Bagian 28

1.4K 141 0
                                    


Setelah menghabiskan waktu hampir delapan jam perjalanan, akhirnya mobil yang dibawa Zidan sampai juga ke kabupaten tempat gunung yang disebutkan Katya berada. Zidan menghentikan mobilnya di depan sebuah mini market. Laki-laki itu merapikan kaos yang ia pakai, untuk kemudian sejenak Zidan melihat Katya yang tengah terlelap tidur di sampingnya.

Semenjak Zidan mengungkapkan isi hatinya yang telah tersimpan belasan tahun, mereka tidak lagi saling bicara. Zidan tidak tahu harus berbicara tentang apa dengan Katya, gadis itu pun juga terlalu kalut dengan apa yang ia rasakan setelah Zidan mengakui perasaannya. Rasanya Katya tidak ingin berhenti untuk berterima kasih atas doa-doa Zidan yang telah menyelamatkan hidupnya, namun urung dilakukan, hingga akhirnya gadis itu terlelap dalam tidurnya.

Zidan menarik knop mobil dan keluar menuju mini market. Air minum yang dibawanya di mobil sudah habis, ia hendak mencari minuman lagi dan mungkin beberapa kue kering untuk camilan. Sebelum masuk ke mini market, Zidan sejenak menoleh ke gunung yang dimaksud Katya. Gunung itu telah kelihatan dari posisinya sekarang, mungkin lebih kurang setengah jam lagi mereka sudah sampai di kaki gunung. Tapi sekarang Zidan tidak tahu desa mana yang harus mereka tuju.

Tak mau berpikiran tak jelas, Zidan lekas menuju dalam mini market dan membeli sebotol air minum dengan beberapa bungkus kacang. Laki-laki itu duduk di kursi yang ada di depan mini market, ia meminum air dan membuka satu bungkus kacang. Sesekali Zidan melihat kesibukan para pengunjung mini market yang lalu lalang disana. Sesekali juga ia mengecek ponsel, melihat jam dan pesan dari rekan kerjanya.

Sementara di dalam mobil, Katya terbangun dengan badan penuh keringat. Gadis itu tersentak dari tidurnya dengan deru nafas yang tidak teratur, serta detak jantung yang lebih cepat dari keadaan normal. Perlahan kesadaran Katya mulai pulih, dan menyadari dirinya di dalam mobil. Mata Katya melihat ke teras mini market, disana tampak Zidan tengah duduk sendirian, ia menoleh ke sisi yang lain, terlihat ada gunung yang tinggi menjulang.

"Apa ini gunungnya?" tanya Katya membatin, "apa Mas Rian sering datang ke sini tanpa memberi tahuku?"

Katya lekas keluar dari mobil seraya mengucek matanya. Ia berjalan mendekati Zidan yang tampak datar melihatnya datang menghampiri.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Katya duduk di samping Zidan seraya mengambil minuman Zidan dan langsung meminumnya karena kehausan.

Zidan berdesis kesal, lancang sekali gadis itu mengambil airnya.

"Aku barusan mimpi bertemu dengan Laki-laki tua itu, Dan," ucap Katya tanpa menunggu Zidan menjawab pertanyaannya barusan.

"Mimpi apa?" tanya Zidan.

Katya diam, merenung sejenak, mimpinya terasa amat nyata, laki-laki tua tersebut duduk di bangku kemudi Zidan, lalu mereka bicara di sana.

"Pergi ke desa di ujung selatan gunung ini, naik ke punggung gunung dan temukan rumah Ki Gada, dia adalah kuncen yang menjadi perantara ritual yang dilakukan laki-laki itu." Itulah pesan laki-laki tua kepada Katya.

"Dia menyuruh kita menuju ke desa paling selatan gunung itu," tunjuk Katya pada gunung di depannya, "kita naik ke punggung gunung dan temui kuncennya yang bernama Ki Gada."

Hembusan nafas berat keluar dari mulut Zidan. "Menemui kuncen? Naik ke punggung gunung?" tanya Zidan, "kenapa baru bilang sekarang, Ya? kalau tahu dari awal kita bisa membawa beberapa barang, setidaknya bawa parang dan senter, juga jaket yang tebal."

"Laki-laki tua itu juga baru memberi tahuku, Dan," jawab Katya dengan polos, ia meminum lagi air Zidan hingga habis, membuat laki-laki itu geleng-geleng kepala melihat tingkah Katya.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Where stories live. Discover now