MY SAVAGE BOY -- 18

181 17 6
                                    

📖 Selamat Membaca 📖

Target yuk, Komen sama Votenya di tingkatan ya temen-temen.

• 12 vote dan 10 komen dulu deh, bisa kan?

Oke, Naura akui Aksa sekarang semakin berani padanya. Lebih tepatnya tidak mau memberikan dirinya celah sedikit saja.

Pertama lelaki itu mengekangnya. Kedua, lelaki itu berskinsip dengannya. Ketiga mencuri kesempatan dalam kesempatan. Lelaki itu juga sekarang seakan tidak peduli bersentuhan dengannya di depan orang tua sendiri.

Helaan nafas panjang baru saja Naura lakukan. Ia menumpukkan kepalanya pada meja rias. Gadis itu tidak tahu lagi harus dengan cara apa agar dirinya bisa lepas dari Aksa. Sungguh, teman kecilnya itu menyebalkan sekaligus menyeramkan. Sewaktu dulu tidak separah ini.

Aksa yang kecil selalu menurut dengan apa yang ia katakan. Selalu mengutamakan apa yang dia inginkan.

"Harus dengan cara apa aku mengatakan kalau kita tidak bisa bersama selayaknya pasangan!" Ia mengusap rambutnya yang panjang sedikit kasar. Frutasi!

Ia memutar lehernya pada balkon yang terbuka. Terpaan angin menyapa kamar bernuansa pastel tersebut.

Mendengar suara mesin mobil cukup nyaring membuat Naura penasaran. Siapa pemilik mobil tersebut. Pasalnya, Sinta baru saja pulang. Sebab suami lelaki itu tidak bisa di tinggalkan terlalu lama.

Ia menundukkan pandangannya ketika mobil BMW seri X5 memasuki pekarangan mansion yang luas. Tak lama seorang lelaki bertubuh tinggi kekar dari mobil.

"Kak Radit?" gumam Naura bertanya-tanya. Apa benar yang ia lihat itu Radit, sekretaris Aksa? Untuk apa malam-malan begini berkunjung? Apa ada alasan penting, atau Aksa sendiri yang memanggilnya untuk datang.

Tiba-tiba otak gadis yang mengenakan dress bertali spaghetti tersebut tersenyum culas.

***

"Malam, Tuan?" sapa Radit berdiri tak jauh dari Aksa yang duduk di kursi kebesarannya. Mereka berada di ruang kerja pribadi milik Aksa.

"Duduk," titah Aksa. Pria berumur 26 tahun tersebut menutup dokumen perusahaan yang baru saja ia tanda tangani.

Lantas ia menyodorkannya pada Radit. "Pelajari baik-baik untuk meeting besok."

Radit mengangguk sebagai jawaban. "Apa ada hal penting, sampai saya di minta datang?"

"Tentu, apa kamu lupa Radit tugasmu selain menjadi sekretaris saya?" pertanyaan seperti sindiran tersebut membuat Radit bungkam.

"Bagaimana dengan pria itu?" tanya Aksa.

"Kevin Jean, remaja itu teman masa kecil Nona Naura dan Anda tuan. Orang tua Kevin juga bekerja di perusahaan anda tuan, di cabang Jakarta Selatan. Menempati posisi sebagai Manager."

Kening Aksa mengenyit jelas. Jari telunjuknya mengusap usap pelipisnya ringa. "Menarik,"

"Apa Kevin menyukai, Nauraku?" tanyanya kini lebih serius.

Radit mengangguk. Seketika itu pula tangan kiri Aksa mengepal kuat. "Tapi itu dulu, Kevin pernah mengungkapkan perasaannya tapi Nona Naura menolaknya beralasan tidak ingin pertemanan itu hancur."

Aksa menegakkan posisi duduknya lebih tenang. "Apa ada lelaki lain yang gadisku, suka?"

"Saya belum mengetahui itu Tuan."

"Haish!" Aksa membuang nafasnya gusar. Ia tidak tenang jika gadisnya menyukai lelaki lain. Bagaimana pun ia harus bisa mendapatkan hati gadis itu.

"Terus pantau Naura dimana pun. Sekarang kamu bisa pergi."

MY SAVAGE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang