part 3

164 18 0
                                    

Fiki baru saja memasuki di lingkungan rumah nya, sudah beri tatapan oleh sang kakak dengan tatapan tajam. Fiki tau sang kakak menahan marah, Fiki berjalan menuju pintu utama dengan menunduk kepalanya takut.

"Bagus.... Bagus " datar Ricky kakak Fiki dengan tangan di depan dadanya

"Lo Manusia gak tau diri, udah di sekolah kan malah kelayapan jam segini." Ketus Ricky

"Kerjaan lu itu bukan sekolah aja, kerjaan rumah ini tugas lu" tunjuk Ricky menahan emosi

"Kemana aja??" Tanya Ricky tajam

"Pulang sekolah langsung ekskul bg " pelan Fiki

"Gak usah sok, pake segala ekskul lah, masih untung papa gue sekolah lu, cepat buatin gue makan" kesel Ricky mendorong tubuh Fiki.

Fiki terjatuh, satiap mendengar ucapan kasar dari sang kakak Fiki merasa sesak di dadanya. Ricky duduk di sofa dengan salah satu kaki menopang kaki kirinya.

"CEPAT FIKI!!" teriak Ricky

Fiki bangkit dari jatuhnya, langsung melaju menuju ruang dapur untuk membuat makanan untuk sang kakak.

* * *

Beberapa menit masak, untuk sang kakak Fiki langsung meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Fiki sudah terbiasa mengerjakan tugas rumah, Fiki sudah di terbiasa karena keadaan yg memaksa nya. Dari kecil Fiki sudah mempunyai penyakit sesak nafas, jika Fiki kecapekan atau apa sesak nafas nya akan kambuh, walaupun di sekolah oleh sang papa Fiki tidak pernah di beri uang sepeser pun untuk belanjaan.

Tapi Fiki bekerja di sekolah membantu ibu Kantin untuk makan waktu di sekolah. Saat sesak nafas kambuh Fiki hanya harus menenangkan agar nafas kembali stabil. Fiki  berusaha menghidupkan Diri nya sendiri keadaan hati nya tidak baik baik aja.

Saat Fiki ingin menuju ke kamar, suara teriak Ricky menghentikan langkahnya.

"Heeeeyyy.... Mau kemana??" Tanya Ricky datar

"Mau istirahat bentar bg" lirih Fiki

"Enak aja, siapin gue air anget, gue mau berendam" perintah Ricky

"Tapi bg, aku capek istirahat bentar aja yah" tolak pelan Fiki

"Enak aja, Lo disini cuma numpang!!" Tekan Ricky

Fiki menatap Ricky dengan air mata berlinang membasahi pipinya, Ricky mendekati Fiki dengan mengangkat kepalanya Fiki dengan tatapan tajam.

"Jangan sok sedih, kalau lu pembunuh " ketus Ricky

"Udah cepatan!!! " Dorong Ricky tubuh Fiki.

Fiki bangkit dari jatuhnya, langsung menuju kamar mandi untuk menyiapkan air anget Buat Ricky. Fiki menghidupkan shower air anget dan air dingin ke bak mandi.

"Hiks..... Hiks..... Mama Fiki gak bunuh mama.... Kenapa papa sama bang Ric benci banget sma fiki... Hiks.... Fiki gak kuat, Fiki mau ikut mama... Biar Fiki aja yg pergi, kalau Fiki gak ada kalian hidup bahagia tanpa Fiki... Hiks..." Batin Fiki menangis

Fiki menyandarkan tubuhnya di dinding dengan tangan masih memengang shower, Fiki terdiam dengan tatapan kosong, Fiki tak menyadari bahwa bak mandi sudah penuh, air yg jatuh di tubuhnya pun tak menyadari. Ricky yg Mendengar suara jatuhan air langsung menghampiri, Ricky membuka kamar mandi menatap Fiki terdiam dengan tatapan kosong membuat Ricky marah. Ricky mengambil gayung mengisi air dalam gayung langsung menyiram Fiki.

"HEH.... BISA BECUS GAK SIH KALO DI SURUH, MUBASIR AIR TAU GAK. LU BISA GAK SEHARI GAK BUAT GUE MARAH KAYA NYA GAK BISA" marah Ricky

"Maaf" lirih Fiki

"Hidup lu itu cuma maaf doang yg bisa, kerja gak becus. Bersihin!! Selagi ini gak bersih, jangan harap lu bisa keluar" tajam Ricky mendorong tubuh Fiki hingga jatuh ke bak mandi.

Ricky keluar dari kamar mandi dengan mengunci pintu nya, Fiki terdiam dengan menatap kepergian Ricky sendu.

"Bg.. sampai kapan Abang berhenti membenci Fiki. Fiki disini merasa bukan keluarga kalian, pagi, siang, dan malam selalu dengerin Abang marah marah Fiki terus. Fiki tersiksa bang, kadang Fiki mikir kapan berakhir penderita Fiki. Fiki sakit mendgr Abang bilang kalau Fiki cuma numpang disini, Fiki juga keluarga kalian, bahkan saat Fiki sakit tidak ada sedikit pun mengerakkan hati kalian untuk simpatik sama Fiki, tapi gak papa. Di kasih tumpangan dirumah ini, di sekolah kan pun Fiki bersyukur" batin Fiki dengan menangis.

Fiki membersihkan kamar mandi dengan tangisan mengiringi nya, setelah selesai membersihkan kamar mandi, Fiki beristirahat sejenak.

"Alhamdulillah, selesai juga" lega Fiki menyenderkan tubuhnya.

* * *

Beberapa menit Ricky masuk, menatap Fiki tertidur pulas dalam keadaan duduk. Ricky tersenyum tipis  menatap nanar wajah Fiki polos.

"Aahh apa sihh, gara gara dia mama meninggalkan" gumam Ricky

"EEEHH... GUE SURUH LU BERSIHIN BUKAN TIDUR, BANGUN!!" Marah Ricky menginjak kaki Fiki agar terbangun.

"Aaahh... Sakit bg" keluh Fiki berusaha melepaskan injakan kaki Ricky.

"Gue itu nyuruh lu bersihin bukan tidur" ketus Ricky menunjul kepala Fiki dengan kasar

"Udah bg, Fiki udah bersihin, tapi Fiki istirahat sebentar" pelan Fiki

"Jawab aja sih, udan sana!!!" Usir Ricky

Fiki bangkit dari duduknya menjauhi Ricky, sebelum benar-benar pergi, Fiki menatap punggung Ricky dengan sendu dengan air mata mengalir di pipinya.

* * *

Malam harinya fiki keluar dari kamar menuju ruang makan, melihat sang papa dan sang kakak sedang makan malam. Fiki menunduk kepalanya takut. Ricky menoleh ke arah Fiki berdiri di tepi meja dengan tatapan datar.

"Ngapain?" Tanya Ricky ketus

"Fiki__"

"Gak boleh, sana kamu" usir papa

"Tapi fiki__"

"Bisa dengar gak sihh, kata papa sana! Sana!!" Kasar Ricky

Fiki meninggalkan sang papa dan kakak nya,  yg sedang menikmati makan malamnya, Fiki masuk ke dalam kamarnya dengan tangisan yg tak bisa di bendung lagi.

"Hiks..... Hiks.... Fiki juga anak papa, anak kandung papa, kenapa perlakuan papa beda dengan papa memperlakukan bg ric. Hiks.... 12 Tahun Fiki tersiksa dengan sikap papa sama bg Ricky ke Fiki. Sakit rasanya...  Hiks.... Hiks..." Tangis Fiki duduk di belakang pintu kamarnya

"Kapan masa itu Allah.... Fiki udah gak kuat..  Fiki di besar dengan orang yg tak pernah sedikit pun sayang sama Fiki. Kenapa kau uji Fiki dengan ini.. hiks.... Mama.... Fiki gak kuat... Apa mama juga nyalahin Fiki atas kecelakaan mama, hikh.... " Fiki menatap sendu .

"Fiki harus kuat! Pasti bisa! Hiks... " Fiki menutup wajahnya di sela tangan yg di atas lutut nya.

'krurukk' suara perut Fiki terdengar, Fiki memengang perut menahan lapar. " Dari pagi Fiki gak makan, mau ke dapur pasti papa usir Fiki lagi, tidur aja deh. biar pagi nanti aku bawa bekel banyak untuk persiapan makan siang atau malam kalau cukup." Lirih Fiki berdiri menuju kasur nya merebahkan tubuhnya.

Hy guys 👋
Gimana ceritanya??
Seru gak, stay tune terus nya
Jangan pernah bosan dengan cerita nya aku, karena setiap cerita punya pesan dan dramatis yg berbeda beda.
Jangan lupa follow aku dan vote sebanyak banyaknya dan komen, karena saran dari kalian dan semangat sangat berarti buat aku.
Bye.... sampai ketemu di part 4.

Rumah singgah | Bungsu Line • UN1TY • | ••E N D••Kde žijí příběhy. Začni objevovat