part 26

130 24 12
                                    

Pagi harinya, ketiga pemuda itu berangkat sekolah dengan diantar oleh Shandy. Sebelum pergi sekolah mereka melakukan kegiatan serapan pagi.

Tepat di depan gerbang, ketiga pemuda itu turun dari mobil milik Shandy.

"Sekolah yg benar" ujar Shandy

"Iya, bg Shan" ujar kompak mereka

"Yaudah, bg Shan pamit yaa"

"Iya, bang Shan hati hati" pesan Fajri

"Kalian juga"

Mobil Shandy perlahan meninggalkan lingkungan sekolah Fajri Fiki dan zweitson.

* * *

Jam pulang tiba, ketiga pemuda itu sedang menunggu kedatangan Shandy untuk menjemput nya, tapi udah setengah jam Shandy tak kunjung datang.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki.

"Ji... Lama banget bg Shan" keluh Fiki

"Bentar lagi kali, mungkin lagi sibuk" bals Fajri

"Kita jalan kaki aja yuk, sekalian olahraga" saran zweitson

"Gue gak kuat Soni, nafas gue sesak" bals Fiki

"Kalau capek, kita istirahat" sahut Fajri

"Yaudahhh deh" lemas Fiki

Perlahan ketiga pemuda itu meninggal halte sekolah, di sela sela perjalanan nya tiba-tiba kepala zweitson terasa begitu sakit, perlahan langkah terhenti dengan tangan mencekram rambutnya agar rasa sakiy berkurang tapi hasilnya nihil sakit di kepalanya nya makin bertambah.

"Aji laper" renggek Fiki

"Yaudah, kita mampir dulu buat ngisi perut" bals Fajri

Di sela sela perjalanan zweitson yg tadi merasa kesakitan sontak terdiam menatap kearah orang berbaju serba hitam dengan seorang anak kecil sedang menangis dengan seorang ibu yg didekap nya dengan pisau di leher ibu tadi.

Zweitson langsung menarik tangan Fajri dan Fiki yg sudah jauh meninggalkan nya, Fajri dan Fiki di buat binggung oleh sikap zweitson, tanpa merespon zweitson langsung menunjukkan kearah sumber masalah.

"Son ngapain sihh, gue lapar" keluh Fiki

"Kenapa sihh son" binggung Fajri

"Lihat" tunjuk Zweitson

Sontak Fajri dan Fiki menatap apa yg di tunjuk Zweitson dengan kaget, perlahan Fajri mengambil handphone untuk merekamnya.

"Buat apa ji??" Tanya Fiki

"Bukti" jawab Fajri pokus merekam

"Gak langsung aja, kita bantu" tanya zweitson

"Kalau kita bantu, tu orang bakalan kabur dan kita gak tau siapa pelakunya, sekarang kita itu butuh siapa pelakunya biar masalah terungkap" jelas Fajri

Setelah orang itu sudah Melakukan kegiatannya, sama persis yg di alami ketiga pemuda. Anak itu menangis sejadi-jadinya menatap sang mamanya tak berdaya dengan lumuran darah di tubuh nya.

"Ji, gue sama Fiki bakalan kejar tu orang, Lo tolong jelasin ke orang tua nya biar tu anak gak jelsin"

"Kalian hati hati"

"Iya"

Ketiga lelaki itu memencar, Fajri Mendekati anak itu. Bayangan masa kecil itu kembali mengigat kejadian diri nya di posisi, Fajri terdiam menatap anak kecil menggambarkan keadaan nya Waktu itu.

Papa dan Abang nya datang dengan menatap kaget, kedatangan mereka membuat Fajri kaget dengan tiba-tiba papa anak itu mendekati nya, dengan keadaan marah papa anak itu menghajar Fajri habis habisan hingga Fajri tak berdaya untuk melawan.

"Om aku bisa jelasin" keluh Fajri

"Aghk...... kamu anak gak pernah di ajar orang tua, mau besar jadi apa!!!" Marah orang itu

Melihat Fajri di siksa oleh papa nya, anak itu mendekati Fajri untuk menghentikan pergerakan papanya untuk tidak menghajar Fajri lagi.

"Paa.... Bukan kakak ini... Hiks.... Orang nya udah kabur... Papa jangan salahin kakak ini..." Tangis anak itu berusia 5

"Akhg..... Kamu berdua merencanakan ini kan, ngaku kamu!!" Tuduh orang itu

"Akhg... aaaaaaahhh..." Keluh Fajri kesakitan

"Hiks.... Hiks.... Gak pah"

"Akhg.... Kamu tu...." Tangan papa ingin menampar pipi anak bungsunya tapi, suara sang kakak membuat pergerakan papanya berhenti

"Pah .... Bawa mama kerumah sakit, Hiks.... hiks..."

"Iya iya"

Papanya mengganguk tubuh mamanya kedalam mobil, di ikuti anak sulungnya. Anak kecil sebelum meninggal Fajri ia menatap wajah Fajri sendu.

"Makasih kak, maafin papa aku yaa" kata anak lelaki itu mencium kening Fajri dan langsung berlari mengejar papanya dan sang kakak nya.

Fajri menatap anak kecil itu dengan sendu, perlahan tubuhnya jatuh di aspal jalanan dan perlahan matanya tertutup tak sadarkan diri.

* * *

Zweitson dan Fiki terus terusan mengejar orang itu, tiba-tiba sakit di dada Fiki terasa sakit akibat detakkan jantung Fiki begitu kencang. Berusaha mengatur nafasnya dengan berusaha berlari.

"Hugh.... Hugh... Son!! Tunggu!!!"

"Cepat Fik!! Keburu kabur dia!!" Teriak zweitson

Orang itu sudah tidak ada di hadapannya, zweitson celengak celenguk mencari keberadaan orang itu tapi hasilnya nihil malah rasa sakit di kepalanya kambuh.

Fiki sudah berhenti untuk mengatur nafasnya agar sakit di dadanya berkurang, Mereka berdua saling menahan rasa sakit yg ada di tubuhnya. Perlahan tubuh Fiki terjatuh dengan tak sadar diri.

Zweitson tak bisa terkontrol lagi, tubuh nya sangat lemah rasa sakit membuat tak berdaya mengimbangi tubuh. Mobil dengan kecepatan tinggi menabrak tubuh zweitson, hingga tubuhnya melayang dan banyak darah yg mengalir di aspal jalanan.

Ketiga pemuda itu tak sadar diri, orang yg menabrak zweitson langsung meninggalkan zweitson begitu saja, tanpa merasa bersalah meninggalkan zweitson terdampar dengan lumuran darah di tubuh zweitson.

* * *

Shandy sudah tiba dilingkungan sekolah ketiga adeknya itu, melihat sekeliling begitu sepi, Shandy mencari dengan mata detail keberadaan adeknya itu.

"Kenapa perasaan gue gak enaknya" gumam Shandy " gue cari tu anak"

Perlahan Shandy Melaju mobil dengan kecepatan pelan untuk sembari mencari keberadaan ketiga anak itu, di pertengahan Menuju taman.

Shandy menatap gerumbunan orang binggung, sontak Shandy menatap tubuh Fiki yg di angkat oleh gerumbunan orang, dengan Panik Shandy keluar dari mobilnya menghampiri gerumbunan orang itu.

Hy guys 👋
Gimana ceritanya??
Seru gak, stay tune terus nya
Jangan pernah bosan dengan ceritanya aku, karena setiap cerita punya pesan dan dramatis yg berbeda beda.
Jangan lupa follow aku dan vote sebanyak banyaknya dan komen, karena saran dari kalian dan semangat sangat berarti buat aku.
Bye.... sampai ketemu di part 27.

Rumah singgah | Bungsu Line • UN1TY • | ••E N D••Where stories live. Discover now