MY SAVAGE BOY-- 24

179 9 2
                                    

📖 Selamat Membaca 📖

Mengunjungi acara makan malam. Dengan berat hati Naura pun ikut makan malam yang berlangsung tenang. Sejujurnya jantungnya berdebar tak karuan. Pikirannya berkelana negatif.

Nako dan Sinta sangat baik padanya. Perlakuan itu sedikit mengenyahkan berbagai macam asumsi yang ia bayangkan sendiri.

"Bagaimana makanannya enak'kan?" tanya Sinta tersenyum tulus. Tangannya menggenggam tangan kecil Naura. Kini mereka berdua duduk di gazebo bawah, berdekatan dengan kolam ikan.

"Enak,"

"Syukurlah, oh iya, Mama sempat menanyakan ke Aksa makanan apa favorit mu. Dan Mama sudah tahu,"

Ah, terjawab sudah benak Naura. Pasalnya ketika di meja makan tadi ia melihat beberapa makanan favoritnya. Ternyata itu informasi dari Aksa.

"Bagaimana dengan kalian? Sudah berniat serius?" tanya Sinta menatap santai tetapi bernada serius.

"Ha-aa?" Matanya beberapa berkedip. Otaknya tampak sedang memproses apa yang Sinta tanyakan.

"Kamu sudah mencintai putra Mama?"

Naura tidak bisa menjawab. Gadis itu tiba-tiba diam. Ia bingung dengan dirinya. Mencintai? Bahkan sampai sekarang ia masih memikirkan caranya untuk kabur.

Sinta tersenyum maklum. Mungkin karena lama tidak bertemu membuat perasaan Naura menjadi ragu, pasti lambat laun gadis ini akan bisa mencintai putranya.

"Jika belum bisa menjawabnya tidak papa. Cinta akan datang seiring dengan berjalannya waktu dan kebersamaan." Usapan pada punggung tangan kecilnya seidkit menggetarkan hati gadis itu. Tatapan Sinta begitu tulus. Hatinya terasa sakit, entah apa sebabnya.

"Naura." suara bariton nan datar itu membuat keduanya menoleh ke kanan. Mereka melihat Aksa kebingungan.

"Aksa, Naura disini sama Mama." teriak Sinta karena jarak yang cukup jauh.

Naura berdiri, gadis itu menatap Aksa dari kejauhan. Sesampainya di sana, Aksa menarik tangan Naura lebih dekat padanya. Gadis itu terkejut.

"Urusannya sama Papa udah selesai?" tanya Sinta pada Aksa.

"Iya. Ma, Aksa akan pulang dengan Naura."

"Kok cepat sekali? Baru jam 9 loh."

"Naura perlu istirahat, Ma." ucapnya. Naura hanya bisa menjadi pendengar. Gadis itu tidak bisa membantah atau pun membela Sinta.

"Ya sudah. Kalian hati-hati dijalan ya?"

"Iya, Ma." ucap keduanya.

***

C

eklek

Tiba-tiba datang langsung menarik tangan yang tengah memainkan ponsel tersebut.

"Aku mau melukis!" ucapnya cepat dan lugas. Aksa terlihat heran, tetapi wajahnya masih tertutupi oleh ekprresi datarnya.

"Iya, Naura. Kamu boleh melukis sesukamu." ucap Aksa melembut. Kini sepenuhnya fokus pada Naura.

"Tapi bukan di kanvas."

MY SAVAGE BOYWhere stories live. Discover now