Bagian 4

1.9K 153 0
                                    

Dokter sudah mengizinkan Katya untuk pulang. Ia hanya mengalami luka ringan di dahi. Rian sempat cemas dengan keadaan Katya, karena jika dilihat dari posisi Katya di dapur tadi, ia yakin Katya jatuh karena mengambil sesuatu di atas lemari yang tinggi. Namun dokter menjelaskan Katya hanya mengalami luka ringan di dahi kirinya, itu pun hanya luka gores. Sementara bagian tubuh yang lain tidak ada tanda-tanda terjadi benturan akibat terjatuh.

Setelah dokter menjelaskan keadaan Katya dan kemudian pamit pergi, di ruangan tersebut hanya menyisakan Katya, Rian dan Faris. Wajah Katya masih tampak pucat, Rian masih terlihat cemas, sementara Faris tampak takut, anak kecil itu berdiri memegang kaki mamanya yang duduk di atas ranjang rumah sakit.

"Kamu nggak ngerasa ada yang sakit, Ya?" tanya Rian yang masih tidak tenang dengan keadaan istrinya.

Katya menggeleng pelan.

"Kalau kau mau ambil sesuatu di lemari dapur itu, tunggu aku pulang aja, jangan ambil sendiri seperti tadi," ucap Rian mengusap lembut kepala istrinya.

Katya menoleh, wajahnya tampak bingung.

"Ambil sesuatu, Mas?"

"Iya, tadi kamu mau ambil apa?"

"Aku nggak mau ambil apa-apa di lemari dapur, Mas, apalagi sampai jatuh."

"Lho, tadi Mas dan Meta nemuin kamu pingsan di dapur. Semua barang dari lemari tinggi di dapur itu udah jatuh ke bawah. Pasti kamu mau ambil sesuatu, kan? karena salah injak akhirnya kamu jatuh. Itu bahaya sekali, Ya, lain kali tunggu aku pulang aja kalau ada yang mau diambil," jelas Rian panjang lebar.

Katya masih tampak bingung, linglung tepatnya. Soal Meta tadi Rian memang menjelaskan bahwa Meta yang mengantar Faris pulang. Tapi soal mengambil sesuatu di dapur, Katya sama sekali tidak ingat akan hal itu. Gadis itu berusaha mengingat apa yang dialaminya. Saat ia tengah sendiri di rumah, lalu ada tamu yang datang. Terlintas dalam ingatan Katya sosok besar hitam di depan rumah, namun suaranya adalah suara perempuan. Seketika saja bulu romanya berdiri mengingat hal tersebut, dan ia ketakutan. Lekas dibuangnya semua bayangan itu oleh Katya.

"Mas nggak ngasih tahu ibu, kan?" tanya Katya mencoba membahas hal lain saja.

"Tadi aku mau menelpon ibu, tapi kata dokter nggak ada yang perlu dikhawatirkan, karena kamu cuma luka gores aja," Rian menyentuh luka Katya di dahi yang sudah diperban. "Aku hanya memberi tahu Mas Dani, tapi nggak usah cemas. Mas Dani juga udah tenang mendengar penjelasan dokter. "

Katya membuang nafas dengan lega. Ia tidak mau membuat ibunya khawatir, dan juga untuk apa yang terjadi barusan, Katya tidak ingin mengingat-ingatnya lagi.

***

Menjelang malam, Rian sudah membawa Katya pulang dari rumah sakit. Mereka memutuskan membeli nasi bungkus saja di jalan untuk makan malam. Sesampainya di rumah, Katya dan Faris masuk ke dalam lebih dulu. Ia ingin langsung menyiapkan piring untuk makan malam mereka. Faris yang tampak masih sedikit shock dengan kejadian tadi siang membawa nasi bungkus dengan sebuah plastik hitam ke arah meja makan mengikuti langkah ibunya.

Saat Katya melewati ruang tengah, ia melihat keadaan dapur yang berantakan. Gadis itu tampak bingung melihat hal itu. Apa yang sebenarnya terjadi? kapan dia mengambil barang di atas lemari tinggi tersebut? Tak mau memikirkan hal yang tidak-tidak, Katya memilih menoleh kepada Faris yang telah menaruh plastik nasi di atas meja makan.

Lihatlah anaknya itu, wajahnya masih tampak pias atas apa yang terjadi. Pakaiannya tampak lusuh, karena sejak pulang sekolah belum diganti sama sekali.

"Faris ganti baju di kamar dulu ya, biar mama yang siapin makan malam kita," ucap Katya dengan tersenyum kepada anaknya.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang