24

507 26 2
                                    

Assalamualaikum temen-temen
Happy Reading👋




Aisyafa sedang berdiri dihalte sendirian menunggu angkot lewat. Entah keberuntungan memang tak berpihak padanya atau apa, kenapa sedari tadi tidak ada satu angkot pun yang lewat. Sudah setengah jam lebih Aisyafa menunggu di halte namun, tak pernah terlihat satu angkutanpun baik angkot maupun bis. Aisyafa mendongakkan kepalanya menatap langit, tampak gelap dan terdengar bunyi gemuruh.

"Kayaknya mau hujan. Aku nggak bawa payung dan ini angkot nggak ada yang lewat. Pasti sekarang umi khawatir." gumam Aisyafa.

Tak berselang lama terdengar suara deruman motor. Aisyafa hanya sekilas mendengarkan tanpa ingin melihat siapa yang datang.

"Neng bidadari!!" panggil Azril dari atas motor.

Aisyafa pun mengarahkan pandangannya kearah sumber suara. Terlihat Zafi yang duduk diatas motornya. Dengan teman-temannya yang berada di belakangnya.

"Waalaikumussalam Azril." Azril pun tersipu malu saat dirinya tidak mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Eh iya assalamualaikum neng bidadari." Azril kembali mengucapkan salam.

"Waalaikumussalam" ulang Zafi.

"Lagi ngapain dihalte sendiri sya?" tanya Aldo.

"Lagi nunggu angkot." jawab Aisyafa.

"Angkot nggak bakalan lewat sya. Jalan dipertigaan depan lagi diperbaiki otomatis semua kendaraan harus lewat gang melati. Angkot nggak bisa masuk gang melati" papar Dewa.

"Oh ya?"

"Lo bareng gue aja neng" tawar Azril.

"Eh nggak usah zril makasih." tolak Aisyafa.

Zafi melayangkan tatapan tajam kepada Azril. Bisa-bisanya dia menawarkan tumpangan dengan lagak menggoda kepada gadisnya. Mentang-mentang dirinya lagi jaga jarak sama Syafa bukan berarti bisa godain gadisnya.

"Buruan sya, lo mau pulang naik apa lagi? Orang angkot juga udah pasti nggak ada. Langit juga mendung mau hujan." tukas Dewa.

"Gaus--" ucapan Aisyafa terpotong.

"Naik. Lo sama gue." potong Zafi. 

Yang lainnya pun ikut terkejut dengan ucapan Zafi. Dia sendri yang bilang untuk coba jaga jarak dengan Aisyafa. Lah tapi, sekarang? Malah Zafi menawarkan tumpangan. Otomatis juga bakal gagal rencananya buat jaga jarak sama Aisyafa. Memang ya manusia itu sehaus-hausnya dia, dan apapun makannya pasti minumannya bakal ludah sendiri.

"Eh eh apa apaan nih. Gue yang pertama nawarin kali fi, nyrobot aja lo" sungut Azril.

"Oke. Pulang ke rumah sakit abis ini." Azril menelan salivanya susah payah. Ia paham, sangat paham dengan ucapan Zafi barusan.

Dewa menarik sudut bibirnya. Kelihatan sekali kalau Zafi sedang terbakar api cemburunya kepada Azril. Dewa pun tau kalau Zafi nggak akan mampu untuk jaga jarak sama Aisyafa. Bisa-bisa gila dadakan Zafi.

"Tadi ada yang bilang kalau mau ja--"

"Gausah lanjutin kalau lo nggak mau gue injek mulut lo!!" sarkas Zafi memotong cibiran dari Aldo.

Aisyafa hanya diam melihat interaksi para pemuda di depannya itu. Kenapa dia harus bertemu mereka sekarang? Lagi-lagi dengan Zafi.  Aisyafa sebisa mungkin ingin menjauh dari Zafi. Tetapi entah kenapa takdir sepertinya selalu merestui mereka bertemu.

"Cepet naik!" titah Zafi tanpa menatap Aisyafa.

"Gausah makasih." jawab Aisyafa dengan singkat.

"Naik apa gue seret sekarang!" Zafi menatap Aisyafa dengan tatapan yang tidak selembut biasanya.

Kulangitkan Namamu Where stories live. Discover now