PROLOG

660 97 8
                                    

Tak ada yang bisa dilakukan sang gadis selain menangis. Di depannya, si pria yang menjadi peneman malam ini pun hanya bisa mengusap rambut gadisnya dengan penuh gemetar. Ia tau, berasal dari mana senguk tangis itu berasal.

Dari dirinya.

Dirinya yang payah dan pengecut. Tak bertanggung jawab mengenai apa yang sudah terjadi.

Dirinya yang terlalu takut menghadapi halangan di depan mata.

Dirinya yang terlalu egois tapi justeru melukai dengan amat gadisnya yang ia cintai ini.

"Rin, jangan nangis lagi," katanya yang menambah tangis itu semakin jadi.

"Mas memang enggak pernah sayang Arin!" Gadis itu mendongak. Ia pun bangkit dari duduknya. Mengusap kasar air mata yang turun terus menerus tanpa bisa dikenalikan. Pikirnya hanya satu. Ia pulang walau tujuannya jelas bukan ke rumah. Rumahnya adalah satu-satunya tempat yang kini ia benci. Di sana lah semuanya berasal.

Gegas ia melangkah keluar kost yang ditinggali sang pria. Menyelesaikan permasalahan yang sudah sebulan ini selalu saja membuat gadis bertubuh mungil itu kesakitan. Patah hatinya tak berkesudahan sepertinya. Apalagi mengetahui, ternyata prianya tak ubah hanya sebagai pengecut berkedok sayang.

"Mas sayang banget sama Arin. Sampai Mas sendiri bingung harus apa."

Arin hampir menubruk dada Hekky karena pria itu mencegahnya pergi. Hekky pun sama. sama nelangsanya dengan gadis itu. Tapi ia bisa apa? Sudah tak ada jalan keluar lagi. kata-kata tadi sudah final.

"Kalau Mas sayang sama Arin," Gadis itu mendongak. Menatap telak netra pria yang ia cintai itu walau terhalang kacamata juga buram akibat air mata. "Mas sayang Arin, kan?" Iya. Dia harus memastikan hal ini sebelum melangkah dengan hal gila yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.

Bisikan setan memang lebih gila saat hati seseorang rapuh.

"Sayang, sayang banget." Hekky menangkup wajah gadisnya. Mengusap air mata yang membasahi pipi dengan segera lewat jemari tangannya. Mengecup sayang kening Arin penuh gemetar.

"Kalau gitu..." Arin meneguk ludahnya menutup gugup. Ciuman itu terlepas sebentar. Hekky kembali menatap mata sang gadis dengan penuh tanya. Menunggu kelanjutan ucapan Arin.

"Hamili aku."


***

Jangan lupa add dan vote yaaa

(not) FINDING NEMOWhere stories live. Discover now