Chapter 14

3.1K 451 17
                                    

Kekaisaran Nedmarz awalnya bukanlah Negeri Bersalju Abadi, mereka sama seperti negeri lain yang mendapat musim dingin setelah musim gugur. Ini terjadi karena Perang Dingin antara Nedmarz dan Frediercan dalam memperebutkan wilayah Utara.

Nedmarz yang saat itu sudah berhasil mengambil wilayah utara tiba-tiba kembali di serang dengan brutal oleh Frediercan dengan mengandalkan Red Stone mereka. Tidak ingin efek perang semakin membuat rakyatnya menderita, Yunho Zyzad Einfer yang saat itu menjadi Kaisar Nedmarz akhirnya memutuskan membuat perjanjian dengan Naga Savier penjaga gunung es abadi di selatan.

Naga itu akan memberikan seluruh Mana miliknya dengan bayaran nyawa Yunho dan Jaejoong. Mereka setuju dengan kesepakatan itu dan akhirnya gunung es itu kini dikenal sebagai pertambangan Blue Stone. Jaehyun yang saat itu berusia 15 tahun harus maju sebagai Panglima perang menggantikan sang Ayah yang nyawanya sudah tersegel bersama sang Papa. Dengan membawa Blue Stone di pihak mereka, akhirnya Frediercan berhasil dipukul mundur dan wilayah Utara resmi menjadi milik mereka. Walaupun Jaehyun saat itu tidak tahu alasan kenapa Yunho dan Jaejoong bersikeras mengambil wilayah utara.

Hingga akhirnya 2 tahun setelah Jaehyun menjadi Kaisar atau pada saat usianya 19 tahun, Jaehyun bersama Johnny dan Yuta akhirnya memutuskan menyelidiki wilayah utara. Tidak ada yang spesial menurutnya selain ada puing-puing bangunan seperti bekas permukiman yang akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam. Sampai Frediercan meminta wilayah utara kembali, Jaehyun juga tidak mensia-siakan kesempatan ini. Setelah perang berakhir selama 7 tahun, akhirnya Frediercan kembali menunjukkan ketertarikan mereka yang sudah pasti di wilayah itu ada sesuatu yang mencurigakan.

Dan sekarang ramalan sang Naga yang bisa membebaskan segel kedua orang tuanya datang dihadapannya. Munculnya Eksistensi Dewa Keenan, majikan sang Naga. Eksistensi itu berada dalam diri Taeyong yang akan menjadi pasangan hidupnya. Akhirnya satu masalah sudah menemui penyelesaiannya.

Jaehyun mendekati Taeyong yang menatapnya khawatir. Jaehyun menyunggingkan senyumnya dan memeluk Taeyong erat, "Terima kasih...sudah hadir di dunia ini, Taeyong."

Taeyong kelabakan karena Jaehyun yang tiba-tiba memeluknya, "Jaehyun, ada apa denganmu?"

"Tidak, tidak apa-apa Taeyong. Hanya..." Jaehyun menatap Taeyong. "Kaulah jawaban yang selama ini aku tunggu dari Dewa."

"A-aku? Tapi aku tidak melakukan apapun. Ayolah pasti Pendeta salah berbicara tadi, benarkan Pendeta Agung?" Taeyong menolehkan kepalanya menghadap Pendeta Agung yang menggelengkan kepalanya dengan wajah tersenyum.

"Saya tidak mungkin berani mengucapkan sebuah kebohongan, Eksistensi Dewa Keenan yang berada didalam diri Anda itu benar adanya."

Taeyong menggeleng heboh dan tertawa getir, "Tidak mungkin. Mungkin Anda sedang tidak baik-baik saja hari ini, hingga berbicara melantur seperti itu."

Jaehyun menggenggam tangan Taeyong, "Ingin aku tunjukkan sesuatu?" Tanya Jaehyun.

"Apa itu?"

"Ikut saja. Terima kasih atas pertolonganmu, saya pergi ke ruangan Ayah dulu." Ujar Jaehyun dan dibalas anggukan oleh Pendeta Agung.

Jaehyun segera menarik tangan Taeyong yang sudah ingin protes itu. Jaehyun mengabaikan seluruh protesan yang keluar dari bibir mungil itu dan memilih fokus melihat depan menuju ruangan yang sudah lama sekali tidak dia kunjungi. Setelah melewati beberapa lorong panjang akhirnya mereka sampai di depan sebuah ruangan dengan kekuatan sihir yang cukup menekan mereka.

"Ruangan apa ini, Jaehyun?" Tanya Taeyong karena dirinya cukup sesak disini, aura sihir yang berada di depan ruangan ini sangat kuat sampai membuatnya sedikit menciut.

Jaehyun menatapnya, "Ruangan Ayah dan Papaku, Kaisar dan Permaisuri sebelumya." Ujarnya dan kemudian meletakkan tangan kanannya di relief sihir yang berada di pintu. Menunggu beberapa detik hingga relief itu berubah dan membuka pintu secara perlahan.

El Rey MaskedOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz