Bagian 12

1.3K 134 1
                                    

Rumah Katya dan Rian terasa lebih ramai malam itu. Meski yang ada hanya Bu Tari dan Pak Kasim, suasana mereka terasa hangat dan penuh kekeluargaan. Katya yang saat pulang dari rumah sakit lebih sering tampak murung dan diam, sekarang bisa bersikap lebih lepas seperti tadi saat Meta ada di sana.

Bu Tari dan Pak Kasim pun juga menunjukkan perhatian mereka atas kesehatan Katya, dan memberikan doa-doa terbaik agar menantu mereka tersebut cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tak lupa juga Bu Tari dan Pak Kasim memperingatkan Rian agar tidak keluar kota dulu. Namun Rian mengatakan jadwalnya tidak bisa ditunda. Ia harus menemui klien-klien penting perusahaan.

"Nggak apa-apa kok, Yah, Bu," ucap Katya membela pekerjaan suaminya, "aku udah lebih baikan, lagi pula ada ibuku disini, jadi nggak apa-apa kalau Mas Rian pergi dua hari."

Bu Tari dan Pak Kasim pun tidak bisa memaksa Rian dan Katya untuk mengikuti saran mereka. Dan pada akhirnya Rian akan tetap berangkat besok pagi ke luar kota. Kedua mertua Katya menghabiskan waktu di sana hingga jam sembilan malam.

Malam itu semuanya berjalan dengan lancar. Tidak ada kejadian janggal seperti malam sebelumnya di rumah sakit. Katya dapat tidur nyenyak di samping suaminya. Pun masalah di rumah sakit dimana Katya mengacuhkan Rian semalam, tidak dibahas lagi dan dianggap tidak pernah terjadi. Sementara Bu Dyah tidur bersama Faris, ia juga menyempatkan mengaji, memohon perlindungan Tuhan untuk keluarga anaknya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Rian sudah bersiap-siap untuk berangkat. Bu Dyah sudah menyiapkan sarapan setelah sholat shubuh, dan Katya juga sibuk menyiapkan barang suaminya dan mengurus persiapan Faris ke sekolah. Semuanya masih berjalan seperti biasa, saat Rian dan Faris pamit pergi, Katya dan Bu Dyah mulai sibuk membereskan rumah. Bu Dyah sibuk mencuci pakaian Katya selama di rumah sakit, Sementara Katya menyapu rumah yang beberapa hari tidak pernah dibersihkan.

Lewat dari jam sembilan pagi, Bu Dyah yang baru saja selesai menjemur pakaian di halaman belakang rumah, berjalan pelan menghampiri Katya yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Ia berjalan seraya menghitung uang dari saku bajunya.

"Ya, ibu keluar buat beli bahan makan siang kita dulu ya," ucap Bu Dyah.

Katya menoleh dengan mulut yang tengah mengunyah camilan. "Ibu ada uang? biar aku ambilkan uangku dulu."

"Eh, nggak usah, pakai uang ibu aja," tolak Bu Dyah, "kamu mau makan apa siang ini?"

Katya menurut saja, ia juga malas mengambil uang ke kamar. "Untuk Katya buat ayam gulai aja ya, Bu," pintanya dengan manja kepada Sang Ibu.

"Kalau Faris biasanya suka apa?" tanya Bu Dyah lagi.

"Sama aja, Bu, nanti tambah beli sayur-sayur aja."

Mengerti dengan maksud anaknya, Bu Dyah tak banyak bertanya dan langsung pamit untuk pergi belanja. Selama lebih dari delapan tahun Katya tinggal di rumah itu, Bu Dyah pun juga pernah beberapa kali menginap di sana, jadi ia sudah tahu dimana aja tempat orang jualan. Bu Dyah melangkah keluar rumah dan menyusuri jalan menuju tempat belanja terdekat.

Katya masih asyik menonton televisi seorang diri sembari menikmati camilan. Matanya fokus ke layar televisi dan tangan kirinya sibuk mengubah channel TV, Hingga ia sampai di channel yang memberitakan kehidupan artis ibukota, Katya belakangan memang sering melihat seperti apa kehidupan orang kaya. Biar nanti ia tidak tampak udik di rumah mewah yang baru dibangun Rian untuk dirinya.

Di tengah keasyikan Katya menikmati tontonan pagi itu, tiba-tiba saja ia merasa ingin buang air kecil. Gadis itu pun berdiri, ia menaruh camilan dan remote TV di meja. Kemudian berjalan menuju dapur dan berbelok ke kamar mandi. Katya membuang hajat sebentar disana.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Where stories live. Discover now