MY SAVAGE BOY - 6

407 38 3
                                    

📖 Selamat Membaca 📖


Komen yok komen, kita gasken vote

Aksa sedikit menarik dasinya agar tidak terlalu mencekiknya. Kepalanya sangat pusing dengan apa yang dia pikirkan semuanya.

Ia mengusap kasar wajahnya, menyenderkan kepalanya pada kursi yang berputar pelan. Ia kembali duduk tegap menyalakan laptop didepannya. Memindahkan beberapa dokumen file ke flashdisk.

Ia juga sibuk membaca dokumen dokumen dari sekretarisnya. Ketika mendapati kata atau hal yang menganggu maka ia akan memerintah untuk merevisi lagi.

Ia mencoret satu persatu kata yang kurang tepat atau pun tidak benar disana. Begitu terus sampai jam mulai menunjukkan pukul 15. 50. Ia mulai meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Ia mengambil ponselnya, lockscreen dengan wajah seorang gadis tersenyum cantik itu membuatnya mau tak mau ikut menarikkan bibirnya.

Suara dering tiba tiba menampilkan nama sekretarisnya di layar ponsel.

"Bucketnya sudah ada di lobby tuan, apa mau diantar langsung?" tanya sekretarisnya, dia Radit. Dia sekretaris sekaligus orang yang Aksa percaya.

"Biar saya yang bawa," ujar Aksa dingin. Lalu mematikan sambungan telefon sepihak. Itu sudah biasa, Radit tidak akan sakit hati.

Ini tidak sebanding dengan aksi Aksa ketika lelaki itu marah. Bisa membanting atau bahkan melukai orang.

Sepatu pantofel itu nyaring disepanjang jalan. Ssmua karyawan menunduk hormat saat tak sengaja bertemu Bos pemilik perusahaan besar.

"Sore Pak,"

"Sore, Pak Aksa."

Beberapa ucapan yang sempat Aksa tangkap juga ada yang mengatakan kalau dia sangat dingin, sensitif.

Itu memang benar dan memang ia akui. Ia tidak peduli ucapan orang lain. Namun ketika ia sudah merasa sangat marah lelaki itu tidak akan segan berbuat licik.

Aksa sebenarnya ada laki-laki dingin yang sangat licik. Melakukan apapun demi apa yang harus dia dapatkan.

Menyingkirkan sesuatu yang memang menganggu.

Revolver dibalik jasnya tak pernah tertinggal. Dia banyak sekali menyimpan beberapa benda api itu.

Berbagai merk ia beli. Sudah mendapatkan ijin juga. Jadi ia tidak khawatir.

"Sore, Tuan." ucap sopirnya. Memberi hormat sebelum Aksa masuk ke dalam mobil Alphard itu.

Aksa memilih diam tidak menjawab. Dia memang sangat irit bicara sejak kecil. Ia juga tidak memiliki teman sejak kecil. Dan seseorang yang sangat ia sayangi pernah membuatnya kembali merasa kesepian dalam hitungan bulan.

Kejadian tadi siang sangat melegakan sekaligus membuatnya geram. Ia lega dengan penjelasannya. Tetapi ia masih kecewa karena Naura yang berbeda padanya.

Deni dan Ratih tidak memberitahu apa alasan Naura berlaku seperti ini padanya. Entah Aksa harus percaya atau tidak. Tetapi pikirannya benar benar kacau.

Ia tidak mau perjuangannya belasan tahun ini sia-sia. Ia tidak mau, apapun caranya Naura harus mau menjadi miliknya.

***

MY SAVAGE BOYWhere stories live. Discover now