Bagian 30

1.5K 140 3
                                    

Sebuah rumah tua yang memiliki bentuk khas rumah orang jawa zaman dulu berdiri kokoh di punggung gunung. Sekeliling rumah itu dipagari oleh bambu. Beberapa titik pagar dipasangi oleh obor yang meneranginya di tengah gelap malam. Beberapa meter sebelum sampai di rumah tersebut, Katya dan Zidan sudah melihat cahaya obor yang mengelilingi rumah Ki Gada. Sekarang mereka tengah menatap bingung apa yang dilakukan Ki Gada tepat di depan mereka.

"Ayo masuk ke dalam, rumah ini terbuka untuk tamuku yang datang dari jauh," ucap Ki Gada mempersilahkan mereka semua masuk ke dalam rumahnya.

Pak Wahyu kemudian mendekati Katya dan Zidan yang tampak bingung atas sikap Ki Gada barusan.

"Dia bisa melihat hal gaib, jadi dia tahu kalau Mas dan Mbak membawa sesuatu ke sini," bisik Pak Wahyu.

Zidan mengangguk paham. "Ayo, Ya, masuk," ajak Zidan kepada Katya agar mereka tidak berlama-lama di luar, takut melihat atau mendengar yang aneh-aneh lagi.

Malam itu, Katya akan mendengar cerita lain tentang sosok suaminya yang tidak pernah ia ketahui selama ini. Mereka masuk ke dalam rumah Ki Gada, ada beberapa obor berukuran kecil yang terpasang di beberapa titik rumah. Tak ada yang istimewa dari rumah itu, ruang tamunya berlantai tanah kering, namun cukup luas ukurannya. Tidak ada satu pun kamar disana, hanya sebuah ruang kecil yang disekat dengan anyaman bambu. Serta satu lorong ke belakang yang mungkin itu menuju dapur atau kamar mandi.

Zidan dan Katya mengikuti langkah Pak Wahyu menuju ruang kecil yang disekat tadi. Di dalam ruang tersebut cahaya tampak lebih terang. Ada lima obor yang mengelilingi ruangan itu, sehingga tampak jelas seperti apa isi ruangannya. Di sana Ki Gada tengah duduk di altar ritualnya, tempat yang lebih tinggi dari lantai bertikar anyaman daun pandan yang diinjak Katya dan Zidan.

Mereka kemudian duduk di depan altar ritual Ki Gada, mengikuti apa yang dilakukan Pak Wahyu yang sudah lebih dulu duduk disana. Mata Katya melihat ke seluruh isi ruangan. Ada obor yang menjadi penerang tertempel di dinding. Di altar Ki Gada ada banyak barang, mulai dari bunga-bungaan, daun-daunan, buah asam, kemenyan yang terbakar yang membuat semua isi ruangan bau kemenyan, beberapa keris dan air yang terisi ke dalam beberapa wadah. Serta di sudut kiri belakang Ki Gada terdapat kendi yang tertutup.

Semua barang-barang di altar itu tampak berantakan di mata Katya. Lain lagi dengan Zidan, ia merasa bingung kenapa ada orang yang sanggup tinggal sendiri di tengah hutan seperti Ki Gada. Gimana cara laki-laki itu mencari makan? apa dia tidak pernah pergi belanja ke desa? belum lagi kondisi altar yang semrawut, kenapa Ki Gada bisa hidup di tengah keadaan berantakan seperti itu?

Di sana Ki Gada tengah duduk dengan mata terpejam, mulutnya berkomat-kamit tak jelas, tangannya bergerak-gerak di depan dada secara perlahan. Karena cahaya obor yang terang, terlihat jelas seperti apa perawakan Ki Gada oleh Katya dan Zidan. Sesosok laki-laki tua yang mungkin berumur 60 tahunan. Jenggotnya putih, rambutnya sedikit panjang, ia memakai udeng berwarna hitam. Pakaian yang dikenakannya adalah baju lama khas masyarakat jawa zaman dulu yang berwarna hitam.

"Jadi kalian ada perlu apa ke sini?" tanya Ki Gada setelah selesai dengan kegiatannya.

"Gini, Ki, ini ada teman-teman saya, Mas Zidan sama Mbak Katya yang datang jauh dari luar kota untuk bertemu dengan Aki."

Ki Gada melihat kepada Zidan dan Katya secara bergantian. "Ada perlu apa kalian denganku? kenapa kalian datang ke sini membawa sosok seperti mereka?" tanya Ki Gada dengan nada rendah, ia tidak ingin membuat marah sosok yang berada di diri Zidan dan di kalung berbatu putih yang dipegang Katya.

Zidan menoleh kepada Katya. "Kamu punya foto suamimu, kan?" tanya Zidan, ia berpikir akan sulit menanyakan tentang Rian kepada Ki Gada jika hanya menceritakan ciri-cirinya saja.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Where stories live. Discover now