MY SAVAGE BOY - 3

694 60 1
                                    

📖 Selamat Membaca 📖

Sudah 15 menit ia berkeliling mansion tapi ia belum menemukan sesuatu atau paling tidak jalan untuk dirinya bisa keluar dari sini. Sejak tadi pikirannya kemana mana tidak fokus dengan apa yang dua maid muda itu sampaikan padanya.

Ting

Ia teringat sesuatu,"Tunggu!" Serunya menghentikan langkah Nina dan Oka yang berjalan didepannya.

"Ada apa? Nona haus?" tanya Nina bertubuh tinggi. Gadis itu juga sopan.

Naura berdehem pelan,"Tiba tiba aku ingin melukis. Aku suka melukis, apa kalian bisa memberikanku alat lukis?" tanyanya.

Nina menatap Oka, tampaknya mereka sedang saling berbicara melalui pandangannya. Itu hanya pikiran Naura saja, mana bisa berbicara lewat tatapan. Gadis itu merutuki dirinya sendiri ketika berpikiran seperti itu.

"Kami tidak tahu apakah Tuan memiliki alat melukis itu, sebab Tuan muda itu kaku." jelas Nina lalu terkejut dengan ucapannya sendiri. Oka memberinya peringatan.

"Em, maksud Nina itu Tuan muda sibuk bekerja Nina. Jadi kami rasa Tuan muda tidak menyimpan barang seperti itu." ucap Oka membenarkan ucapan Nina.

"Iya, Nona." Naura mendengkus samar. Bagiamana caranya agar dirinya bisa menikmati waktu ditaman belakang supaya ia bisa mencari celah. Kata mereka disini ada taman belakang yang indah.

Naura bersedekap dada merubah rait wajahnya menjadi masam. "Kalau memang Tuan muda mu itu mencintaiku, dia tidak mungkin tidak tahu hobiku, kan?"

Dua maid itu tidak tahu harus bagaimana. Apa yang dikatakan Naura ada benarnya. "Sekarang aku meragukannya!" ujarnya memelan dengan pandangan menatap lain.

"Aku tahu semua hal tentang mu. Apa yang kamu mau ada di kamar mu," sahut suara berat itu. Atensi ketiga gadis itu teralihkan. Naura menjadi sedikit terkejut dengan ucapan lelaki yang sudah ada di belakangnya.

"Akan aku ganti keraguanmu menjadi rasa percaya yang utuh padaku," lantas menarik tangan Naura begitu saja tanpa bertanya dulu. Sontak dengan gerakan spontan Naura berusaha memberontak walau itu sia-sia saja, sebab Aksa sudah berganti menggendongnya.

"Lepaskan aku!" jeritnya didalam gendongan itu. Tapi Aksa menghiraukan ucapannya sampai tibalah mereka dikamar yang gadis itu tempati semalam.

Aksa menurunkannya diranjang, lelaki itu berjalan ke arah lemari cukup besar, dan mengambil sesuatu dari sana.

Aksa mengeluarkan alat lukis. Gadis itu menukikkan alisnya, padahal ia hanya berbicara omong kosong tadi.

"Iya aku percaya!" ucap Naura sedikit ketus mengatakan itu. Aksa seolah olah ingin menyudutkannya dengan memegang alat lukis di kedua tangannya.

Aksa meletakannya di atas meja sofa, ia mendudukkan tubuhnya disebelah gadisnya. Naura terlihat sedikit menjaga jarak,"Kamu mau melukis, hm?"

Entah kenapa suara Aksa kali ini lebih lembut di telinganya. Lelaki itu menatap Naura lebih dalam, gadis itu sedikit terhipnotis oleh mata tajam itu.

Tatapannya terlihat tulus, Naura seolah bisa merasakannya. Ada rasa sesak menjalar dihatinya tanpa sadar.

"Aku bisa menemanimu," perkataan Aksa membuat gadis itu tersadar.

MY SAVAGE BOYWhere stories live. Discover now