part 17

125 16 1
                                    

Pagi harinya, sebelum Fajri Bangun, suster Sudah menyediakan makanan buat Fajri. Tira dan Shandy sudah bangun dari tidurnya, saat Shandy ingin beranjak menuju kantin untuk membeli serapan pagi untuk nya dan sang adik, berpapasan dengan suster mendorong serapan pagi untuk Fajri.

"Mas, udah bangun??" Tanya suster saat melihat Shandy di ambang pintu" pasiennya udah bangun mas?" Lanjut suster itu bertanya

"Fajri belum bangun" jawab Shandy

"Yaudah nanti kalau Fajri udah bangun, ini serapan nya" tutur suster

"Hm" bals Shandy cuek

"Yaudah saya pamit" pamit suster sedikit menunduk kepalanya sebelum pergi meninggalkan Shandy di ambang pintu.

Shandy menatap suster itu, hingga Shandy mencegah pergerakan langkah nya Meninggalkan ruangan Fajri.

"Sus, boleh ngobrol bentar gak" kata Shandy

Suster itu langsung berbalik badan menatap Shandy " mau ngomong apa??" Tanya suster

"Tapi gak disini, di tempat lain aja" jawab shandy

"Yaudah"

Sebelum pergi meninggalkan Fajri dan Tira di ruangan, Shandy mendorong makanan Fajri Mendekati tepi bangkas Fajri.

"Dek, kakak beli serapan dulu yah, benar aja. Kamu tunggu benar" tutur Shandy lembut

"Iya, hati hati kakak ku sayang" bals Tira dengan sambil memeluk tubuh kurus Shandy

"Iya... Kamu juga hati hati yah, nanti kalau Fajri udah bangun suruh dia makan nya" pesan Shandy

"Oke, laksana kan" seru Tira hormat

"Bisa aja adek kakak ni" bals Shandy mengelus rambut Tira lembut.

Suster yg melihat adegan itu langsung tersenyum menatap Shandy yg memberi kasih sayang kepada sang adik begitu besar.

"Banyak orang yg kurang kasih sayang dari orang tuanya, tapi di sayang oleh kakak nya, Kenapa nasih gue sama seperti Fajri, kalau ingat semalam, gue ingat banget dimana gue di siksa ayah, di benci keluarga sendiri itu seperti tidak ada gairah hidup untuk bahagia, bahkan gue sering bertanya kepada diri gue sendiri, apa gue berhak bahagia?? Bahkan sampai sekarang gue hidup dengan jerih payah gue sendiri" Batin suster itu menetes air mata nya.

Tanpa suster itu sadar Shandy sudah berada di hadapan nya menatap suster itu tak merespon lambaian tangan Shandy.

"Sus" Panggil Shandy menepuk pundak suster

"Astagfirullah!!" Kaget suster

"Nangis??" Tanya Shandy menatap mata suster

"Engga, engga, cuma kelipatan" bohong suster mengelap air mata nya.

"Yaudah yuk" ajak Shandy

"Iya iya" bals suster langsung mengikuti Shandy dari belakang.

* * *

Fiki baru bangun dari tidurnya, sepanjang malamnya Fiki menggigil akibat angin malam yg memasuki tubuhnya, dengan wajah pucat, Fiki menatap nanar jalan raya yg lalu lintas di sekitar nya.

"Ma... Piki lebih baik mati, dari pada Fiki terlantar kegini, Fiki capek jdi di salahin sebagai pembunuh mama... Hiks..." Lirih Fiki menetes air mata.

'Kriuukk' perut Fiki berbunyi pertanda waktu makan sudah tiba, Fiki menatap anak jalanan yg sedang makan dengan lahap, ada bersama ibu dan anak, ada kakak dan adik, dan sebagainya. Fiki memengang perut dengan tatapan sendu. Tiba tiba ada seorang anak kecil yg datang menghampiri nya, dan langsung duduk di dekatnya.

"Makan yuk kak" ajak anak kecil itu

"Tapi makanan nya satu" jawab Fiki binggung

"Berbagi aja kak" ramah anak itu

"Nanti kamu gak cukup" bals Fiki

"Gak papa, nanti aku bisa kerja lagi"

"Kerja??" Binggung Fiki

"Iya" bals anak itu memakan makanan nya " ayo kak, makan" tawar anak itu lagi

"Iya" balas Fiki perlahan menyusap makan di mulai nya.

* * *

Di taman belakang rumah sakit, Shandy dan  suster itu duduk di bangku panjang, suster itu bernama 'alya' sebelum memulai pembicaraan Shandy memperkenalkan diri, begitu juga dengan suster Alya. Alya juga menceritakan tentang kronologi kejadian semalam bersama Fajri kepada Shandy. Shandy Mendengar cerita itu menatap sendu tanpa mengucap sepatah kata.

"Kejadian malam tadi membuat saya jadi keingat tentang kehidupan saya, gimana perlakukan ayah saya memperlakukan saya selama ini, bahkan yg di pertanyakan Fajri ke saya, juga saya tanyakan pada dunia, apa saya berhak bahagia?" lirih Alya

Shandy tidak mengomentari perkataan Alya sama sekali, menurut Shandy berbicara sekali pun tidak membuat Alya menemukan jalan keluar.

"Dari kecil saya selalu di pelakukan ayah seperti anak tiri, jadi sasaran kesalahan, di siksa, bahkan melampiaskan kesalahan di saya, hidup dengan merasa bersalah itu seperti hidup di ambang kehidupan, ingin pergi tapi belum bisa, bertahan tapi sakit!! Saya hidup dengan hasil jerih payah saya sendiri, saya sekolah dengan beasiswa sampai kuliah pun saya beasiswa" lirih Alya sesekali menetes air mata nya

"Kenapa ngambil suster?, kalau beasiswa bisa kan dokter atau perawat??" Tanya Shandy

"Almarhum bunda juga jadi suster, jadi saya pengen suster" balas alya

Shandy hanya mengangguk paham " kamu sendiri masih kuliah??" Tanya Alya

"Ohh aku kerja, di perusahaan aku sendiri" jawab shandy

"Wow, keren. Anak semuda kamu udah punya perusahaan sendiri, itu keren banget, pasti orang tua kamu bangga" puji Alya

"Seharusnya" pelan Shandy menunduk kepalanya

"Kenapa?? Kok sendu??" Tanya Alya

"Papa mama aku udah meninggal, aku tinggal bersama adik perempuan aku, yg tadi kamu lihat" jawab Shandy menahan tangisnya

" Sorry gak bermaksud buat kamu sedih" ujar Alya tak enak hati

"Gak papa, keingat aja kalau gak ada dia, gimana nya, dia satu satu nya harta paling berharga yg aku punya setelah papa mama meninggalkan" tangis Shandy

"Sabar" lirih Alya mengelus bahu Shandy yg juga ikut sedih " saya iri banget sama dia... Kalau gak ada orang tua, ada kamu yg sayang sma dia, sedang kan saya? Gak pernah merasakan hal itu" sedih Alya

"Udah ahh, jadi sedih..." Kata Shandy menghapus air matanya

* * *

Fajri sudah bangun dari tidurnya, setelah bangun Tira langsung mendorong makan  Fajri Mendekati Bangkas.

"Aji makan dulu" perintah Tira

"Iya" bals Fajri langsung melahap makanan, semberi makan Fajri menatap sekeliling ruangan hanya  mereka berdua " kak Shandy mana??" Tanya fajri

"Beli serapan" jawab Tira

Fajri hanya mengangguk kepalanya dan langsung melahap makanan nya hingga habis.

Hy guys 👋
Gimana ceritanya??
Seru gak, stay tune terus nya
Jangan pernah bosan dengan cerita nya aku, karena setiap cerita punya pesan dan dramatis yg berbeda beda.
Jangan lupa follow aku dan vote sebanyak banyaknya dan komen, karena saran dari kalian dan semangat sangat berarti buat aku.
Bye.... sampai ketemu di part 18.

Rumah singgah | Bungsu Line • UN1TY • | ••E N D••Where stories live. Discover now